Konflik Rusia vs Ukraina
Klaim Fase I Perang Usai, Rusia Fokus Rebut Donbas
Rusia menyebut fase pertama dari agresinya ke Ukraina telah selesai sebulan setelah invasi berlangsung
Rusia menyebut fase pertama dari agresinya ke Ukraina telah selesai sebulan setelah invasi berlangsung.
Salah satu jenderal ternama Rusia, Kolonel Jenderal Sergei Rudskoy, membeberkan operasi militer pasukannya di Ukraina akan kembali fokus ke tujuan utama yakni ‘membebaskan Donbas’, wilayah di timur Ukraina yang sudah lama dikuasai separatis pro-Moskow.
"Secara umum, tugas utama fase satu operasi telah selesai," kata Rudskoy yang merupakan wakil kepala pertama Staf Umum Militer Rusia, dalam sebuah pertemuan, Jumat (25/3/2022) waktu setempat.

"Potensi tempur angkatan bersenjata Ukraina telah berkurang secara signifikan.
Ini memungkinkan kami, saya tekankan lagi, untuk memfokuskan misi mencapai tujuan utama - pembebasan Donbas," imbuhnya.
Pernyataan Rudskoy muncul setelah invasi Rusia tampak terhenti di sekitar kota-kota besar Ukraina seperti Kyiv dan Kharkiv.
Rusia juga dilaporkan gagal mendapatkan keunggulan di wilayah udara Ukraina dan menderita kehilangan personel yang cukup besar sejak awal invasi.
"Pakar publik dan individu bertanya-tanya apa yang kami lakukan di wilayah kota-kota Ukraina yang diblokade," kata Rudskoy seperti dikutip CNN.
Baca juga: Joe Biden Tegaskan Tidak Akan Kirim Pasukan AS ke Ukraina untuk Melawan Pasukan Rusia
Baca juga: Tentara Ukraina Serang Pelabuhan Berdyansk, Kapal Pendarat Alligator Rusia Terbakar
"Tindakan ini dilakukan dengan tujuan merusak infrastruktur militer, peralatan, personel Angkatan Bersenjata Ukraina, yang hasilnya memungkinkan kami tidak hanya menjegal pasukan mereka dan mencegah mereka memperkuat pengelompokan mereka di Donbas, tapi juga tidak akan membiarkan mereka melakukan ini sampai tentara Rusia sepenuhnya membebaskan wilayah Donetsk (DPR) dan Luhansk (LNR) di Donbas," tambahnya.
Rudskoy merujuk pada Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, wilayah separatis di Ukraina timur yang diakui Rusia sebagai negara merdeka.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim perangnya di Ukraina berjalan sesuai rencana, meski pasukannya disebut-sebut sudah mengalami kerugian serius hingga kewalahan menghadapi perlawanan sengit Kyiv.
Sementara itu, untuk pertama kalinya Rusia membeberkan jumlah personelnya yang tewas di Ukraina.
Rudskoy mengklaim 1.51 personel militer telah tewas di Ukraina dan 3.825 lainnya terluka.
Meski begitu, jumlah tersebut masih diragukan keasliannya.
Sebab, pejabat AS, NATO, dan Ukraina memperkirakan jumlah korban tentara Rusia jauh lebih tinggi.
Baca juga: Presiden Ukraina Klaim Semakin Dekat Raih Kemenangan, Tak Ada Waktu Berhenti Melawan Penjajah Rusia
"Awalnya, kami tidak berencana untuk menyerbu mereka untuk mencegah kehancuran dan meminimalkan kerugian di antara personel dan warga sipil," kata Rudskoy.
Rebut Kota Slavutych Militer Rusia juga dilaporkan sudah mengambil alih kota Slavutych.
Kota ini merupakan tempat tinggal para pekerja di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl yang sudah tidak beroperasi.
Gubernur Wilayah Kyiv, Oleksandr Pavlyuk, pada Sabtu (26/3/2022) mengatakan, pasukan Rusia telah menduduki rumah sakit di Slavutych dan menculik wali kota, mengutip Reuters.
Reuters belum bisa mengonfirmasi insiden tersebut.
Pada Jumat (25/3/2022), Ukraina mengklaim pasukannya telah menangkal serangan fase pertama agresi militer Rusia yang mendekati kota Slavutych.
Slavutych terletak tepat di luar zona eksklusi di sekitar Chernobyl.
Sejumlah pekerja Ukraina diketahui terus bekerja di Chernobyl bahkan setelah wilayah tersebut direbut Rusia pada awal invasi.
Salah satu staf yang bekerja saat awal invasi bahkan baru dibebaskan pekan ini.
Otoritas wilayah Kyiv mengklaim pasukan Rusia telah mendekat ke Slavutych, yang berjarak sekitar 120 kilometer dari ibu kota.
Namun, mereka menyebut serangan tersebut telah dihentikan.
"Slavutych benar-benar terisolasi.
Musuh berjarak 1,5 kilometer (satu mil) dari kota," kata pejabat setempat.
Kemudian segera setelah pernyataan tersebut dikeluarkan, Penasihat Presiden Ukraina Oleksiy Arestovych mengatakan pasukan Ukraina telah memukul mundur serangan pertama di kota itu.
Meski demikian ia tidak memberikan rincian lebih lanjut terkait hal ini.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan kekhawatiran pada Kamis (24/3/2022) atas laporan dari Ukraina terkait pasukan Rusia yang menembaki pos pemeriksaan Slavutych.
Pasalnya, penembakan itu disebut membahayakan pekerja dan mencegah rotasi personel ke Chernobyl dari Slavutych, yang dibangun khusus untuk tempat tinggal pekerja dan keluarganya setelah dampak radioaktif dari krisis 1986 membuat lingkungan sekitar pabrik tak dapat dihuni.(cnnindonesia.com)
Baca juga: Pasukan Rusia Rudal Markas Militer Ukraina di Dnipro, Bangunan Hancur dan Memicu Kebakaran Besar
Baca juga: Pengungsi Wanita Ukraina Tempati Urutan Pertama Lomba Lari Marathon di Jerusalem