Lagi, Gadis Aceh Disiksa dan Ditemukan Dalam Kondisi Menyedihkan di Malaysia, Asal Caleu Pidie

“Dari Sigil (dia) diserahkan ke agen yang ada di Lhokseumawe untuk dibuatkan paspor. Setelah itu dibawa ke Medan dan pergi naik ferry,” kata Bukhari.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
FOR SERAMBINEWS.COM
WD berusia 34 tahun (dua kiri) adalah korban perdagangan manusia yang diduga dilakukan oleh kakak sepupunya sendiri, ketika ditemui oleh Ketua SUBA, Tgk Bukahir Ibarim (dua kanan) dan relawan komunitas masyarakat Aceh di Malaysia 

Lagi, Gadis Aceh Disiksa dan Ditemukan Dalam Kondisi Menyedihkan di Malaysia, Asal Caleu Pidie

Laporan Agus Ramadhan | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Kembali lagi terjadi kisah memilukan terhadap warga Aceh yang bekerja di Malaysia.

Gadis asal Calue, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie ini menjadi korban perdagangan manusia (human trafficking).

Tak hanya itu, ia juga mendapat penyiksaan dari majikannya selama 11 tahun bekerja di Malaysia.

Adalah WD, berusia 34 tahun yang mengalami kisah tragis nan memiliukan di Negeri Jiran.

Ketua Sosialisasi Ummah Bansigom Aceh (SUBA), Tgk Bukhari Ibrahim mengatakan saat ini WD telah dibawah perlindungan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur.

“Sudah kita laporkan ke KBRI di Kuala Lumpur, dan akan dilakukan penggalian informasi lebih lanjut,” katanya saat dihubungi Serambinews.com, Senin (30/5/2022).

Baca juga: Lili Ditampung di Rumah Penduduk, TKW Asal Aceh Disekap dan Tak Bergaji Selama 8 Tahun

Tgk Bukhari mengatakan, WD menjadi korban perdagangan manusia yang dilakukan oleh kakak sepupu korban kepada sebuah agen.

Itu terjadi pada 11 tahun belakang atau tepatnya 2011 silam.

Mulanya, korban dijanjikan oleh kakak sepupunya bekerja di Lhokseumawe atau Langsa.

Namun, pelaku malah membuatkan paspor untuknya di Lhokseumawe dan kemudian korban dibawa ke Malaysia dengan menggunakan kapal ferry dari Sumatera Utara.

“Dari Sigil (dia) diserahkan ke agen yang ada di Lhokseumawe untuk dibuatkan paspor. Setelah itu dibawa ke Medan dan pergi naik ferry,” kata Tgk Bukhari.

Selama di Malaysia, WD bekerja di Melaka, sebuah kota yang terletak 150 kilometer dari Ibukota Kuala Lumpur.

Selama bekerja di sana, korban mendapat penyiksaan oleh majikannya selama 10 tahun.

Kepada Ketua SUBA Tgk Bukhari, korban mengaku hanya bekerja pada majikan tersebut.

Baca juga: Detik-detik Penyelamatan TKW Aceh yang Disekap 8 Tahun oleh Majikannya di Malaysia

Korban mengaku selama bekerja di Melaka, dirinya ditampar dan dipukuli oleh majikan hingga hidungnya mengeluarkan darah.

Tak hanya itu, ia harus kehilangan sejumlah giginya akibat dipukul dengan sepatu.

“Di Melaka ada (dipukul), dengan sepatu ke muka sampai-sampai berdarah. Setiap hari,” pengakuan korban kepada Tgk Bukhari.

Bahkan kakinya juga terdapat banyak bekas luka akibat kekerasan yang dilakukan sang majikan.

Tgk Bukhari mengatakan, korban kemudian lari dari tempatnya bekerja yang dibantu oleh supir taksi.

WD kemudian diserahkan kepada warga Malaysia keturunan India yang berada di Kuala Lumpur.

Di sana, korban di rawat dan dijaga selama setahun sembari mencari komunitas relawan masyarakat Aceh di Kuala Lumpur.

“Yang menjaga dia dijaga sebaik mungkin, sambil mencari orang Aceh di sana untuk dibawa pulang ke kampung,” kata Tgk Bukhari.

Namun, baru Minggu (29/5/2022) warga keturunan India itu dapat bertemu dengan komunitas masyarakat Aceh di Malaysia.

Korban bahkan sudah dianggap meninggal oleh keluarganya karena selama 11 tahun tidak ada kabar sama sekali.

Korban perdagangan manusia yang diduga dilakukan oleh kakak sepupunya sendiri dan warga Malaysia keturunan India saat ditemui oleh Ketua SUBA, Tgk Bukahir Ibarim (dua kanan) dan relawan komunitas masyarakat Aceh di Malaysia
Korban perdagangan manusia yang diduga dilakukan oleh kakak sepupunya sendiri dan warga Malaysia keturunan India saat ditemui oleh Ketua SUBA, Tgk Bukahir Ibarim (dua kanan) dan relawan komunitas masyarakat Aceh di Malaysia (FOR SERAMBINEWS.COM)

Baca juga: Seorang TKW Aceh di Malaysia 8 Tahun Disekap dan Dipukul Majikannya, Begini Kisah Tragisnya

Kendati demikian, Tgk Bukhari mengatakan saat ini korban sudah terhubung dengan keluarganya yang berada di Kabupaten Pidie.

Saat ditanya apakah WD dapat segera pulang ke kampung untuk bertemu keluarganya, Tgk Bukhari belum bisa memastikan hal tersebut.

Itu dikarenakan KBRI masih membutuhkan informasi akurat dan penulusuran mendalam serta keterangan korban.

Nantikan, KBRI akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian terkait masalah ini untuk menentukan langkah hukum selanjutnya.

“Dalam dua atau tiga hari ini kita akan mengetahui hasil dari KBRI di Kuala Lumpur. Apakah korban bisa pulang ke Aceh atau akan tetap sini untuk melaporkan majikannya,” kata Tgk Bukhari.

Baca juga: Pengakuan Lili Herawati Gadis Asal Aceh di Malaysia, Kerja 8 Tahun Tidak Dibayar sampai Patah Gigi

Kejadian Serupa

Sebelumnya, kisah tragis nan memilukan dialami oleh seorang gadis Aceh yang menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia.

Ia disekap, disiksa dan dipukuli oleh majikan perempuannya selama bertahun-tahun.

Adalah Lili Herawati (25) gadis asal Desa Blang Kandis, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang, yang mengalami kisah tragis dalam perantauannya di Malaysia.

Hera menceritakan kisah tragisnya selama 8 tahun disekap dan dianiaya oleh majikannya dan berhasil melairkan diri.

Kisah kelamnya itu ia ceritakan dalam Siaran Langsung Youtube Serambi On TV bersama Anggota DPR Aceh Asrizal H Ansawi, Ketua SUBA Tgk Bukhari Ibrahim, Relawan Aceh di Malaysia Haikal, yang dipandu oleh Pemimpin Redaksi Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur, Kamis (26/5/2022).

Lili Herawati pergi merantau ke Malaysia pada tahun 2014, saat itu usianya masih 16 tahun atau baru tamat SMP.

Lili Herawati (tengah) gadis asal Desa Blang Kandis, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang, yang mengalami kisah tragis dalam perantauannya di Malaysia, didampingi Ketua SUBA Tgk Bukhari Inrahim (kiri) dan Relawan Masyarakat Aceh, Haikal (kanan) saat berbincang dalam program khusus Serambi On TV, Kamis (26/5/2022).
Lili Herawati (tengah) gadis asal Desa Blang Kandis, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang, yang mengalami kisah tragis dalam perantauannya di Malaysia, didampingi Ketua SUBA Tgk Bukhari Ibrahim (kanan) dan Relawan Masyarakat Aceh, Haikal (kiri) saat berbincang dalam program khusus Serambi On TV, Kamis (26/5/2022). (TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE/SERAMBI ON TV)

Hera berangkat ke Malaysia bersama seorang rekannya dengan memakai jasa agen menggunakan pesawat udara dari Kualanamu, Sumatera Utara tujuan Pulau Penang, Malaysia.

Tiba di Penang, Hera kemudian di bawa ke rumah penampungan milik seorang agen yang berada di sana.

Saat itu, Hera berangkat bersama seorang teman seusia dan sekampung dengannya, yaitu Yanti.

Tapi sesampai di Malaysia, dia terpisah dengan temannya, karena mereka ditempatkan di rumah yang berbeda.

“Disana saya tinggal sekitar 4 hari, baru diambil oleh majikan pada sore hari dan dibawa ke rumahnya,” kata Hera.

Selama dua tahun bekerja di rumah majikan di Negeri Sembilan, Hera diperlukan dengan baik dan semuanya berjalan normal.

Namun pada tahun ketiga ia bekerja, barulah sifat asli sang majikan perempuan keluar.

“Setelah 3 tahun itu saya baru tahu kalau dia suka marah dan memukul,” katanya.

Bahkan, ketika Hera ingin menghubungi orang tua dan keluarganya di Aceh Tamiang, majikannya tersebut tidak memberi izin.

Hera bercerita, ia terakhir kali menghubungi orang tuanya pada waktu tiga bulan pertama bekerja di rumah tersebut.

“Setelah itu tidak dikasih lagi menghubungi keluarga,” katanya.

Baca juga: Derita TKW Asal Indramayu di Arab Saudi: Tidak Digaji Selama 4 Bulan, Sering Telat Makan

Hera mengatakan, selama bekerja dan disekap 8 tahun oleh majikannya, sepeser uang gaji yang dijanjikan tak pernah ia terima.

“Saya dijanjikan mendapat gaji sebesar 700 Ringgit,” katanya, - jika di Rupiahkan sekitar Rp 2,3 Juta.

Selama ‘penyekapan’ dirinya selalu mendapat pukulan, bahkan ditampar dan tubuhnya ditendang oleh majikan perempuan setiap ada kesalahan kecil yang dilakukannya.

Bahkan gigi depannya copot akibat kekerasan yang dilakukan oleh majikan, dan kepalanya memar serta lebam akibat dipukuli dengan cangkir plastik.

“Saya berfikir, kalau saya tinggal terus di rumah itu hanya jasad yang dibawa pulang ke kampung. Jadi saya memutuskan untuk kabur,” kata Hera.

Ia mengatakan, saat-saat majikan perempuan mulai memperlihatkan sifat marah dan suka memukul, ia sempat berfikir untuk kabur.

Namun majikannya itu selalu mengancam akan melaporkan ke polisi karena tidak memiliki dokumen sah.

8 tahun terbelenggu dengan penyiksaan ini, Hera memberanikan diri untuk bercerita kepada seorang wanita yang tak lain adalah tetangga majikannya.

Itu dilakukannya ketika majikannya sedang pergi dan tidak ada seorang pun di rumah.

“Saya mengadu dengan dia, karena kepala dan mata saya sakit akibat dipukuli,” kata dia.

Setelah mendengar curahan Hera, tetangga wanita tersebut kemudian menghubungi Haikal.

Saat terhubung, Haikal meminta Hera untuk mengirimkan foto bagian anggota tubuhnya yang memar akibat dipukuli oleh majikan.

Hingga pada Selasa 24 Mei 2022 sekitar pukul 10:00 kemarin, Hera kabur dari rumah majikannya itu dan bertemu dengan Haikal ditempat yang sudah dijanjikan sebelumnya.

Hera berharap dirinya bisa bertemu dan berkumpul dengan kedua orang tua dan juga keluarganya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved