Internasional
Adzan Mulai Bergema di AS, Anggota Muslim Dewan Kota Minneapolis Berhasil Perjuangkan UU Adzan
Suara adzan mulai bergema di seluruh kota Amerika Serikat (AS), seusai seorang anggota Muslim berhasil memperjuangkan Undang-Undang (UU) Adzan.
SERAMBINEWS.COM, CHICAGO - Suara adzan mulai bergema di seluruh kota Amerika Serikat (AS), seusai seorang anggota Muslim berhasil memperjuangkan Undang-Undang (UU) Adzan.
Anggota Dewan Kota Minneapolis, Chicago, AS, Jamal Osman,mensponsori undang-undang untuk mengizinkan berkumandangnya adzan di hampir 40 masjid di kota AS.
Dia berharap akan dapat dengan mudah disetujui di banyak kota lainnya di seluruh Amerika.
Jamal Osman, terpilih menjadi anggota dewan kota pada Agustus 2020.
mengatakan kepada Arab News
Dilansir ArabNews, Kamis (7/4/2022), dia mengungkapkan dalam prgram The Ray Hanania Radio Show
Disebutkan persetujuan untuk "Panggilan Shalat" dalam undang-undang Minneapolis, ada yang mengizinkan musik, suara, dan bacaan lisan ke publik selama tidak melebihi batas "suara desibel" tertentu.
Setelah menjelajahi hukum, Osman memutuskan jika tingkat adzan tetap di bawah batas suara desibel yang sah,
Keputusan itu akan disetujui untuk disiarkan dari masjid-masjid kota antara jam 7 pagi sampai 10 malam setiap hari sepanjang tahun.
“Ada empat shalat yang diterima, kecuali shalat Subuh dan pengurus masjid di sini dan masyarakat senang,” kata Osman tentang pengesahan undang-undang Adzan pada 24 Maret 2022.
“Tetapi beberapa masjid di sini dan para pemimpin masjid, menyadari, tetap ingin menghormati non- Muslim sebagai tetangga mereka.
Baca juga: Bincang Serambi Ramadhan - Kapan Imsak? Suara Sirine atau Adzan Subuh? Ini Kata Tgk Khairizal
Beberapa masjid benar-benar memutuskan untuk tidak langsung mengumandangkan adzan.
Tetapi komunitas menyambut tetangga mereka dan memberi tahu mereka, kebijakan kota sekarang memungkinkan untuk mengumandangkan adzan dari atap masjid.
"Saya pikir pengalaman dan umpan balik yang kami dapatkan untuk seluruh kota Minneapolis sangat positif," ujar Osman.
Osman mengatakan Minneapolis mengizinkan satu masjid untuk menyiarkan Adzan selama bulan Ramadhan sejak tiga tahun lalu.
Dia mengatakan siaran publik shalat Subuh dilarang berdasarkan undang-undang baru karena terjadi terlalu pagi.
“Kami mendengar adzan dan Anda tahu keterikatan emosional dengan orang-orang yang tinggal di sini, di negara-negara tempat mereka dibesarkan dapat mendengar Adzan," jelasnya.
"Sekarang mendengar Adzan dari rumah benar-benar mengharukan,” kata Osman., yang datang ke Amerika sebagai pengungsi dari Somalia pada tahun 2000.
“Walikota dan anggota dewan kota di sini, dan Negara Bagian Minnesota sangat baik kepada komunitas Muslim," ujarnya.
"Itu berbicara banyak tentang negara bagian dan kota kita ini, karena kami memiliki banyak pejabat terpilih di setiap tingkat pemerintahan di sini," tambahnya.
"Minneapolis telah menjadi kota indah yang kami sebut rumah,” jelasnya.
Osman memuji pejabat kota dan negara bagian karena merangkul dengan hangat komunitas Muslim dan bekerja sama
dengan mereka untuk mewujudkannya.
Undang-undang baru diadopsi dengan suara bulat oleh 13 anggota Dewan Kota Minneapolis, yang hanya mencakup tiga anggota Muslim dan 10 anggota non-Muslim.
“Itu semua orang dan tidak hanya dipilih, tetapi menyambut baik dan kami memiliki banyak anggota dewan yang memiliki keyakinan berbeda,” kata Osman.
“Saya berbicara dengan salah satu anggota dewan yang mempraktekkan Yudaisme dan Yahudi, dan dia mengatakan ini
benar-benar indah dan sudah saatnya mengenali keyakinan yang berbeda.
Salah satu hal yang dia sebutkan adalah memiliki hari libur Natal.
Baca juga: Jordania Kutuk Israel, Rebut Empat Kunci Menara Masjid Al-Aqsa untuk Membungkam Suara Adzan
Yudaisme dan Islam, juga memiliki hari-hari seperti Hannukah dan Idul Fitri dan hari-hari berbeda di mana mungkin tidak bekerja, tetapi suatu hari mungkin sampai di sana.
Osman mengatakan tujuannya bukan untuk membuat gangguan bagi non-Muslim yang tinggal di dekat masjid.
Dia mengatakan komunitas Muslim ingin menghormati komunitas mayoritas non-Muslim.
Panggilan untuk shalat, diakuinya, tidak sekeras di banyak Negara Arab di mana suaranya melebihi batas suara desibel Minneapolis.
“Tujuannya bukan hanya untuk disiarkan ke seluruh kota untuk didengar, tujuannya disiarkan seperti di daerah yang
dekat dengan masjid," jelasnya
"Orang-orang yang berdiri di tempat parkir mencoba masuk ke dalam gedung, atau di seberang jalan dari masjid, sehingga mereka tahu sudah waktunya untuk shalat, ”kata Osman.
“Kami membuat kebijakan ini untuk memastikan, kami setara dengan masyarakat dan tidak benar-benar mencoba
menyinggung siapa pun atau memastikan kami tidak mengganggu siapa pun," jelasnya.
"Seperti yang saya katakan, itu positif dan sudah tiga tahun terjadi pada bulan Ramadhan bagi satu masjid," ungkapnya.
Dia menjelaskan masjid tetaip ingin menghormati, komunitas non-Muslim di daerah tersebut.
Disebutkan, pihaknya ingin bersikap hormat dan melakukan percakapan itu dengan mereka dan beberapa dari mereka telah memutuskan untuk menunggu sampai melakukan percakapan itu dengan tetangga mereka.
Jadi, kami hidup di negara yang indah dengan hukum, dan kami tidak melanggar hukum, kami mentaati hukum dan membuat hukum yang mencerminkan seluruh komunitas," katanya.
Baca juga: Wabup Aceh Besar: Aceh tak Perlu Ikuti Aturan Pengeras Suara Saat Adzan
Pertunjukan Ray Hanania disiarkan langsung di Jaringan Radio Arab AS Rabu pukul 5 sore EST dan disindikasikan di
empat stasiun radio Amerika termasuk:
Radio WNZK AM 690 di Greater Detroit termasuk sebagian Ohio; WDMV AM 700 di Washington DC termasuk bagian dari Virginia dan Maryland;
Radio WTOR AM 770 di Upper New York dan Ontario, Kanada; dan disiarkan ulang pada Kamis (7/4/2022) di Chicago pukul 12 siang CST di WNWI AM 1080.
Podcast radio tersedia di sebagian besar platform podcasting utama termasuk iTunes dan Spotify.
Podcast video tersedia di Facebook.com/ArabNews.(*)