Kupi Beungoh
Sikap Tenggang Rasa dapat Meningkatkan Kesejahteraan Komunitas, Ini Perintah Allah dalam Alquran
Adanya sikap tenggang rasa akan menjadikan seseorang untuk selalu berbuat baik terhadap orang lain, dan mampu menghargai
Oleh: Amalia Musri*)
INDONESIA merupakan negara dengan keberagaman budaya, suku, ras, agama, dan bahasa.
Juga selaras dengan semboyannya “Bhinneka Tunggal Ika”, yang mempunyai makna meskipun berbeda-beda tetap satu jua.
Keragaman Indonesia adalah kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia itu sendiri.
Dengan demikian, keberagaman akan terus mendorong untuk menjadi kekuatan agar dapat terwujudnya kesejahteraan dalam suatu komunitas.
The Rural Assistance Information Network (2004) Australia mengemukakan bahwa kesejahteraan komunitas adalah suatu konsep yang mengacu pada kualitas hidup masyarakat yang sehat secara optimal, yang merupakan tujuan akhir dari semua proses dan strategi yang diusahakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang hidup bersama dalam komunitas.
Komunitas atau lingkungan di sini dimulai dari individu, keluarga, bahkan masyarakat luas.
Salah satu cara untuk mewujudkan Indonesia menjadi semakin kuat dengan keragaman yang dimiliki ialah dengan menumbuhkan sikap tenggang rasa antarsesama.
Sederhananya, tenggang rasa adalah sikap seseorang dalam menyikapi perbedaan tanpa harus menyinggung dan menyakiti orang lain (Akhmad, 2012).
Adanya sikap tenggang rasa akan menjadikan seseorang untuk selalu berbuat baik terhadap orang lain, dan mampu menghargai dengan semua perbedaan yang orang lain miliki.
Sikap tenggang rasa juga dapat meningkatkan kesejahteraan dalam suatu komunitas atau lingkungan.
Karena apabila kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain maka kita juga harus memperlakukan orang lain dengan baik pula.
Sikap tenggang rasa juga akan menciptakan kehati-hatian seseorang dalam melakukan suatu hal.
Oleh karena itu, sebagai usaha untuk mendatangkan kesejahteraan dalam suatu komunitas, maka masyarakat harus memiliki sikap tenggang rasa dalam dirinya.
Satu dari kelima domain dalam kesejahteraan komunitas adalah domain sosial, bagaimana komunitas dibangun di atas rasa saling menghormati, menahan diri, dan semangat kemurahan hati, yang menciptakan peluang bagi orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan komunitas dan realisasi diri.
Salah satu contoh kecil yang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan harus diterapkan dalam pribadi masing-masing yaitu menghargai pendapat yang dikemukakan orang lain, walaupun hal tersebut berbanding terbalik dengan prinsip kita.
Sebagaimana Allah telah menjelaskan dalam Alquran:
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS-Al-Hujurat: 13)
Dari kedua ayat tersebut sudah sangat jelas bahwa kita diciptakan dalam keadaan yang berbeda-beda, dan tidak pernah sama.
Maka, jadikanlah perbedaan yang ada di dalam diri individu menjadi sebuah keunikan untuk mewujudkan sikap saling menghargai, dan selalu melahirkan perdamaian antar sesama tanpa adanya pertikaian.
Dengan demikian pula, akan terciptalah kesejahteraan, baik kesejahteraan individu maupun komunitas.
*) PENULIS adalah Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
KUPI BEUNGOH adalah KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA ARTIKEL KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI
Baca juga: Bayar Zakat Fitrah Pakai Uang Istri, Ini Hukumnya Menurut Penjalasan Ustadz Abdul Somad
Baca juga: Kisah Inspiratif Jafar Insya Reubee, Eks Tukang Becak di Lhokseumawe yang Kini Jadi Toke di Malaysia
Baca juga: Berziarah ke Makam Putroe Tsani di Reubee Pidie, Sejarawan: Seperti Bukan Makam Permaisuri Raja
Baca juga: Krueng Tuha Reubee, Asal usul dan Pesonanya
