Hasil Kajian Akademisi Universitas Syiah Kuala, Stok Induk Udang Windu Aceh Mulai Menipis

Ini dibuktikan dengan hasil tangkapan induk udang windu dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir sudah sangat berkurang.

for serambinews.com
Kepala Dinas Perikanan Aceh Timur, Drh. Cut Ida Mariya M.Ap, memberikan sambutan dalam kegiatan diseminasi hasil penilaian awal perikanan induk udang windu di Perairan Aceh Timur, di Hotel Royal Idi, Aceh Timur, Rabu (29/6/2022). 

 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Induk udang windu Aceh atau biasa dikenal dengan nama udang tiger (Penaeus monodon) merupakan salah satu induk udang terbaik yang ada di Indonesia, bahkan pernah menjadi induk udang terbaik di Asia Tenggara.

Namun saat ini berdasarkan hasil kajian penilaian awal yang dilakukan oleh akademisi USK Rianjuanda, S.Kel., M.Si, bersama Dinas Kelautan Provinsi Aceh, Dinas Perikanan Aceh Timur, Panglima Laot Lhok Kuala Bugak, dan Yayasan WWF Indonesia, stoknya sudah mulai menipis.

Ini dibuktikan dengan hasil tangkapan induk udang windu dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir sudah sangat berkurang.

Hal ini juga diamini oleh H. Ismail (Direktur CV Rina Windu) yang merupakan salah satu agent utama pembeli induk udang windu di Aceh Timur.

Baca juga: Suami Tewas Ditusuk Istri di Kediri, Pelaku Mengaku Mendapat Bisikan Gaib

Baca juga: Begini Data Kasus Covid-19 di Kota Lhokseumawe Hingga Akhir Tahun 2021, Pasien Meninggal 80 Orang

Baca juga: Besok, Jumat Perdana di Bulan Dzulhijjah, Ini Daftar Khatib dan Iman Shalat Jumat di Banda Aceh

"Jika dulu setiap hari kami bisa menampung dan menjual induk udang windu sehari 500 ekor, kini hanya belasan ekor saja," ujarnya

Dalam kajian penilaian awal tersebut, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sertifikasi Marine Stewardship Council (MSC) yang merupakan salah satu penerbit sertifikat ecolabel dunia yang membuktikan bahwa produk hasil tangkapan nelayan ditangkap dengan cara-cara yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.

Ada 3 indikator yang digunakan dalam pendekatan MSC yang pertama indikator keberlanjutan stok, indikator dampak terhadap ekosistem dan indikator efektifitas pengelolaan.

Menurut peneliti USK Rianjuanda, S.Kel., M.Si yang juga merupakan Dosen Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan USK dalam pemaparan diseminasi hasil penilaian awal perikanan induk udang windu di Perairan Aceh Timur yang digelar di Hotel Royal Idi Aceh Timur, Rabu 29 Juni 2022, mengindikasikan bahwa pengelolaan perikanan induk udang windu perlu diperbaiki, khususnya pada indikator satu dan tiga, sehingga perikanan induk udang windu menjadi lebih baik dan berkelanjutan.

Baca juga: Kurban di Kampung Halaman, Tapi Tak Bisa Disaksikan Saat Disembelih, Sah Atau Tidak Kurbannya?

Baca juga: Diminta Tolong Setor ke Bank, Adik Kandung Tega Larikan Sepmor & Uang Milik Abangnya Rp 74 Juta

Baca juga: Raih Gelar Doktor di USK, Silfi Iriyani Temukan Rancangan Strategis Persoalan Pengelolaan Hutan Aceh

Ada 9 rekomendasi yang dihasilkan dari kajian tersebut dan yang terpenting adalah perlu adanya keterlibatan aktif semua pihak yang terkait dengan perikanan induk udang windu.

"Kita tidak bisa bekerja sendiri, dibutuhkan kolaborasi, koordinasi dan sinergi semua pihak untuk mengelola perikanan induk udang windu ini" tambahnya.

Dalam pembukaan kegiatan diseminasi ini, Kepala Dinas Perikanan Aceh Timur, Drh. Cut Ida Mariya M.Ap, berharap kita bisa mewujudkan perikanan induk udang windu yang lebih baik, sehingga stok induk udang windu ini bisa lestari dan secara ekonomi bisa bermanfaat bagi nelayan kita.

Turut hadir dalam diseminasi ini Kepala Satker PSDKP Idi Aceh Timur, perwakilan nelayan penangkap udang windu, agen pengumpul, pengusaha, perwakilan panglima laot setempat, serta beberapa pihak terkait.


Dalam diskusi Abu Leman (perwakilan Panglima Laot Aceh Timur) berharap permasalahan udang windu ini bisa ada solusi yang tepat dan kongkrit, jika bisa saat nelayan tidak melaut karena faktor alam atau lainnya, bisa difasilitasi dengan mata pencarian lain, kasihan nelayan kita, saat tidak bisa melaut, mereka tidak ada penghasilan yang memadai.

Menindaklanjuti hasil kajian ini, Dinas Perikanan Aceh Timur bersama tim yang difasilitasi Yayasan WWF Indonesia langsung bersama-sama para peserta diseminasi mencoba menyusun rencana aksi pengelolaan perikanan induk udang windu tersebut.

Harapannya bisa bersama-sama melakukan pengelolaan perikanan induk udang windu yang baik dan berkelanjutan.

“Hasil dari diseminasi dan rencana aksi ini, nantinya juga akan kita coba teruskan ke tingkat provinsi untuk ditindaklanjuti sebagaimana mestinya, tentunya butuh waktu dan proses. Mudah-mudahan rencana ini bisa kita terapkan dengan baik nantinya,” kata Kadis DKP Aceh Timur.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved