Internasional

Turki Segera Tutup Kelompok Pejuang Hak Perempuan, Demonstrasi Pecah di Ankara dan Istanbul

Pemerintah Turki akan segera menutup satu organisasi kelompok hak perempuan, karena melawan hukum dan moral.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Para wanita memprotes penutupan kelompok hak perempuan 'We Will Stop Femicide Platform Association' di Ankara, Turki pada Sabtu. (16/4/2022). 

SERAMBINEWS.COM, ANKARA - Pemerintah Turki akan segera menutup satu organisasi kelompok hak perempuan, karena melawan hukum dan moral.

Namun, ratusan orang berdemonstrasi pada di beberapa kota Turki termasuk Istanbul dan Ankara menentang langkah menutup satu kelompok hak-hak perempuan yang paling dihormati di negara itu.

“Tidak mungkin menghentikan pertarungan kami, kami tidak akan mengizinkan penutupan asosiasi kami,” kata Sekjen We Will Stop Femicide, Fidan Ataselim kepada AFP, Minggu (17/4/2022).

Seorang jaksa Istanbul pada Rabu (13/4/2022) mengajukan gugatan yang bertujuan menutup asosiasi tersebut karena melawan hukum dan moral.

Menurut Ataselim, gugatan tersebut menuduh kelompok tersebut melakukan kegiatan yang melanggar hukum dan moral Turki.

Asosiasi tersebut merupakan kritikus vokal terhadap keputusan Presiden Recep Tayyip Erdogan tahun lalu untuk menarik Turki keluar dari Konvensi Istanbul.

Baca juga: Orang Kaya Rusia dan Ukraina Serbu Turki, Harga Tanah dan Rumah Naik Tiga Kali Lipat

Sehingga, mengharuskan negara-negara untuk membuat undang-undang yang bertujuan mencegah dan menuntut kekerasan terhadap perempuan.

We Will Stop Femicide mengatakan 280 wanita tewas di Turki tahun lalu, banyak pembunuhan dilakukan oleh anggota keluarga.

Sebanyak 217 wanita lainnya meninggal dalam keadaan yang mencurigakan, termasuk mereka yang secara resmi terdaftar sebagai bunuh diri, kata kelompok itu.

Ataselim mengatakan gugatan itu diajukan berdasarkan pengaduan yang didaftarkan oleh sekelompok orang Turki melalui situs web yang dibuat oleh kepresidenan untuk memenuhi permintaan warga.

Gugatan tersebut menuduh kelompok tersebut “menghancurkan keluarga dengan dalih membela hak-hak perempuan,” kata Ataselim.

Bahasa tersebut mirip dengan yang digunakan oleh Erdogan dalam keputusannya untuk menarik diri dari Konvensi Istanbul, yang ditandatangani Turki pada 2011.

Baca juga: Perundingan Rusia-Ukraina di Turki Dimulai, Pertempuran di Sekitar Kiev Bakal Mereda

Kaum konservatif sosial di Turki mengklaim konvensi tersebut mempromosikan homoseksualitas dan mengancam nilai-nilai tradisional keluarga.

"Jangan menuntut wanita, tapi pembunuh!" Ratusan demonstran berkumpul di Istanbul berteriak.

Perwakilan dari partai oposisi serta kerabat korban kekerasan dalam rumah tangga ikut serta dalam demonstrasi tersebut.

“Para wanita ini adalah pejuang dan saya ingin berada di sana untuk mendukung mereka,” kata Nihat Palandoken, ayah dari seorang gadis muda yang terbunuh pada tahun 2017.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved