Haji 2022

15.953 Jamaah Alami Batuk dan Pilek, 51 Orang Bakal Pulang Lebih Awal karena Sakit

Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana mengatakan, penyakit batuk dan pilek mendominasi penyakit jamaah haji Indonesia di Mekkah

Editor: bakri
Foto: Saudi Press Agency
Rumah Sakit King Abdulaziz di Mekkah, Arab Saudi, tempat perawatan jamaah haji yang sakit parah. 

JAKARTA - Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana mengatakan, penyakit batuk dan pilek mendominasi penyakit jamaah haji Indonesia di Mekkah, Arab Saudi.

Dia bilang, penyakit yang diidap jamaah haji ini mengalami pergeseran.

Pada awal kedatangan, para jamaah banyak mengidap penyakit hipertensi/darah tinggi dan jantung.

Berdasarkan laporan Kemenkes RI, batuk dan pilek dialami 15.953 orang.

“Jamaah kita didominasi oleh adanya pergeseran penyakit.

Kalau awalnya dominasi hipertensi jantung, saat ini batuk pilek mendominasi jamaah kita," kata Budi dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (14/7/2022).

Budi menuturkan, penyakit batuk pilek yang kini mendominasi penyakit jamaah disebabkan oleh faktor kelelahan.

Sebab, ibadah haji didominasi oleh aktivitas fisik.

Hal ini pula yang membuat penyakit komorbid jamaah haji kambuh.

Selain kelelahan, jamaah haji juga banyak merasa dehidrasi karena cuaca terik.

Baca juga: Jamaah Haji Turki, Eropa, AS dan Australia Kunjungi Masjid Nabawi Sebelum Kembali Pulang

Baca juga: Kereta Api Cepat Arab Saudi Lakukan 2.228 Perjalanan, Angkut Satu Juta Lebih Jamaah Haji

Menurut Budi, Warga Negara Indonesia (WNI) yang tidak terbiasa dengan suhu panas akan lebih mudah merasa dehidrasi.

"Jadi bahwa kelelahan dan dehidrasi menjadi faktor penyebab utama timbulnya penyakit jamaah kita," tutur Budi.

Kendati didominasi batuk pilek yang notabene merupakan penyakit menular, Budi menegaskan tidak ditemukan penyakit-penyakit menular dan infeksi yang berbahaya.

Sekalipun ada, pihaknya akan segera memberikan pengobatan.

Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan monitor jamaah haji yang mengidap penyakit selama di Tanah Suci.

Terkait batuk pilek, pihaknya meminta kepada jamaah untuk tetap mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker di sisa hari terakhir perjalanan haji.

"Namun dalam diagnosa yang ada di catatan medis jamaah belum ditemukan penyakit berbahaya yang ada di diri jamaah haji Indonesia.

Alhamdulillah, mudah-mudahan ini akan terus berlanjut, jamaah kita akan pulang dalam keadaan sehat," beber Budi.

Lebih lanjut dia menjelaskan, monitoring akan terus dilaksanakan hingga jamaah haji kembali ke Tanah Air.

Setibanya di Indonesia, jamaah harus lebih dulu menjalani skrining kesehatan saat kedatangan di bandara internasional debarkasi.

Skrining itu meliputi pengecekan suhu melalui thermal scanner dan thermal gun, serta melakukan observasi terhadap jamaah di debarkasi untuk melihat tanda dan gejala penyakit.

Jika terdapat jamaah dengan gejala demam atau menunjukkan potensi penyakit menular, maka jemaah perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut melalui tes PCR.

Apabila hasil reagen menunjukkan reaktif, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

“Jika hasilnya positif, akan dirujuk ke fasilitas isolasi terpusat untuk kasus tanpa gejala/gejala ringan.

Sementara yang bergejala sedang/berat akan dirujuk ke RS Rujukan Covid-19” jelas Budi.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana mengatakan, sebanyak 51 jamaah haji Indonesia yang sakit akan pulang lebih awal (tanazul).

Tanazul merupakan pemulangan jamaah lebih awal melalui kloter yang berbeda dengan kloter keberangkatan.

Pemulangan lebih awal ini dilakukan karena mereka sakit dan memenuhi kriteria layak terbang.

"Untuk jamaah sakit yang akan dipulangkan lebih awal atau tanazul sampai saat ini masih tercatat 51 orang.

Dalam kepulangannya kita tetap mempertimbangkan kelaikan terbang," kata Budi dalam konferensi pers, Kamis (14/7/2022).

Kendati demikian Budi menuturkan, jumlah jamaah haji yang sakit dan meninggal dunia mengalami penurunan.

Hal itu dikarenakan pihaknya selalu melakukan evaluasi dan monitoring jamaah haji hingga hari kepulangan.

Budi menyebut, evaluasi terhadap perkembangan kesehatan jamaah haji, termasuk kendala-kendala yang ditemukan, dilakukan setiap hari.

Evaluasi ini dijadikan dasar perbaikan untuk penanganan jamaah haji di hari berikutnya.

Dia menjabarkan, salah satu penanganan dari hasil evaluasi yang dilakukan adalah gerakan minum bersama.

Gerakan ini disiasati untuk menghindari dehidrasi karena suhu tinggi.

"Lalu di hari-hari selanjutnya banyak jamaah yang kelelahan, banyak juga jamaah yang tidak mau makan, bosan, sehingga kita buat gerakan makan kurma bersama.

Ini cukup efektif bagi jamaah kita yang nafsu makannya berkurang," tutur Budi.(kompas.com)

Baca juga: Padahal Sudah Diingatkan Pemerintah, Jamaah Haji Indonesia Tepergok Bawa Air Zamzam Dalam Koper

Baca juga: Raja Salman Dapat Ucapan Selamat dari Pemimpin Arab Atas Keberhasilan Musim Haji 2022

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved