Konflik Rusia vs Ukraina

Jika Perang Nuklir Terjadi, Rusia Bisa Hancurkan Anggota NATO dalam Setengah Jam

Rogozin juga menegaskan bahwa tujuan Presiden Rusia, Vladimir Putin adalah menghancurkan musuh Barat, dan menghapus Ukraina dari peta.

Editor: Faisal Zamzami
Selebaran / Kementerian Pertahanan Rusia / AFP
Cuplikan video handout yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia pada 20 April 2022 menunjukkan peluncuran rudal balistik antarbenua Sarmat di lapangan pengujian Plesetsk, Rusia. Presiden Rusia mengatakan bahwa Rusia telah berhasil menguji rudal balistik antarbenua Sarmat, mengatakan generasi berikutnya yang mampu membawa muatan nuklir akan membuat musuh Kremlin "berpikir dua kali." 

Rudal itu diyakini mampu memusnahkan area seluas Inggris.

 

Vladimir Putin Disebut Siap Perang dengan NATO

Para pakar mengungkapkan bahwa sasaran utama Presiden Rusia Vladimir Putin bukanlah Ukraina.

Mereka mengungkapkan Putin telah bersiap untuk perang dengan NATO dan Amerika Serikat.

Putin pada Rabu (27/4/2022), mengancam akan melakukan serangan nuklir ke negara yang akan mengganggu serangan Rusia ke Ukraina.

Selain itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menegaskan NATO yang menunjukkan sikap berperang dan bermusuhan dengan Rusia.

Para ahli menegaskan pejabat Rusia telah meningkatkan jumlah retorika yang mengancam sebagai cara untuk memicu ketakutan di sekutu NATO.

Beberapa ahli juga merasa ini adalah upaya untuk memenangkan hati dan pikiran publik Rusia.

“Selama ini propaganda domestik Rusia telah menekankan bahwa Rusia berperang bukan dengan Ukraina, tetapi dengan NATO dan Barat,” tutur Profesor Universitas Michigan, Yuri Zhukov kepada Newsweek.

“Di setiap kesuksesan militer Ukraina, dengan narasi ini, dikatakan ada pejabat NATO yang memberitahu Ukraina di mana, kapan dan siapa yang harus ditembak,” katanya.

Zhukov mengatakan pembingkaian ini memudahkan untuk menjelaskan kerugian militer kepada audiens domestik.

“Ini juga akan membantu meletakkan dasar politik untuk potensi mobilisasi penuh masa perang di Rusia, yang sejauh ini ragu-ragu untuk diumumkan rezim,” tuturnya.

“Dan ya, itu juga menciptaakan tekanan politik untuk menyerang target NATO, dimulai dengan jalur pasokan,” kata Zhurkov.

Sementara itu Direktur Demokrasi Inisiatif, Jonathan Kantz memiliki pendapat lainnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved