Berita Luar Negeri

Dr Abdullah Puteh Saweu Syedara di Stockholm, Dijamu Kuah Beulangong dan Boh Rom-rom

Dr Ir Abdullah Puteh MSi, berkesempatan meneruskan perjalanan ke Stockholm, ibu kota Swedia, secara pribadi dan khusus

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Muhammad Hadi
Foto for Serambinews.com
Senator Aceh, Dr Ir Abdullah Puteh MSi, bersilaturahmi dan berdialog dengan diaspora Aceh di Meunasah Aceh, di Stockholm, dalam acara yang ia namakan 'saweu syedara' (kunjungi saudara). Acara ini berlangsung di Meunasah Aceh di Stockholm, Swedia, 28 Mei 2022 

Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Bertepatan dengan program Study Reference Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI ke Brussel, Belgia, Dr Ir Abdullah Puteh MSi, berkesempatan meneruskan perjalanan ke Stockholm, ibu kota Swedia, secara pribadi dan khusus.

Kunjungan mantan gubernur Aceh itu, sebagaimana dikatakannya menanggapi pertanyaan Serambinews.com, memang dilakukan dengan niat mulia.

Terutama, untuk dapat 'saweu syedara' (mengunjungi saudara) atau bersilaturahmi dengan diaspora (para perantau) Aceh yang sudah tinggal di kota Stockholm sejak konflik Aceh pada tahun 1976.

Setiba di kota dingin itu, Puteh terlebih dahulu bertandang ke Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Swedia dan Uni Eropa.

Puteh yang juga Ketua Umum DPP KNPI 1984-1987 ini diterima oleh Dubes Dr Kamapradipta yang memang keduanya sudah bersahabat sejak lama semasa di Indonesia.

Didampingi para staf KBRI, kedua tokoh ini bicara lama tentang berbagai hal.

Baca juga: Abdullah Puteh dan Dubes RI Bicarakan Dukungan Swedia bagi Kemajuan Perekonomian Aceh

Khususnya komoditas ekspor Indonesia ke Swedia, termasuk kopi arabika Gayo Aceh yang ternyata sudah sangat populer di kalangan publik Swedia.

Setelah itu, Puteh meneruskan perjalanan ke Meunasah Aceh di Stockholm. Di sana para perantau Aceh sudah menunggunya bersama beberapa tokoh pimpinan dan ibu-ibu.

Dr Abdullah Puteh saat berkunjung ke Museum King Vasa 1685 M di Stockholm, Swedia, 28 Mei 2022
Dr Abdullah Puteh saat berkunjung ke Museum King Vasa 1685 M di Stockholm, Swedia, 28 Mei 2022 (Foto for Serambinews.com)

Tokoh masyarakat Aceh yang hadir dalam pertemuan di Meunasah Aceh itu, di antaranya, Tgk Asnawi, Abu Syahbudin,Tgk Yusril, Tgk Mustafa, dan Tgk Ramli.

Setelah sesi perkenalan, acara berlanjut dengan silaturahmi dan diskusi dalam suasana kekeluargaan.

Seluruh hadirin saling bertukar informasi tentang situasi dan keadaan Aceh dan Swedia terkini.

Baca juga: 2 Warga Aceh Tamiang Dituntut Hukuman Mati, Keluarga Menangis Ceritakan Kondisi Adiknya

Menurut Abdullah Puteh, masyarakat Aceh Swedia sangat merindukan kemajuan Aceh dan berharap secepatnya dapat ke luar dari dera dan derita kemiskinan dengan stigma termiskin di Sumatra.

Menjawab pertanyaan masyarakat, Puteh membenarkan bahwa beberapa tahun terakhir Aceh terpaksa mengembalikan dana Otsus kepada pemerintah pusat karena terjadi sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa).

Beberapa tokoh masyarakat yg hadir saat itu mempertanyakan apakah tidak ada jalan agar SiLPA yang triliunan rupiah itu tidak terus berlanjut dari tahun ke tahun.

Secara diplomatis Abdullah Puteh menjawab, selalu ada jalan untuk mencegahnya.

Salah satunya dengan cara memperbaiki sistem perencanaan yang lebih komprehensif, sistem tender yang lebih terbuka, dan juga melibatkan elemen sivitas akademika yang tersedia cukup banyak di Kampus Universitas Syiah Kuala (USK) dan UIN Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh.

Tepat pukul 10 malam waktu Swedia acara silaturahmi diakhiri dengan makan malam bersama dan doa.

Baca juga: Ikhlaskan Eril,Ridwan Kamil Tulis Pesan Menyayat Hati Untuk Sungai Aare: Kutitipkan Jasad Anak Kami

Masakan khas Pasie Lhok, Pidie, dengan kuah labu dan sie beulangong, melengkapi hidangan makan malam tersebut. Dihidangkan juga boh rom-rom (klepon), penganan yang disukai dan dikenal luas di Aceh.

"Saya sangat-sangat bahagia bukan saja karena bisa jumpa dan berdialog dengan saudara-saudara kita yang sudah cukup lama di rantau, tetapi juga karena mereka terlihat semuanya ceria dan sehat wal afiat.

Anak-anak mereka pun masih fasih berbahasa Aceh walaupun sesekali bercampur dengan bahasa Sweden," ungkap Puteh.

Kehidupan masyarakat Aceh di sana, menurut Puteh, tergolong sangat sejahtera karena mereka sudah menjadi warga negara.

Pemerintah memberikan fasilitas kepada mereka sama dengan warga negara asli (pribumi).

Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini, Berikut Rincian Harga Emas Per Gram Minggu (5/6/2022)

Misalnya, kelahiran anak sejak bayi semua ditanggung oleh negara. Begitu juga semua biaya untuk kesehatan dan pendidikan, sejak TK sampai SMA ditanggung pemerintah.

Termasuk sepatu, seragam sekolah, bahkan pulpen hingga buku semua gratis.

Bahkan kalau anak masuk universitas, mereka boleh pinjam uang di bank secukupnya tanpa batas dan nanti uang tersebut dikembalikan ketika mereka sudah bekerja.

"Di Sweden tidak ada lulusan universitas yang tidak mendapat pekerjaan," demikian Abdullah Puteh. (*)

Baca juga: Abdullah Puteh Usulkan Kuala Langsa Masuk Jalur Tol Laut Nusantara

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved