Jurnalisme Warga
Nostalgia Masa Dulu di “Jameun Kupi”
Meningkatnya ilmu pengetahuan dan berkembangnya teknologi dengan sangat pesat menyebabkan terjadinya modernisasi dalam banyak hal seperti berubahnya

OLEH AZWAR ANAS, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe dan Pegiat FAMe Chapter Lhokseumawe, melaporkan dari Lhokseumawe
Meningkatnya ilmu pengetahuan dan berkembangnya teknologi dengan sangat pesat menyebabkan terjadinya modernisasi dalam banyak hal seperti berubahnya pola pikir, gaya hidup, hubungan dalam masyarakat, hingga budaya meninggalkan tradisi-tradisi lama yang dianggap sudah tak tepat lagi untuk digunakan saat ini.
Banyak hal dalam kehidupan masyarakat berubah, termasuk beberapa hal yang dulunya dianggap tabu kini menjadi biasa, seperti kebiasaan mengekspresikan diri melalui media sosial yang cukup familier saat ini.
Akibatnya, fasilitas-fasilitas umum yang dirancang saat ini biasanya akan bercorak modern dengan kesan ‘instagramable’ sehingga cocok dan pantas untuk ditampilkan di media sosial agar digandrungi oleh kawula muda tentunya.
Di saat menjamurnya tempat tongkrongan kekinian seperti kafe-kafe yang bercorak modern, ada sebuah kafe yang berani tampil beda dan terbilang cukup nekat dengan mengusung tema klasik masa dulu, yakni Kafe Jameun Kupi.
Kafe ini terletak di Desa Cot Bada Baroh, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, tepatnya sekitar 1 kilometer memasuki jalan kecil dari jalan lintas Medan-Banda Aceh, mampu membuat pengunjung terkagum-kagum dengan konsep desain interiornya.
Sesuai dengan namanya, Jameun, dalam bahasa Aceh yang berarti zaman dulu, kafe ini mengusung konsep tempo dulu yang kini mungkin mulai dilupakan masyarakat.
Kesan kembali ke masa lalu begitu terasa kental saat memasuki area kafe ini.
Baca juga: Festival Kopi Gemilang di Taman Sari Diserbu Pengunjung, Catat Rekor MURI 1.001 Saring Kopi Serentak
Baca juga: Berawal dari Suka Ngopi, Fenita Arie Buka Gerai Kopi Sendiri, Ngaku Lebih Seru dari Syuting
Sehingga, selain sebagai sarana untuk mengenang kehidupan tempo dulu, kafe ini juga menjadi salah satu media edukasi bagi masyarakat untuk melihat kembali bagaimana kehidupan di masa lalu.
Pertama sekali memasuki area kafe ini, pengunjung akan disambut oleh gapura kayu besar yang berukuran sekitar tiga sampai empat meter.
Kesan klasik mulai terasa begitu pengunjung menginjakkan kaki di area ini.
Bagaimana tidak, selain beratapkan daun rumbia, gapura ini juga dihiasi dengan gantungan lampu antik tradisional yang biasanya dipakai masyarakat tempo doeloe.
Di sekelilingnya juga diletakkan kayu-kayu dan hiasan lain yang membuat gapura ini berdiri dengan gagah menyambut setiap pengunjung yang datang.
Melewati gapura, pengunjung dapat berjalan lurus menuju ke dalam area kafe.
Namun, sebelum memutuskan untuk memilih tempat bersantai dan menikmati sajian yang disediakan, pengunjung akan terlebih dahulu berhadapan dengan tiang navigator yang menjadi penunjuk arah ke area tempat duduk, toilet, musala, area parkir, dan toko suvenir.
Tiang ini berdiri tegak di depan pintu masuk utama dan sangat klasik dengan hiasan kotak pos bekas dan roda sepeda bekas yang disusun rapi dan diletakkan pada bagian puncak tiang.
Tiang ini termasuk salah satu spot foto yang patut dicoba jika Anda berkunjung ke Jameun Kupi.
Memasuki area utama Jameun Kupi, pengunjung dapat memilih beberapa tempat bersantai yang telah disediakan.
Setidaknya terdapat empat area tongkrong yang dapat dipilih oleh pengunjung, yaitu area kiri, kanan, tengah, dan belakang.
Semua area ini terbuat dari material kayu, daun rumbia, dan beberapa hiasan barang-barang klasik yang konon katanya telah dikoleksi selama bertahun-tahun.
Area kiri kafe dihiasi dengan beberapa kursi dan meja kayu yang dilengkapi dengan hiasan lampu gantung, helm bekas, dan pelat kendaraan bekas dengan berbagai corak dan warna serta beberapa pajangan sepeda motor antik.
Semua ornamen hiasan ini dipasang di bagian belakang tempat duduk pengunjung.
Pada bagian kiri juga terdapat sebuah arena baca dengan hiasan beberapa rak yang berisikan buku dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk membaca.
Bagian ini juga dilengkapi dengan pajangan peribahasa atau kiasan-kiasan bahasa Aceh yang sering digunakan dalam kehidupan masyarakat Aceh tempo doeloe.
Kesan klasik nan edukatif terasa begitu kental pada bagian ini.
Sementara, pada sisi kanan kafe terdapat kursi rotan dengan atap berhiaskan kain yang terbuat dari karung bekas.
Pada bagian belakang kursi dihiasi dengan susunan roda sepeda bekas, televisi, radio, telepon, mesin ketik, dan jam dinding yang cukup hits pada masanya.
Di sampingnya juga dihiasi dengan rak yang berisikan wajan-wajan dan perkakas rumah tangga yang terbuat dari tanah dan diletakkan di samping sebuah meriam buatan.
Sementara pada bagian belakang dan tengah kafe juga hampir menyerupai dua bagian lainnya.
Bedanya hanya pada ornamen hiasan yang diletakkan.
Terdapat panyoet (alat penerangan tradisional masyarakat Aceh) dan gantungan botol bekas pada bagian belakang, serta kursi yang terbuat dari tempat minuman bekas pada bagian tengah.
Area utama Jameun Kupi terbuat dari seng yang bertuliskan “Jameun Kupi” pada bagian atapnya.
Kawasan ini menjadi area spot foto utama pengunjung karena menjadi ciri khas Jameun Kupi.
Di dalamnya terdapat berbagai hiasan barang klasik zaman dulu seperti sterika arang, koper, dan benda-benda lain.
Di depan area utama ini terdapat sebuah jeungki (alat penumbuk tepung tradisional masyarakat Aceh) yang menambah kesan tradisonal saat melakukan sesi foto.
Selain itu, Jameun Kupi juga dilengkapi dengan musala sebagai tempat ibadah dan sebuah toko suvenir yang bertuliskan “Keude Jameun” (Kedai Zaman Dulu) dan di dalamnya dijual berbagai suvenir seperti kaos, jaket, dan lainnya.
Demi menambah kesan klasik, Jameun Kupi juga menyajikan makanan dan minuman tempo doeloe seperti kopi khop, kopi tebu, kopi sareng, bandrek, dan limun, minuman tradisional yang sepertinya sangat jarang diminati oleh anak-anak sekarang.
Sementara, jenis makanan yang disediakan seperti dughok, pisang teukeurabe, jagung teukeurabe, keupila teukerabe, dan emping.
Untuk memperkuat dimensi masa dulu, semua jenis makanan dan minuman tersebut disajikan dalam piring dan cangkir tradisional yang lazim ditemukan di zaman dulu.
Agaknya tak berlebihan jika kita memberikan apresiasi sebesar-besarnya atas tekad seorang Khairul Nazli yang telah menginisiasikan lahirnya kafe klasik ini.
Terima kasih telah menyuguhkan dan menyatukan kembali kepingan-kepingan kehidupan tradisonal masyarakat melalui Jameun Kupi.
Adanya kafe ini selain diharapkan sebagai tempat wisata masyarakat, juga menjadi sarana untuk bernostalgia kembali ke masa dulu dan mengukuhkan kembali tradisi-tradisi lama masyarakat yang mungkin mulai terlupakan.
Semoga saja!
Baca juga: Kopi Asin Disajikan dalam Tur de Kopi Gayo Trans Sumatera di Gena Ngopi Jambi
Baca juga: Polres Aceh Besar Perlombakan Minum Kopi Tercepat dan Terbanyak, Ini Para Juaranya