Berita Aceh Selatan
Harga TBS Kelapa Sawit Mulai Bergerak Naik, Segini Harga Sawit di Aceh Selatan
H Ismail bersama petani kelapa sawit lainnya sangat berharap peran aktif pemerintah dalam menjaga kestabilan harga TBS kelapa sawit
Penulis: Taufik Zass | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Taufik Zass | Aceh Selatan
SERAMBINEWS.COM,TAPAKTUAN - Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Selatan mulai merasa sedikit lega dan gembira.
Pasalnya, sejak tiga hari terakhir, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dilaporkan mulai bergerak naik.
Saat ini, harga pembelian ditingkat agen pengumpul (RAM) di Aceh Selatan berkisar Rp 1.050/Kg.
"Alhamdulillah, sejak tiga hari terakhir harga TBS kelapa sawit di tingkat agen pengumpul Rp 1.050/Kg.
Kita berharap harganya bisa terus bergerak naik agar petani bisa menikmati hasil perkebunan mereka," kata H Ismail (60), salah seorang petani di Trumon kepada Serambi, Rabu (27/07/2022).
H Ismail bersama petani kelapa sawit lainnya sangat berharap peran aktif pemerintah dalam menjaga kestabilan harga TBS kelapa sawit.
Baca juga: Harga TBS Kelapa Sawit tak Kunjung Membaik, Ketua Apkasindo Subulussalam Nilai Pemerintah Lemah
Karena sebagian besar petani setempat sangat bergantung hidup dari hasil perkebunan mereka.
"Harapan ya bisa kembali di harga Rp 3.000/Kg, seperti sebelumnya," harap H Ismail.
Seperti diketahui, sebelum pemerintah memberlakukan larangan eskpor CPO dan turunannya pada April 2022 lalu.
Petani sawit sempat tersenyum manis ketika menyambut lebaran. Namun, pasca lebaran harga TBS mulai bergerak turun secara perlahan tapi pasti.
Padahal, pemerintah sudah membuka larangan eskpor CPO dan turunannya terhitung mulai 23 Mei 2022.
Dibuka larangan eskpor ini, ternyata tidak serta merta langsung berdampak membaiknya harga pemasaran TBS di tingkat petani.
Malah, beberapa waktu lalu sudah berada pada dititik mengkhawatirkan, yakni Rp 700/kg.
Baca juga: Petani Sawit di Subulussalam Akui Sudah Lelah Berjuang, Tapi Harga TBS Masih Saja Anjlok
Pasang surutnya nasib petani sawit di ini memang acap kali terjadi, tertutama terkait harga pemasaran TBS yang terus menjadi delema bagi mereka.
“Bayangkan saja ongkos panen yang rata-rata mencapai Rp 200/kg – Rp 300/kg, sementara harga cuma Rp 700/kg.
Nyaris kami tidak memperoleh hasil yang bisa menutupi biaya hidup," ungkap Ramli, warga Trumon beberapa waktu lalu.
Ketika itu, para petani sawit banyak yang berangkat mencari kerja di luar kampungnya, bahkan ada yang menjadi buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sebab, jika mereka bertahan dengan mengurus sawit saat itu, jelas tidak cukup untuk mengasapi dapur.
Baca juga: Ini Rincian Kerugian Korban Calo PNS di Lhokseumawe, Mulai Rp 2 Juta Hingga Rp 743 Juta
Meskipun begitu, ada sebagian dari mereka yang tetap bertahan untuk mengurus kebun, namun bukan sebagai petani tetapi berubah status sebagai buruh tani di kebun sendiri.
Karena, semua urusan perawatan kebun dikerjakan sendiri tanpa memperkerjakan orang lain, dari mulai pembersihan, panen hingga pemupukan.
“Hitung-hitung sekedar lepas makan, meskipun harus juga mencari pekerjaan tambahan.
Kalau mengandalkan dari hasil panen sawit tidak akan mencukupi mengasapi dapur dan biaya sekolah anak,” ungkap Mustafa, petani sawit asal Trumon waktu itu.(*)
Baca juga: Harga TBS Sawit Saat Ini Semestinya Rp 2.450/Kg, Begini Hitung-hitungan Apkasindo