Bincang Serambi Ramadhan

Bincang Serambi Ramadhan - Begini Sejarah Tarawih dan Pengamalannya di Berbagai Belahan Dunia

Tgk Umar Rafsanjani mengatakan shalat tarawih adalah salah satu ibadah sunnah yang hanya terdapat pada bulan Ramadhan.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
Tangkapan Layar Youtube/SerambiOnTV
Pimpinan Dayah Mini Aceh, Tgk H Umar Rafsanjani Lc MA menjadi narasumber dalam program Bincang Serambi Ramadhan, Rabu (13/4/2022) , yang dipandu presenter Serambi on TV, Ulfa Jazila. 

Tgk Umar Rafsanjani mengatakan shalat tarawih adalah salah satu ibadah sunnah yang hanya terdapat pada bulan Ramadhan.

SERAMBINEWS.COM - Dalam bulan suci Ramadhan, umat muslim dianjurkan mengerjakan amalan-amalan sunnah sebanyak mungkin.

Hal itu karena Allah menjanjikan akan melipat gandakan pahala orang yang mengerjakan suatu ibadah di bulan Ramadhan.

Hal itu disampaikan oleh Pimpinan Dayah Mini Aceh, Tgk H Umar Rafsanjani Lc MA mengawali program Bincang Serambi Ramadhan, Kamis (14/4/2022).

Program yang memangkat tema "Sejarah Tarawih dan Pengamalannya di Berbagai Belahan Dunia” ini dipandu presenter Ulfa Jazila.

Acara ini disiarkan langsung di Youtube Serambi On TV dan Facebook Serambinews.com.

Program khusus kerja sama Serambi Indonesia dengan Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh ini hadir setiap hari pukul 16.30 WIB selama bulan Ramadhan.

Baca juga: Bincang Serambi Ramadhan - Tgk Alizar Usman Ungkap Tiga Orang Sakit yang Boleh Tidak Puasa

Baca juga: Bincang Serambi Ramadhan - Kapan Waktu yang Tepat Menyikat Gigi Saat Berpuasa? Ini Kata Tgk Ismail

Tgk Umar Rafsanjani mengatakan shalat tarawih adalah salah satu ibadah sunnah yang hanya terdapat pada bulan Ramadhan.

Ia mengutarakan, shalat tarawih bukanlah shalat tahajud dan berbeda dengan shalat lainnya, meskipun dikerjakan pada malam hari.

"Shalat tarawih itu ibadah yang tergolong dalam Qiyam Ramadhan," kata Tgk Umar Rafsanjani.

Pada zaman Rasulullah, tidak ada yang namanya shalat tarawih, melainkan shalat sunnah yang dikerjakan pada Qiyam Ramadhan.

Kemudian, kata Tgk Umar, terjadinya penamaan shalat tarawih dan dikerjakan secara berjamaah berawal pada tahun kedua Hijriah.

"Pada waktu itu Rasulullah keluar dari rumah menuju masjid untuk melakukan shalat Qiyam Ramadhan ini (tarawih)," katanya.

Baca juga: Bincang Serambi Ramadhan - Enam Hal yang Untuk Mendapat Kecintaan Allah, Tu Sop: Kontrol Emosi

Menurut catatan serajah dari hadis-hadis yang diamalkan, Tgk Umar mengatakan bahwa Rasulullah hanya mengerjakan shalat tarawih di masjid pada tiga malam, yakni malam ke-23, 25, dan 27, setelah itu Nabi tidak keluar lagi.

"Alasannya karena ada kekhawatiran shalat tarawih ini akan diwajibkan. Karena ibadah ini luar biasa membeludak saat Nabi shalat di masjid," jelasnya.

Namun pada masa Khalifah Umar bin Khattab, saat Sayyidina Umar menuju masjid dan melihat sangat ramai orang yang beribadah.

Ironisnya, pada masa itu mereka mengerjakan ibadah shalat tarawih secara sendiri-sendiri dan tidak rapi untuk dilihat.

"Sayyidina Umar langsung berijtihad untuk menjamaahkan lagi. Dan sejak saat itulah shalat tarawih berlaku jamaah lagi," jelas alumnus Universitas Al-Azhar Mesir ini.

Tgk Umar Rafsanjani mengatakan bahwa shalat tarawih adalah shalat istirahat, bentuk jamak dari tarwihah yang artinya sekali istirahat.

"Jadi shalat tarawih adalah shalat dengan beberapa kali istirahat, sekali istirahat adalah 4 rakaat dan setiap kali istirahat para Ahli Makkah menyelingi dengan tawaf.

Sedangkan ahli Madinah mengganti tawaf itu dengan shalat 4 rakaat tarawih tambahan karena di Madinah tidak ada Ka'bah.

Oleh karena itu, yang pada dasarnya bilangan rakaat tarawih 20 bertambah menjadi 36 karena dalam 20 rakaat dasar tarawih ada 4 kali istirahat yang diganti dengan 4 rakaat tarawih, sehinga bertambah jadi 16 ditambah 20 sama dengan 36, dan ini hanya khusus untuk penduduk madinah" katanya.

Tgk Umar mengatakan, dalam mengerjakan shalat tarawih dianjurkan dilakukan secara berjamaah.

Kendati demikian, hakikat bilangan mengerjakan shalat tarwaih itu adalah 20 rakaat.

Tgk Umar Rafsanjani yang sudah berkeliling buana ke belahan dunia seperti ke Mesir, Tunisia, Turki, Arab Saudi dan Malaysia melihat pelaksanaan shalat tarawih dikerjakan dengan jumlah 20 rakaat dan berjamaah.

Namun jika ditinjau waktu pelaksanaan shalat tarawih, Tgk Umar Rafsanjani mengatakan bahwa tidak langsung dikerjakan setelah shalat Isya.

"Dia (shalat tarawih) dikerjakan pada sepertiga malam. Namun kenapa dikerjakan setelah Isya? Karena kalau tidak dikerjakan langsung maka tidak dikerjakan," terangnya.

Simak penjelasan lengkapnya dalam video ini:

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

RAMADHAN 2022

AKSES DAN BACA BERITA DI GOOGLE NEWS 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved