Jurnalisme Warga

Bertualang Mencari Murid ke Barat Aceh

Kami sepuluh orang berangkat dari Pidie hari Selasa pagi, 24 Mei 2022, dan tiba kala senja di Kota Teuku Umar, Meulaboh, sebagai destinasi pertama

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Bertualang Mencari Murid ke Barat Aceh
FOR SERAMBINEWS.COM
RIAZUL IQBAL, Anggota FAMe Chapter Pidie dan Guru Sukma Bangsa Pidie, melaporkan dari Meulaboh, Aceh Barat

OLEH RIAZUL IQBAL, Anggota FAMe Chapter Pidie dan Guru Sukma Bangsa Pidie, melaporkan dari Meulaboh, Aceh Barat

UNTUK pertama kalinya dalam hidup, saya menginjakkan kaki di wilayah barat selatan Aceh (Barsela).

Sungguh memalukan sebenarnya, mengingat saya sudah ke luar negeri, tetapi negeri sendiri belum habis saya jelajahi.

Kedatangan ini merupakan tugas dari sekolah Sukma Bangsa Pidie untuk mencari siswa yang berkeinginan mendapat beasiswa penuh kerja sama PT Mifa Bersaudara dan Bel dengan sekolah kami.

Sebelumnya juga Sukma Bangsa pernah memberikan beasiswa untuk anak-anak Meulaboh pascatsunami dan beasiswa kepada siswa-siswi asal Pidie Jaya yang terdampak gempa.

Tahun ini yang diberikan beasiswa awalnya adalah anak Aceh Barat dan Nagan Raya, tapi di perjalanan dibuka lagi untuk siswa di Aceh Barat Daya dan Aceh Jaya.

Kriteria beasiswa ini ialah untuk anak dari keluarga prasejahtera dan sedikit memiliki potensi akademik.

Kami sepuluh orang berangkat dari Pidie hari Selasa pagi, 24 Mei 2022, dan tiba kala senja di Kota Teuku Umar, Meulaboh, sebagai destinasi pertama.

Di Meulaboh kami melihat betapa banyak gedung, simpang, dan jalan berciri khas kupiah Teuku Umar, sungguh sebuah daerah yang begitu menghargai jasa pahlawannya.

Di pinggir laut kota juga terdapat tugu tempat tertembaknya pahlawan nasional ini.

Menurut riwayat, Teuku Umar ditembak, setelah Teuku Leubeh berkhianat dan memberi tahu kalau suami Cut Nyak Dhien itu hanya bisa mati dengan peluru emas.

Baca juga: 30 Pelajar Aceh Singkil Lulus di SMA & SMK Favorit Banda Aceh, Dapat Beasiswa Adem Kemendikbudristek

Baca juga: Pemkab Bireuen Alokasikan Rp 1 Miliar Beasiswa Santri, Ini Syaratnya

Kami mulai bergerak ke daerah tujuan untuk memverifikasi dan mewawancarai calon siswa serta orang tua mereka apakah layak dan yakin melanjutkan sekolahnya ke SMA Sukma Bangsa Pidie.

Kami dibagi dalam dua kelompok dan ditugaskan ke gampong-gampong sekitar.

Saya mendapat jatah di Aceh Barat dan Aceh Jaya.

Setelah menelepon kepala kampung dan sekretaris desa, kami mendatangi sekitar delapan rumah di gampong ini.

Semua sangat layak mendapat beasiswa.

Ada beberapa kisah sedih di perjalanan kami.

Ada seorang siswa tinggal bersama adik dan abangnya di tempat neneknya, sedangkan ibunya menikah lagi di Malaysia dan kemudian diikuti juga oleh ayahnya.

Tim lain juga mendapati banyak siswa kurang mampu, yatim piatu dan keluarga lain yang berminat bersekolah ke Pidie.

Kami juga bertemu anak yang ditimpa musibah, yakni ayah dan ibunya diinjak gajah saat mencari nafkah di kebun beberapa tahun lalu.

Pengasuhnya, setelah orang tuanya meninggal, juga telah dipanggil oleh Yang Mahakuasa sehingga dia harus menumpang di rumah saudaranya.

Ada juga keluarga tak mampu dan cobaan mereka bertambah ketika ibunda meninggal tersengat listrik.

Ayahnya sudah tua dan menderita penyakit saraf terjepit dan baru bisa kembali berjalan setelah lama menjalani pengobatan.

Yang sangat menyedihkan, ada keluarga yang sering berpuasa akibat tidak sanggup mencukupi makan sehari-hari akibat orang tuanya lari dari tanggung jawab dan menikah lagi.

Mereka berdua masih usia sekolah dan harus tinggal bersama neneknya.

Sang nenek pun lumpuh sehingga mereka harus bergiliran menjaga dan merawat nenek sembari bersekolah.

Peristiwa unik terjadi di Bukit Jaya.

Agus, anak yatim piatu tinggal bersama abangnya.

Saat kami mewawancarai orang tua siswa lain di gampong itu, sang ayah anak ini teringat seseorang yang lebih layak mendapatkan bantuan pendidikan ini.

Lalu lewatlah Agus dengan sepedanya di depan rumah.

Sang anak dipanggil dan kami mewawancarainya.

Dia pun terpilih sebagai siswa kami tahun ini.

Dalam sehari kami sesat dua kali.

Rupanya ada dua desa bernama sama dan berada di dua kabupaten berbeda, ada di Nagan Raya dan satu lagi Cot Kumbang, di Kecamatan Arongan Lambalek, Aceh Barat.

Sayangnya, karena malu bertanya, kami sudah melintasi dua kabupaten itu dalam sehari demi mencari seorang siswa dan setelah kami temukan rumahnya, dia tak jadi pula bersekolah di Pidie.

Dari pengalaman kami tersesat itu, membuktikan bahwa Google Maps rupanya tidak menjamin kita tidak tersesat.

Beberapa kali kami “diprank” oleh aplikasi ini dan diarahkan ke jalan-jalan di dalam kebun sawit yang jarang dijelajahi manusia.

Makanya, sangat penting bila ke luar daerah kita harus aktif bertanya pada penduduk lokal, di mana lokasi gampong yang hendak dituju.

Kami juga bertemu dengan beberapa kepala desa, mantan siswa, dan teman-teman di sini.

Ada teman yang mengelola panti asuhan dan alhamdulillah dari SOS Children Village kami mendapatkan tiga siswa yang mau bersekolah di Sukma Bangsa Pidie.

Ada 65 siswa yang harus kami temukan dan wawancarai untuk memenuhi kuota beasiswa penuh untuk tingkat SLTA ini.

Mereka nanti akan bersekolah di SMA Sukma Bangsa Pidie dan diasramakan.

Sampai reportase ini ditulis, kami sudah mendapatkan 50 siswa dari empat kabupaten, yaitu Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Barat, dan Aceh Jaya.

Tidak semua rumah calon siswa yang kami datangi setuju untuk sekolah di Sekolah Sukma Bangsa Pidie.

Beberapa orang tua keberatan karena gampong mereka jauh sekali dengan Pidie.

Kekhawatiran mereka adalah tak bisa berkunjung dan tak ada sanak saudara di sekitar sekolah.

Orang tua yang setuju kebanyakan ingin anaknya sukses dan mungkin kalau selesai sekolah dan kuliah nanti bisa bekerja di PT Mifa atau Bel, minimal anaknya sudah ke luar daerah untuk mencari pengalaman baru dan teman-teman baru.

Rata-rata mereka sangat antusias untuk bersekolah di Sukma Bangsa Pidie.

Kami berkunjung ke rumah-rumah, tidak hanya mewawancara siswa dan orang tuanya, tetapi juga membawa foto-foto dan menjelaskan profil sekolah kami di Pidie.

Pada sesi pembuka saat tes, kami menayangkan video kegiatan sekolah.

Tes pemetaan dihelat di Aula Dinas Pendidikan Aceh Barat.

Ada sekitar 37 yang hadir.

Mereka dites baca Al-Qur’an, tes mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.

Harapan kami adalah semua anak Aceh mendapat pendidikan yang layak dan punya skill yang mumpuni setelah mereka bersekolah di Sukma Bangsa.

Mereka juga akan mendapatkan link beasiswa ke berbagai perguruan tinggi nasional jika lulus tes.

Masih banyak anak di Aceh yang perlu uluran tangan, peningkatan kapasitas ilmu, serta taraf hidup.

Semoga dengan beasiswa ini, siswa dari wilayah barat Aceh ini menjadi anak-anak yang sukses dan membawa perubahan yang signifikan, baik bagi daerah mereka khususnya dan bagi Aceh umumnya di masa mendatang.

Baca juga: Baitul Mal Aceh Kembali Lahirkan Penghafal Alquran Melalui Program Beasiswa Penuh

Baca juga: PT Solusi Bangun Andalas Berikan Beasiswa untuk 400 Pelajar, Dukung Pendidikan Masyarakat Sekitar

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved