Kupi Beungoh
Erli Wadi: Pejuang Nelayan Aceh yang tak Lulus SD
Ketahuilah bahwa sejak dua tahun terakhir, ia telah berhasil menghadirkan wajah ceria para nelayan Aceh di Lampulo, Banda Aceh.
Oleh: Dr. Teuku Zulkhairi*)
Namanya Erli Wadi.
Tentu tidak banyak yang kenal dengan pemuda asal Idi Rayeuk, Aceh Timur, kelahiran tahun 1979 ini.
Sosok dan kiprahnya belum pernah diliput media cetak maupun elektronik.
Karena dia bukan pejabat dan bukan juga publik figur.
Sekolah pun, menurut pengakuannya ia tidak tamat sekolah dasar.
Tapi...
Ketahuilah bahwa sejak dua tahun terakhir, ia telah berhasil menghadirkan wajah ceria para nelayan Aceh di Lampulo, Banda Aceh.
Spektakuler dan menakjubkan.
Bagaimana tidak, sejak kehadirannya di Lampulo, para nelayan kian semangat pergi melaut menangkap ikan.
Alkisah...
Sebelum kehadiran Erli Wadi di sana, ikan hasil tangkapan nelayan Lampulo dibeli dengan harga yang sangat murah sekali.
Konon dibeli hanya dengan kisaran Rp 8 sampai 9 ribu per kilogram.
Bahkan, menurut keterangan para nelayan, bukan saja dibeli dengan harga sangat murah oleh para toke-toke etnis China, tapi juga seringkali mereka mengutang dari nelayan.
Ambil dulu ikan hasil tangkapan nelayan, sementara bayarnya belakangan.
Seolah, mereka ikan hasil tangkapan nelayan tidak ada harganya.
Namun....
Sejak kehadiran Erli Wadi di Lampulo, ikan hasil tangkapan nelayan dibelinya dengan harga mencapai Rp 15 sampai 18 ribu.
Melebihi dua kali lihat dari harga sebelum Erli Wadi hadir di sana.
Selain itu, Erli Wadi juga tidak pernah mengutang kepada nelayan.
Sepulang para nelayan dari melaut, biasanya hari Kamis, Erli Wadi membeli ikan tangkapan nelayan dengan uang cash dan dengan harga yang menghadirkan senyum di wajah para nelayan yang baru saja pulang bertarung dengan maut di laut lepas.
Kini, sejak dua tahun terakhir, para nelayan tidak khawatir lagi soal harga ikan.
Juga soal pembayaran.
Erli Wadi membeli ikan nelayan dengan harga yang menyenangkan nelayan.
Erli Wadi hanya mengambil sedikit saja keuntungan dari transaksi bisnis ikan ini.
Ikan yang dibeli dengan harga mulai dari Rp 15 ribu sampai dengan Rp 18 ribu ini dijualnya dengan harga Rp 20 s/d 21 ribu.
Jadi keuntungan diambil hanya di kisaran 2-3 ribu per kilogram.
Baca juga: Tangkapan Boat Ikan di PPS Lampulo per Hari Capai 130 Ton, Harga Ikan Kualitas Medium Mulai Turun
Ikan-ikan yang dibeli Erli Wadi dari nelayan ini diekspornya ke dalam dan luar negeri.
Erli mengaku bahagia dapat membantu nelayan, karena misinya hadir ke Lampulo memang untuk membantu nelayan.
Bisnis Erli Wadi ini dengan izin Allah, alhamdulillah berjalan lancar.
Kadangkala ia mengaku heran mengapa sebelumnya harga ikan hasil tangkapan nelayan ini dulu dibeli dengan harga murah.
Sebab, pada faktanya, meskipun Erli Wadi membeli ikan nelayan dengan harga yang menyenangkan nelayan, seperti disebut di atas, tapi Erli Wadi mengaku tetap memperoleh keuntungan.
Bahkan, dari bisnis ikan ini, tahun lalu Erli Wadi bisa menyetor PAD (Pendapat Asli Daerah) ke Pemerintah Aceh mencapai Rp 1 Miliar.
Jadi bukan saja Bang Erli ini telah membantu nelayan, tapi juga ikut membantu pemerintah juga.
