Ramadhan Mubarak
Menanti dan Mengisi Lailatul Qadar
BIASANYA ceramah tentang Lailatu Qadar disampaikan pada malam peringatan Nuzulul Qur’an (17 Ramadhan) atau sesudahnya
Oleh: Prof Dr Al Yasa’ Abubakar MA, Guru Besar UIN Ar-Raniry
BIASANYA ceramah tentang Lailatu Qadar disampaikan pada malam peringatan Nuzulul Qur’an (17 Ramadhan) atau sesudahnya.
Penulis menyalahi kebiasaan tersebut karena menganggap akan lebih bermanfaat apabila kelebihan dan manfaat Lailatul Qadar diketahui lebih awal oleh kaum muslimin.
Istilah Lailatul Qadar (laylat al-qadr) tidak asing bagi umat Islam, khususnya ketika bulan Ramadhan tiba.

Karena merupakan malam (waktu) yang sangat diberkati, ketika semua amal baik diberi pahala berlimpah.
Malam ini sangat dinanti-nanti oleh banyak kaum muslimin dan mereka akan merasa sangat beruntung dan berbahagia sekiranya berhasil menemukannya.
Istilah Lailatul Qadar ditemukan di dalam Al-qur’an surat ke 97 (al-Qadr, Kemuliaan, berisi lima ayat), yang bebas bermakna: Sesungguhnya Kami telah (mulai) menurunkan (Al-qur’an, kitab ilahi) ini pada Malam Kemuliaan (al-qadr); Dan apakah kamu tahu apa Malam Kemuliaan itu? Malam Kemuliaan merupakan (malam yang) lebih baik dari seribu bulan; Pada malam itu para malaikat turun secara berbondong-bondong dengan izin Tuhannya, untuk menjalankan segala titah (membawa ilham Ilahi); malam itu aman (dari keburukan ruhani) sampai fajar terbit.
Seperti jelas tertera dalam ayat-ayat di atas, malam ini mempunyai beberapa kelebihan, pertama merupakan waktu yang dipilih Allah untuk mulai menurunkan Al-qur’an dan ada pendapat karena sebab inilah malam ini menjadi yang paling mulia; kedua para malaikat, atas izin dan perintah Allah, turun (ke bumi) berbondong-bondong, untuk melaksanakan berbagai perintah yang diberikan Allah kepada mereka; ketiga malam ini penuh dengan keberkatan dan kesejahteraan sampai fajar tiba; keempat mungkin yang paling penting, ibadat dan doa pada malam ini lebih baik dari ibadat dan doa selama seribu bulan.
Lailatul Qadar diyakini terjadi pada malam Ramadhan karena dalam surat Al-Baqarah ayat 186 disebutkan bahwa Al-qur’an mulai diturunkan pada bulan Ramadhan.
Di dalam hadis disebutkan bahwa Lailatul Qadar kemungkinan besar terjadi pada salah satu malam di bulan Ramadhan, yang beliau pertajam menjadi malam-malam ganjil, yang beliau persempit lagi, lebih sering terjadi pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan.
Baca juga: Shalat Tarawih dan Shalat Malam (2)
Baca juga: Shalat Tarawih dan Shalat Malam (3)
Karena itu Rasulullah sangat menggalakkan para keluarga dan Sahabatnya untuk melakukan shalat, membaca Al-qur’an, berzikir, dan ibadat sunat lainnya pada sepuluh hari terakhir tersebut.
Lebih dari itu beliau menggalakkan mereka agar selalu berada di masjid untuk beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, untuk berdoa secara khusyuk dan sungguh-sungguh.
Beliau sendiri (Rasulullah) sekiranya berada di Madinah, selalu berada di Masjid pada sepuluh hari terakhir ini, dan hanya keluar untuk keperluan rutin dan primer seseorang, seperti mandi, berwudhu’, makan dan sebagainya.
Istri-istri beliau dan orang perempuan pun beliau dorong agar sepenuhnya melakukan i`tikaf dan beribadat di masjid secara penuh pada sepuluh hari yang terakhir ini.
Sesuai dengan yang tertera pada ayat-ayat di atas dan hadis-hadis, kelebihan Lailatul Qadar lebih tepat dipahami sebagai malam yang sangat menguntungkan untuk beribadat dan berdoa, karena ibadat yang dilakukan pada malam itu lebih baik dari ibadat yang dilakukan secara berturut-turut selama seribu bulan.