Mihrab
Abuya Muda Waly Bapak Pendidikan Aceh, Anti Pemberontak dan Menyelamatkan Tahta Soekarno
Bernama lengkap Muhammad Waly bin Muhammad Salim bin Malin Palito, lahir pada tahun 1917 di Blang Poroh, Labuhan Haji, Aceh Selatan
DAYAH Darussalam akan mengadakan haul ke-63 Abuya Muda Waly.
Ulama asal Aceh ini tidak asing lagi dikalangan intelektual dan Ulama Nusantara.
Jasanya yang tidak tanggung-tanggung tersemat untuk negeri ini.
Bernama lengkap Muhammad Waly bin Muhammad Salim bin Malin Palito, lahir pada tahun 1917 di Blang Poroh, Labuhan Haji, Aceh Selatan.
“Masyarakat Aceh memanggilnya dengan sapaan ta'dhim Abuya Muda Waly atau Syekh Haji Teungku Muhammad Waly al-Khalidy,” kata pengurus Rabithah Alumni Dayah Darussalam Al-Waliyyah, Tgk H Umar Rafsanjani Lc MA.
Syekh Muda Waly mendirikan Pesantren Dayah Darussalam di Labuhan Haji Aceh Selatan, dimana pesantren tersebut telah mengkaderkan ratusan ulama yang berkiprah dalam mengayomi kebutuhan masyarakat.
Banyak ulama dan ilmuan Islam lahir dari ‘rahim’ pesantren tersebut dengan meninggalkan banyak murid yang meneruskan estafet perjuangan mereka.
Sebut saja Syekh Aidarus bin Syekh Abdul Ghani Kampari, Abu Yusuf ‘Alami, menantu Abuya, Syekh Marhaban Kruengkalee anak dari Abu Kruengkalee, Abu Keumala, dan masih banyak lagi ulama lainnya yang menimba ilmu dari beliau.
“Abuya Muda Waly termasuk dalam kelompok ulama yang menolak DI/TII dan berbagai upaya pemberontakan lainnya,” ujar Tgk Umar.
Maka dari itu, katanya, tak mengherankan bila Abuya Muda Waly dikenang sebagai ulama yang nasionalis.
Baca juga: HAUL Ke-63 Abuya Syeikh H Muda Waly Digelar 23-24 Mei 2022
Baca juga: Abuya Syekh H Amran Waly Resmikan Surau di Malaysia
Pada tanggal 14 Oktober 1957, Abuya Muda Waly diundang oleh presiden pertama RI, Soekarno ke Istana Negara.
Abuya Syeikh Muda Waly Al-Khalidy dan Abu Krueng Kalee di undang bersama sekitar 500 ulama lain dari seluruh Indonesia untuk membicarakan status negara Indonesia dan presidennya dalam tinjauan agama Islam, apakah sah atau tidak.
Setiba Abuya di Jakarta, beliau bertemu tokoh-tokoh ulama dari daerah lain di antaranya Sumatera, Jawa, dan daerah-daerah lain seluruh Indonesia.
Dalam pertemuan dengan Soekarno, setiap Ulama dari berbagai perwakilan menyampaikan sikap dan pandangan mereka.
Kemudian pimpinan sidang menanyakan kepada ulama dari Aceh tentang pandangan mereka.