Selain itu, Erli juga mempekerjakan mencapai 300 karyawan di kedua usaha pembekuan dan ekspor ikan nelayan ini, yakni di Lampulo Banda Aceh dan di Idi Rayeuk, Aceh Timur.
Sebelumnya sosok Erli Wadi ini dikenalkan kepada saya oleh Teungku Jamaika, mantan kombatan GAM yang hari ini aktif membudidayakan tirom.
Lalu, dalam suatu program “Aceh Bicara” di TVRI kerjasama TVRI dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh, Teungku Jamaika membawa Erli Wadi dan menceritakan perjuangan beliau selama ini.
Tidak menunggu waktu lama, Jumat lalu kami langsung ke lokasi, Lampulo ke gedung tempat pembekuan ikan milik Pemerintah Aceh yang kini dikelola Erli Wadi.
Sekedar catatan, selain di Lampulo, Erli Wadi juga eksis mengelola bisnis ekpor ikan nelayan ini di Idi Rayeuk Aceh Timur.
Baca juga: Ini Identitas Nelayan Aceh Timur Ditangkap di Thailand, Haji Uma Koordinasi Dengan Konsulat Songkhla
Baca juga: Perputaran Uang di PPS Lampulo Capai Rp 3 Milliar/Hari, Lelang Ikan Minggu Keempat Juni Naik
Jadi ceritanya begini...
Sukses mengelola bisnis ekspor ikan di Idi Aceh Timur, lalu kawan-kawannya mengajaknya ke Lampulo membantu dan memuliakan para nelayan di Lampulo yang mengalami nasib kurang beruntung, karena ikannya dibeli dengan harga murah oleh toke-toke keturunan Tionghoa.
“Saya tiba-tiba di suatu malam selesai shalat terfikirkan untuk datang ke Lampulo. Seperti digerakkan oleh Allah untuk datang ke sini,” ujar Erli Wadi menceritakan kisah dua lalu saat ia datang ke Lampulo.
Setibanya di Lampulo, Erli Wadi melihat gedung Integrated Cold Storage (ICS) atau Gudang Beku Terintegrasi (gedung pembekuan ikan) milik Pemerintah Aceh yang tidak terurus.
Rumput-rumput hampir menutupi areal bangun hingga ukuran pinggang orang dewasa.
Selain itu, di dalam gedung ini juga ditemukan bangkai-bangkai meuruwa (biawak), yang menunjukkan betapa tidak terurusnya bangunan penting tempat pembekuan ikan ini.
Nah, oleh Erli Wadi, diuruslah izin penggunaan gedung ini sebagai tempat penampungan ikan yang akan dibelinya dari para nelayan.
Di gedung ini, ikan yang dibeli dari nelayan disimpan dan dibekukan sebelum kemudian di ekspor ke dalam dan luar negeri.
Ketika saya datang ke gedung ini, Erli Wadi mengaku berjuang keras menata kembali gedung yang sebelumnya tidak terurus ini.
Status gedung ini diurus izin pemakaiannya oleh Erli Wadi dengan dibantu oleh Bang Abubakar dari Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Aceh.
Nah, di gedung inilah Erli Wadi menjalankan bisnisnya ini.
Dan sekarang, seperti diceritakan di atas, Erli Wadi berhasil menyetor PAD Rp 1 miliar ke kas Pemerintah Aceh, hasil keuntungan dari bisnis yang dijalankan di gedung ini. Subhanallah bukan?
Di sini Erli juga mempekerjakan banyak karyawan.
Karyawannya di sini banyak dari janda, orang miskin, dan sebagainya.
Erli Wadi menuturkan kepada saya bahwa para karyawannya ini ia persilahkan mengambil ikan di sini untuk keperluan makan sehari-hari di rumah karyawan tanpa perlu minta izin darinya.
Total Erli Wadi mempekerjakan 300 karyawan, termasuk di tempat usahanya di Idi Rayeuk.
Setiap karyawannya digaji sesuai UMR.
Erli mengaku bahagia bisa membantu orang-orang lemah.
Lalu saya bertanya motivasinya dalam hal ini, Erli mengaku teringat kepada Hadis Rasulullah Saw, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk manusia lain”.
Masya Allah….
Banda Aceh, Senin, 25 July 2022
*) PENULIS Dr Teuku Zulkhairi adalah seorang aktivis santri Aceh dan juga seorang Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA ARTIKEL KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI