Opini

Ramadhan yang Dirindukan

WAHAI manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat, dan Maghfirah

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Ramadhan yang Dirindukan
FOR SERAMBINEWS.COM
Abd. Halim Mubary Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga dan Kepala KUA Kecamatan Gandapura, Bireuen.

Oleh Abd. Halim Mubary,  Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga dan Kepala KUA Kecamatan Gandapura, Bireuen.

WAHAI manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat, dan Maghfirah.

Bulan yang paling mulia di sisi Allah.

Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama.

Malamnya adalah malam-malam yang paling utama.

Suasana shalat tarawih di Masjid Raya Baiturrahman, Sabtu (2/4/2022) malam, di mana ribuan jamaah shalat dalam guyuran hujan.
Suasana shalat tarawih di Masjid Raya Baiturrahman, Sabtu (2/4/2022) malam, di mana ribuan jamaah shalat dalam guyuran hujan. (FOR SERAMBINEWS.COM)

Demikian antara lain pesan Rasulullah dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Bagi umat Islam, kedatangan bulan suci Ramadhan bukanlah sekadar ritualitas tahunan.

Di mana berpuasa dengan menahan lapar dan haus di siang hari, serta berbuka di malam harinya.

Namun lebih dari itu, Ramadhan juga bermakna sebagai kesadaran individual sebagai hamba Allah, dalam memaknai arti cinta hamba- Nya pada bulan suci ini yang penuh dengan rahmat dan maghfirah.

Untuk itu sudah selayaknya kita menyambut bulan suci ini dengan penuh rindu, cinta, dan suka cita.

Bergembiralah jiwa-jiwa “para pecinta”.

Baca juga: 375 Pelajar MAN 1 Aceh Besar Ikuti Training Ramadhan

Baca juga: Terungkap! Inilah Penyebab Kepala Pusing saat Puasa Ramadhan Kata dr Zaidul Akbar

Karena tanpa rasa rindu dan cinta, mustahil kita dapat memasuki bulan Ramadhan dengan segenap jiwa dan keikhlasan dalam berkorban lahir dan batin.

Dengan rindu dan cinta pula, kita dapat menaruh harapan dan citacita.

Bukankah jika seseorang merindukan sesuatu, maka orang itu siap berkorban apa pun agar tujuannya tercapai? Tanpa rasa cinta dan rindu dari lubuk hati terdalam, mustahil kita dapat “memadu kasih” dengan yang kita cintai.

Padahal Allah telah menempatkan bulan Ramadhan sebagai sarana untuk mereguk sepuaspuasnya nikmat yang Allah berikan.

Allah memilih bulan Ramadhan untuk menurunkan Alquran guna mendidik jiwa manusia dari kejahiliayahan.

Allah juga memilih bulan Ramadhan guna mempersatukan umat Islam dalam satu kesetaraan baik dalam waktu berpuasa dan berbuka.

Di malam-malam yang panjang di bulan Ramadhan, Allah lebih menyukai hambanya yang khusuk beribadah, melantunkan ayat-ayat suci Alquran dan mengerjakan ibadah sunat lainnya.

Baca juga: Bincang Serambi Ramadhan - Enam Hal yang Untuk Mendapat Kecintaan Allah, Tu Sop: Kontrol Emosi

Pada bulan suci ini pula, orang kaya dan miskin sama-sama merasakan haus dan lapar.

Sama-sama merintih dan menderita untuk akhirnya meraih kemenangan, berupa nilai takwa: la’allakum tattaqun.

Karena nilai takwa merupakan puncak ibadah yang ingin digapai umat muslim dalam puasa Ramadhan.

Ramadhan juga sebagai wahana interaksi kita sebagai hamba-Nya dalam menjalin komunikasi dengan Allah.

Dalam Alquran, tujuan berpuasa untuk menggembleng jiwa-jiwa agar menjadi manusia yang bertakwa (QS.al-Baqarah:183).

Karena ibadah puasa yang kita kerjakan selama sebulan penuh berfungsi sebagai landasan kuat agar terbentuk nilai takwa.

Sehinga dengan adanya nilai iman dan takwa, kita akan merasakan lebih dekat dengan Allah.

Karena jika sudah dekat dengan Allah, maka apa pun perbuatan mungkar yang ingin kita lakukan, akan tercegah dengan sendirinya.

Sebab kita merasa Allah mengawasi kita sepanjang waktu.

Cinta Ramadhan merupakan cinta sejati hambanya kepada Allah.

Kita bukan saja diperintahkan menahan haus dan lapar, namun juga diperintahkan menahan mata dan telinga dari melihat dan mendengar yang tidak baik.

Mulut berzikir, bukan mencerca orang.

Dengan berpuasa, jiwa dididik menahan nafsu untuk melakukan jimak dengan istri pada siang hari.

Dalam salah satu syairnya, Jalaluddin Rumi mengatakan, “Bagaimanakah keadaan sang pecinta? Jika kamu seperti aku, maka kamu akan tahu ketika Dia (Allah) memanggilmu.

