Info Kesehatan
Aceh Jaya Optimis Bisa Eliminasi Malaria, tapi Tambang Emas Gunong Ujeun Jadi Kendala
Bukan kasus yang terjadi di desa. Mereka yang terinfeksi yang bekerja di area tambang emas, yang saat ini beroperasi secara ilegal.
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sebagaimana diketahui, saat ini hanya Kabupaten Aceh Jaya di Provinsi Aceh yang belum mendapatkan sertifikat eliminasi malaria.
Aceh Jaya memang daerah endemis malaria. Itu sebabnya membutuhkan waktu untuk meraih sertifikat tersebut. Terlebih lagi untuk mendapatkan sertifikat membutuhkan syarat yang ketat, antara lain tiga tahun berturut-turut tidak terjadi kasus penularan lokal malaria.
“Tahun 2019 sebetulnya sudah dihitung tahun pertama sebagai tahapan meraih sertifikat eliminasi. Begitu masuk tahun 2020 Indonesia-termasuk Provinsi Aceh–dilanda pandemi Covid-19. Pada masa Covid ini kasus-malaria malah meningkat lagi, jadi nggak bisa dapat sertifikat. Dianggap gugur tiga tahun berturut-turut,” kata Kepala Dinas Kesehatan Aceh Jaya Rosniar SKm yang didampingi Kasi Pencegahan Penyakit Menular, Eka Rosdiana kepada Serambinews.com, pekan lalu.
Dijelaskan, kasus yang dihitung adalah malaria Vivax, bukan malaria knowlesi yang disebabkan oleh Plasmodium knowlesi (P. knowlesi).
Kasus malaria vivax ini pun, kalau cuma pasien yang sakit berulang, maka tidak dihitung. “Artinya, yang dihitung cuma pasien malaria vivax yang baru,” kata Eka.
Oleh karena peningkatan kasus yang tinggi sampai 230 orang, maka harus diulang penghitungannya. Dikatakan, kasus yang terjadi di Aceh Jaya umumnya terjadi pada pekerja di hutan. Bukan kasus yang terjadi di desa. Mereka yang terinfeksi yang bekerja di area tambang emas.
Diduga jumlah kasus meningkat pada tahun 2019 karena warga berbondong-bondong ke hutan untuk mencari logam mulia, emas. Pembatasan kegiatan yang dilakukan pemerintah menyebabkan ekonomi kurang menguntungkan. Ini sebab warga berbondong-bondong mencari ‘harta karun’ di dalam hutan.
Baca juga: Aceh Besar Bebas Penyakit Malaria, Bupati Mawardi Ali Terima Sertifikasi Eliminasi dari Menkes
Baca juga: WHO Dukung Vaksin Malaria Pertama di Dunia, Sebagai Momen Bersejarah
Pemkab Aceh Jaya pun hingga kini kesulitan memutuskan mata rantai penularan malaria. Bukan hanya karena tambang ilegal itu sulit disetop, tetapi juga lantaran para pekerja tambang ini belum punya kesadaran tentang bahaya penyakit malaria.
Seandainya saja begitu terkena malaria langsung menjauh dari kelompoknya dan turun ke bawah mencari pengobatan, kata Eka, maka tentu malaria tidak akan tersebar.
“Masalahnya, kesadaran orang yang terkena malaria untuk segera turun ke bawah mencari pengobatan itu rendah. Dia tinggal di situ, bermalam di situ. Bergabung dengan orang-orang yang sehat. Nah, parasit malaria pun jadi tersebar,” katanya.
Eka Rosdiana mengakui bahwa selama ini pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan kasus malaria. Sosialisasi kerap dilakukan, berupa imbauan kepada pekerja tambang untuk tidak menginap di hutan.
Baca juga: Awas! Hal Sepele Ini Bisa Memicu Kolesterol Tinggi, Salah Satunya Merokok
Baca juga: Telkomsel Ajak Pelanggan di Sumut dan Aceh Gunakan uSIM 4G Untuk Maksimalkan Layanan Broadband
Baca juga: Jokowi Berangkat ke Ukraina dan Rusia, Akan Bujuk Vladimir Putin Hentikan Perang
Kalaupun menginap, kata Eka, harus memakai kelambu saat tidur.
“Kelambu juga sudah dibagikan. Atau paling kurang, jika sudah terkena malaria, turun ke bawah sehingga kawan sekelompoknya tidak sakit,” katanya.
Kecuali itu, pelatihan juga dinilai penting, termasuk mengajarkan kemampuan screening kepada pekerja sehingga bisa mendeteksi kawannya yang sudah terkena malaria. Namun, untuk sampai pada tahap ini membutuhkan waktu. Tidak mudah baginya untuk mengajak pekerja tambang mengikuti sosialisasi.