Breaking News

Berita Subulussalam

Apkasindo Subulussalam Ingatkan Pabrik Beli TBS Sawit Sesuai Permentan 2018, Selama Ini tak Sesuai

Netap menyesalkan harga TBS kelapa sawit yang dipatok para pemilik PMKS di Kota Subulussalam belum berpedoman pada ketetapan harga tim Provinsi Aceh.

Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
Serambinews.com
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Netap Ginting 

Netap menyesalkan harga TBS kelapa sawit yang dipatok para pemilik PMKS di Kota Subulussalam belum berpedoman pada ketetapan harga tim Provinsi Aceh.

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Para pengusaha Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) di daerah ini diingatkan agar mematuhi Permentan 01 tahun 2018 tentang Harga Tandan Buah Segar (TBS) milik pekebun.

Hal itu disuarakan Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia atau Apkasindo Kota Subulussalam, Netap Ginting, kepada Serambinews.com, Senin (13/6/2022) terkait kondisi harga TBS di daerah ini yang saban hari merosot.

Netap menyesalkan harga TBS kelapa sawit yang dipatok para pemilik PMKS di Kota Subulussalam belum berpedoman pada ketetapan harga tim Provinsi Aceh.

Sebab, kata Netap sesuai ketetapan bersama tim penetap harga Provinsi Aceh 7 Juni 2022, harga TBS kelapa sawit untuk tanaman berusia 10-20 tahun Rp 2.566 per kilogram.

Sayangnya di lapangan tidak ada pabrik yang membeli TBS para pekebun dengan harga terkait, namun malah jauh di bawah ketetapan penetap harga.

Baca juga: Sikapi Fluktuasi Harga TBS Sawit di Kota Subulussalam, Fadly Dorong Pembentukkan Tim Monitoring 

Selisih harga yang ditetapkan tim penetap harga TBS Provinsi Aceh dengan di PMKS, kata Netap sangat jauh sehingga merugikan petani.

Disebutkan, PMKS PT Global Sawit Semesta (GSS) Lae Kombih, Dasan Raja, Kecamatan Penanggalan, hanya membeli kelapa sawit sebesar Rp 1.790 per kilogram.

Sementara di PMKS PT Samudera Sawit Nabati (SSN) Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, membeli TBS kelapa sawit sebesar Rp 1.800 per kilogram.

Kemudian di PMKS PT Bangun Sempurna Lestari (BSL) Pelayangan, Desa Buluh Dori, Kecamatan Simpang Kiri, hanya membeli TBS kelapa sawit sebesar Rp 1.770 per kilogram.

Harga TBS kelapa sawit paling rendah adalah di PMKS PT Bumi Daya Agrotamas (BDA) Kecamatan Longkib yakni Rp 1.700 per kilogram.

Baca juga: Harga TBS Sawit Tingkat Petani Rp 1.750 per Kg, Harga CPO Turun

Netap yang juga mantan anggota DPRK Subulussalam tersebut berharap adanya perhatian pemerintah baik provinsi maupun pusat terhadap kondisi para petani kelapa sawit.

Sebab, meski larangan ekspor telah dicabut, dan Menteri Pertanian sudah mengeluarkan surat edaran hingga dibentuknya gugus tugas harga TBS Kelapa Sawit oleh Luhut Binsar Panjaitan, namun fakta di lapangan belum berpengaruh.

“Makanya sebagai ketua asosiasi petani, kami meminta pemerintah, mulai dari Bapak Gubernur, Menteri Pertanian dan Pak Luhut hingga Bapak Presiden Joko Widodo agar tegas dalam hal ini.

Tolong rakyat bapak yang notabene petani kelapa sawit.

Yang kami minta hanya soal harga berpedoman pada Permentan Nomor 01 Tahun 2018 dan ketetapan harga tim penetap provinsi,” tegas Netap

Baca juga: Larangan Ekspor CPO Dicabut, Harga TBS Sawit di Aceh Masih Rendah, Terutama di Barsela, Ini Harganya

Pantauan Serambinews.com, harga TBS petani di Kota Subulussalam per Senin (13/6/2022) hanya berkisar Rp 1.400 hingga Rp 1.500 per kilogram.

Angka itu diprediksi akan kembali melorot lantaran pihak Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) yang beroperasi di Subulussalam saban hari menurunkan harga TBS.

Meskipun Crude Palm Oil (CPO) kini sudah dapat diekspor namun harga TBS Kelapa Sawit di Kota Subulussalam kini semakin parah.

Bahkan harga saat ini sudah mencapai titik terendah dalam setahun terakhir.”Harga TBS masih hancur, kemarin hanya Rp 1.500-an per kilogram, itu pun kalau lokasinya agak bagus,” kata Maha, salah seorang petani kelapa sawit kepada Serambinews.com.

Menurut warga, harga TBS sawit makin merosot dalam tiga bulan terakhir. Harga makin anjlok menjelang lebaran lalu.

Padahal, sejak tanggal Senin 23 Mei lalu pemerintah sudah membebaskan ekspor CPO. Selain itu, saat ini harga minyak sawit mentah juga tetap mengalami kenaikan dan menguat.

Meski harga CPO menguat, di lapangan TBS justru anjlok. Dilaporkan, harga TBS  sampai saat ini masih belum menunjukan kenaikan.

PMKS di Kota Subulussalam terus menurunkan harga dengan tidak berpedoman lagi pada harga CPO & harga penetapan provinsi.

Warga mengaku kondisi harga sawit yang makin anjlok dan tak kunjung membaik membuat perekonomian di sana terseok.

Alasannya, mayoritas masyarakat Subulussalam selama ini mengandalkan pendapatan dari TBS karena komoditas ini satu-satunya paling banyak digeluti penduduk Kota Sada Kata itu.

Apalagi, anjloknya harga TBS bukan hanya berdampak pada petaninya namun ada sejumlah kalangan terimbas karena terkait dengan kegiatan tersebut.

Di sisi lain biaya perawatan makin tinggi pascakenaikan harga TBS kelapa sawit beberapa waktu lalu.

Pupuk, herbisida dan kebutuhan perawatan sawit melonjak drastis serta tidak turun kala harga TBS merosot. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved