Jurnalisme Warga

Syahdunya Jumat Suci Bersama Santriwati

Tak heran jika kita menyaksikan aktivitas masyarakat di malam itu dalam hal memperbanyak membaca Al-Qur’an, berselawat, shalat malam, dan ibadah

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Syahdunya Jumat Suci Bersama Santriwati
FOR SERAMBINEWS.COM
NAYLA SYIFANA ARISNI, Santriwati Kelas XI IPA 5 MAS Ummul Ayman, asal Simpang Tiga, Bener Meriah, melaporkan dari Samalanga, Bireuen

OLEH NAYLA SYIFANA ARISNI, Santriwati Kelas XI IPA 5 MAS Ummul Ayman, asal Simpang Tiga, Bener Meriah, melaporkan dari Samalanga, Bireuen

Jumat adalah hari yang amat baik, hari yang memiliki banyak kemuliaan dan keberkahan.

Karena fadilah dan kelebihan yang dimilikinya, maka tak heran jika kita menyaksikan aktivitas masyarakat di malam itu dalam hal memperbanyak membaca Al-Qur’an, berselawat, shalat malam, dan ibadah-ibadah lainya agak berbeda dengan malam-malam lain.

Begitu juga di Ummul Ayman, dayah tempat saya belajar saat ini.

Kegiatan di malam dan hari Jumat sangat berbeda dengan hari-hari lain.

Jika siswi-siswi sekolah formal liburnya hari Minggu, kami liburnya hari Jumat.

Kami mengisi malam dan hari berkah itu dengan berbagai hal positif.

Dimulai sejak sore Kamis, para santriwati berkumpul di musala untuk baca Al-Qur’an yang dibimbing oleh kakak kelas.

Pembimbing membaca satu per satu ayat suci tersebut dan setelahnya diikuti oleh jamaah.

Baca juga: Inilah Amalan Hari Jumat yang Sangat Rugi Jika Dilewatkan, Lengkap dengan Keutamaan Hari Jumat

Baca juga: Ustaz Amri Fatmi Kembali Dijadwalkan Khatib Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta

Selain bertujuan untuk meraih rida Allah, proses pembacaan dengan metode bimbingan ini juga bertujuan membantu para santriwati untuk membenarkan bacaan mereka, dari sisi makharijul huruf dan panjang-pendeknya bacaan suatu huruf.

Kegiatan tersebut berhenti hingga azan magrib dikumandangkan.

Di sela-sela waktu antara azan dan ikamah, kami membaca selawat Nariyah minimal tiga kali.

Selawat Nariyah ini digubah oleh Syaikh Muhammad Ali Attazi, ulama tasawuf dan ahli fikih dari Maroko.

Selawat Nariyah ini juga dinamakan dengan selawat Attaziyah.

Kata ‘Nariyah’ berasal dari kata ‘naar’ yang berarti ‘api’.

Penamaan ini karena diyakini bahwa kecepatan makbulnya doa yang dipanjatkan jika diiringi dengan membaca selawat tersebut.

Shalat Magrib dilaksanakan dengan khusyuk.

Bakda shalat fardu, setiap kami diwajibkan berdiri lagi untuk melaksanakan shalat sunah yang sering kita kenal dengan istilah shalat bakdiyah.

Setelahnya, kami pun membaca zikir.

Di antara zikir wajib di malam berkah itu yakni pembacaan Surah Alkahfi.

Di malam-malam lain kami membaca Surah Yasin.

Pembacaan itu tentu tidak sia-sia.

Dengan bacaan itu kami semua niatkan niat yang baik.

Setelah Alkahfi, majelis ibadah senja itu ditutup dengan doa dan selawat atas Baginda Rasulullah saw.

Sambil menunggu azan isya, kami duduk-duduk di musala.

Ada di antara kami yang menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur’an, berselawat dengan tasbih digital di tangannya, bahkan ada juga yang sekadar mengobrol bersama kawannya.

Selesai shalat Isya dan wirid bersama, di malam Jumat tentu tidak ada pengajian kitab sebagaimana malam-malam lainnya.

Namun, kami diwajibkan membaca kisah kehidupan Rasulullah saw yang disusun di dalam satu kitab bernama ‘Maulid Barzanji’.

Kitab ini disusun oleh Syaikh Ja’far Albarzanji.

Di Ummul Ayman, nazam ini telah Syaikhuna Waled Nuruzzahri terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Waled sengaja menerjemahkannya agar para pembaca langsung tahu maksud dari isi kitab tersebut.

Terjemahannya juga mengikuti sajak nazam yang indah ketika dibaca.

Nazam ini menceritakan tentang silsilah keturunan Nabi Muhammad saw, sirah kenabiannya, dan sifat-sifat beliau.

Nazam ini dibacakan agar kita selalu mengenang betapa besar perjuangan yang dilalui oleh rasul kita untuk menegakkan agama Islam dan agar kita lebih mencintai dan meneladani sifat-sifat beliau.

Majelis ini kami tutup dengan pembacaan syair yang Waled karang.

Syair yang sering kami sebut dengan ‘Syair Wajib Dayah Ummul Ayman’ ini berisikan tentang mengingat jasa kedua orang tua dan guru dalam kehidupan kita.

Selain itu, di malam yang berkah itu juga kami hiasi dengan ‘muhadarah’.

Kegiatan ini berupa pengembangan bakat yang dimiliki para santriwati.

Di acara ini, kami dibagi menjadi beberapa kelompok yang kami sebut ‘kabilah’.

Setiap kabilah akan dibimbing oleh beberapa ustazah.

Acara dimulai dengan membaca asmaul husna, Al-Qur’an, dan selawat.

Kemudian dilanjutkan dengan beragam acara, antara lain, pidato dalam tiga bahasa: Indonesia, Arab, Inggris, bermuhadasah (dialog dalam bahasa Arab dan Inggris), membacakan puisi, dan hikayat.

Setiap malam Jumat, santriwati akan mengikuti acara yang berbeda-beda agar bisa mengembangkan kepercayaan diri dan menemukan bakat yang paling dikuasai.

Pada hari Jumat, mulai subuh, kami mendirikan shalat berjamaah di musala.

Sebelum itu, kami awali dengan shalat sunah sebelum subuh (kabliyah subuh).

Shalat ini tidak diperkenankan kami lewati begitu saja karena besarnya fadilah yang dikandunginya.

Sebagaimana hadis Rasulullah saw, “Dua rakaat fajar (shalat sunah kabliyah subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.

” (HR.Muslim) Suasana subuh kami hiasi dengan berzikir serta pembacaan Surah Alwaqiah dan Azzariyat.

Setelah shalat, kegiatan berlanjut ke program bahasa.

Setiap dua orang santriwati berbaris dengan rapi di halaman dayah dengan posisi saling berhadapan.

Dimulai dengan bismillah, kami memulai percakapan satu sama lain.

Percakapan dalam bahasa Arab dan Inggris ini sebagai bentuk mempraktikkan kosakata yang telah kami hafal sebelumnya.

Program bahasa ini diakhiri dengan pengulangan idiom (uslub) dan pemberian idiom baru.

Pentingnya kebersihan Meski hari libur, bukan berarti kami bisa berleha-leha begitu saja.

Kegiatan positif lainnya yang kami lakukan adalah bergotong-royong.

Kami diwajibkan membersihkan kamar masing-masing.

Setelah itu, ‘break’ sebentar untuk menikmati sarapan pagi.

Setiba waktu shalat duha, kami menunaikannya di musala.

Meski hukum asalnya sunah, tapi di Ummul Ayman, pelaksanaan shalat duha ini Waled wajibkan agar kami terbiasa sehingga nantinya tidak akan berat lagi dalam melaksanakan ibadah-ibadah sunah lainnya.

Setelah shalat, kami kembali memakai pakaian kerja.

Para santriwati disibukkan di lokasi kerja masing-masing.

Ada yang membersihkan musala, kamar mandi, kelas belajar, halaman dayah, dan lainnya.

Melalui aktivitas ini kami belajar mandiri dalam hal kebersihan.

Lumayan, sebagai modal untuk masa depan juga.

Kebersihan adalah yang paling diutamakan.

Di mana pun berada, Waled selalu menuntut kami untuk menjaganya.

“Geutanyoe bek mangat mata teuh wate ta kalon broh (mata kita jangan senang ketika melihat sampah),” kalimat ini sering Waled sebutkan sebagai sindiran kepada kami agar selalu bersih.

Kebersihan akan membawa ketenangan dan ketentraman.

Oleh karena itu, kebersihan harus menjadi prioritas utama setiap santri agar pembelajarannya mulus dan kita pun bisa belajar dengan serius.

Waktu istirahat (break time) untuk kami dimulai setelah bersih-bersih.

Setelah shalat Zuhur, ada banyak waktu bagi kami untuk bercengkrama dengan sesama.

Bahkan tak sedikit di antara kami yang dijenguk oleh orang tua masing-masing.

Saat itulah kami melepas rasa kangen itu bersama keluarga.

Sementara di sore Jumat, selesai shalat asar, majelis ibadah kami tutup dengan pembacaan wirid berupa Surat Al-Isra ayat 80-81 dan At-Taubah ayat 128-129.

Setelahnya, imam membimbing pembacaan doa dan mengakhirinya dengan membaca selawat yang berlafaz “Allahumma shalli wasallim ala sayyidina muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa-ala aalihi washahbihi wasallim tasliima” sebanyak 80 kali.

Jumat pun berakhir dengan penuh berkah. (naylasyifanarisni@gmail.com)

Baca juga: Komunitas Jumat Berkah Sambangi 3 Janda Miskin di Langsa Barat

Baca juga: 5 Amalan Hari Jumat yang Sangat Rugi Jika Dilewatkan, Salah Satunya Mandi Sebelum Shalat Jumat

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved