Berita Jakarta
Larangan Ekspor CPO Tak Efektif, Harga Minyak Goreng Tetap Tinggi
Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy (PASPI), Tungkot Sipayung, menilai larangan ekspor crude palm oil (CPO)
Akibatnya, kata dia, di banyak daerah petani tidak memanen TBSnya.
Sebab kalaupun dipanen, harganya sangat rendah.
Hal ini pun dinilai menjadi Bumerang bagi petani sawit.
Apalagi ketika TBS yang tidak dipanen, akan menjadi berkembang biak menjadi jamur yang merusak pohon sawit itu sendiri.
“Jadi sawit itu wajib hukumnya dipanen pada pohon yang sama setiap 15 hari sekali.
Jika tidak dipanen, maka akan menjadi bumerang, karena akan menyebabkan penyakit pada pohon sawit itu sendiri.
Ini masalah serius yang kami rasakan,” kata Wayan.
Diterangkan, sebelum ada larangan ekspor CPO dan minyak goreng, harga TBS di tingkat petani Rp 3.800 per kilogram.
Namun saat ini harganya anjlok bervariasi.
Misalnya ada PKS yang masih bersedia membeli TBS petani Rp 2.000 per kilogram, namun ada yang membeli Rp 1.500, bahkan ada yang dibeli Rp 500 per kikogram.
Bervariasinya harga TBS petani ini, kata Wayan Supadno, lebih disebabkan ke kondisi PKS itu sendiri.
Jika PKS tersebut memiliki pasar di dalam negeri, maka dia berani membeli dengan harga di kisaran Rp 2.000 per kilogram.
Namun apabila PKS tersebut berorientasi ekspor, maka dia hanya berani membeli TBS dengan harga yang rendah.
Petani Bakal Geruduk Kantor Airlangga
Terkait pelarangan eksopro CPO, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) akan melakukan aksi Keprihatinan Petani Kelapa Sawit Indonesia pada pukul 09.00-12.00 WIB, Selasa (17/5/2022) ini.