Maka kamu pun memanggil-Nya”.

Cinta yang ditawarkan Rumi tak hanya sekadar cinta layaknya antar manusia berlainan jenis.

Yang jika telah memiliki yang diinginkannya, maka berakhir sudah pengorbanannya untuk yang dicintainya.

Namun cinta yang dimaksud Rumi di sini adalah cinta antara seorang hamba dengan Sang Pencipta.

Cinta bertemu Ramadhan berarti cinta bersua dengan Allah.

Maka jelaslah, bahwa Allah juga akan membukakan pintu rahmat dan magfirah- Nya seluas langit dan bumi.

Pada bulan Ramadhan, pintu neraka dikunci dan pintu surga dibuka buat sang pecinta.

Maka pecinta sejati tak akan melewatkan bulan “cinta” ini berlalu begitu saja tanpa makna.

Rasulullah bersabda, “Barang siapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya.

Dan barang siapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya.” (HR.Bukhari).

Bahkan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengumpamakan, “Sebuah kebohongan besar jika seseorang mencintai sesuatu, namun dia tidak memiliki cinta pada yang dicintainya.

” Dan bukti cinta inilah yang Nabi Ibrahim perlihatkan ketika Allah memerintahkan padanya untuk mengorbankan sang buah hatinya Ismail kepada Allah.

Masihkah kita menyia-nyiakan cinta Allah pada kita hamba-Nya Dalam bulan Ramadhan kita juga seyogianya dapat menjalin relasi sosial dengan sesama.

Mengingat masih banyak saudara-saudara kita yang berkekurangan dan butuh uluran tangan kita.

Seperti menyumbangkan bekal berbuka puasa kepada kaum muslimin, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, dan kaum papa lainnya.

Sehingga rezeki yang Allah titipkan pada kita yang mampu, dapat menemui jalan yang diridhai-Nya.

Karena bulan Ramadhan identik dengan bulan untuk saling berbagi.

Sayyid Husain Al’Affani dalam karyanya “Nidaa-u Rayyan, fi fiqhi Shaumi wa Fadhli Ramadhan” menyebutkan, bahwa tujuan utama dan terpenting dari Ramadhan adalah apa yang dapat kita petik dari hikmah puasa dan bagaimana mewujudkannya dalam realitas kehidupan keseharian.

Adapun sebagai seorang hamba Allah, kita harus mampu memperbaiki diri sehingga menjadi lebih baik lagi dibandingkan hari sebelum Ramadhan.

Kita harus membersihkan diri dari semua penyakit hati dan hidup ikhlas lahir batin dalam menjalankan ibadah puasa.

Karena puasa menjadi pintu gerbang ‘ibadatus-sirr (ibadah rahasia) yang hanya Allah dan hamba-Nya yang menjalaninya saja yang tahu, seseorang berpuasa atau tidak.

Oleh karenanya Allah memberi ganjaran pahala besar bagi orang yang mengerjakan puasa Ramadhan dengan ikhlas.

“Setiap amalan bani Adam akan dilipatgandakan pahalanya, kecuali puasa.

Sesungguhnya itu milik- Ku dan aku akan memberikan balasannya kelak” (HR.Muslim).

Dan keikhlasan merupakan salah satu kunci datangnya pintu pertolongan dari Allah kepada hambahamba yang menjalaninya dengan penuh cinta.

Sebuah amalan akan kehilangan maknanya ketika manusia telah melanggar dan menyalahi aturan Allah.

Sadar atau tidak, betapa banyak sudah kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan selama ini.

Lupa melaksanakan perintah Allah dan kerap alpa menjauhi larangan-Nya (hablum minallah), Baik itu antar kepala keluarga dengan istri dan anaknya, pimpinan kantor dengan bawahannya (hablum minannas).

Benar, manusia tidak terlepas dari salah dan dosa.

Namun jika tetap terjadi pembiaran dengan terus menerus melakukan dosa-dosa baik terhadap Allah maupun dengan sesama, maka dosa itu nantinya akan menumpuk dan menggunung, sehingga sulit untuk membersihkannya.

Untuk itu, mari rebut momentum bulan Ramadhan ini dengan memperbanyak ibadah, sedekah, santunan, tadarus, dll yang mendatangkan banyak pahala.

Karena ritual ibadah apa pun yang kita kerjakan, harus dapat menyemaikan kebaikan bagi kita dan orang lain.

Jika kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah Ramadhan, dilandasi dengan keikhlasan dan berharap ridha Allah, niscaya akan dapat menggapai tujuan mulia; menjadi hamba Allah yang muttaqin.

Jadi puasa Ramadhan hendaknya menjadikan kita lebih saleh dari sebelumnya, dengan tujuan akhir menggapai nilai takwa; la’allakun tattaqun.

Marhaban ya Ramadhan. 

Baca juga: Komunitas Sahabat Safar Gelar Bazaar Amal Isi Kegiatan Ramadhan

Baca juga: Sebagian Aceh Diprediksi tak Dilanda Hujan Hingga 12 Ramadhan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved