Opini

Menanti Aksi Prof Mujib “Melangitkan” UIN Ar-Raniry

Pelantikan yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama RI di Jakarta ini dihadiri sejumlah akademisi UIN Ar- Raniry, elite politik

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Menanti Aksi Prof Mujib “Melangitkan” UIN Ar-Raniry
FOR SERAMBINEWS.COM
Dr Teuku Zulkhairi MA Sekjend Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD

Oleh Dr Teuku Zulkhairi MA, Sekjend Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD

GURU Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Prof Dr Mujiburrahman MAg pada Kamis 28 Juli 2022 resmi dilantik oleh Menteri Agama Republik Indonesia sebagai rektor kampus jantung hate masyarakat Aceh tersebut menggantikan Prof Dr Warul Walidin MA yang sudah habis masa jabatan, sebagaimana diberitakan Serambi Indonesia pada 29 Juli lalu.

Pelantikan yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama RI di Jakarta ini dihadiri sejumlah akademisi UIN Ar- Raniry, elite politik dan tokoh masyarakat.

Ketika mendaftar sebagai calon rektor UIN Ar-Raniry beberapa pada 29 Maret lalu, Guru Besar Pemikiran Pendidikan Islam yang akrab disapa Prof Mujib ini mengatakan bahwa visinya adalah memajukan pendidikan dengan cara mengaktifkan fungsi kampus UIN Ar-Raniry sebagai transmisi keilmuan dan pusat pengembangan dan pencerahan peradaban.

Untuk mewujudkan visinya ini, Prof Mujib mencitacitakan UIN Ar-Raniry yang Unggul, Inovatif, Nasionalis, Agamis dan Responsif atau disingkat UINAR.

Prof Mujib dalam statemennya yang lain sebagaimana dikutip dari Serambi Indonesia juga mengatakan tekadnya untuk “mengembalikan UIN Ar-Raniry ke khittah semangat Darussalam, semangat kebersamaan untuk membangun peradaban Aceh yang lebih maju”.

Tentu, visi, cita-cita dan tekad Prof Mujib di atas adalah mimpi masyarakat Aceh juga.

Sebab, UIN Ar-Raniry adalah salah satu kampus “jantong hatee” masyarakat Aceh.

Sejak kelahirannya, baik setelah menjadi Universitas atau dulu ketika masih status sebagai IAIN, kampus ini telah menjadi tujuan studi putra-putri Aceh dan luar Aceh, bahkan mancanegara.

Dan seperti dipahami, dalam perjalanannya UIN Ar-Raniry telah melahirkan banyak alumni yang berperan dalam semua dimensi kehidupan masyarakat Aceh.

Baca juga: Rektor UIN Ar-Raniry Prof Mujiburrahman Disambut Hangat Civitas Akademika di Bandara SIM

Baca juga: Sah Jadi Rektor, Prof Mujiburrahman: Saya Ingin UIN Ar-Raniry Kembali ke Khitah Semangat Darussalam

Dapat dikatakan bahwa wajah Aceh hari ini sangat ditentukan oleh keadaan kaum intelektualnya, termasuk intelektual produk Ar-Raniry.

Jadi, keadaan perguruan tinggi tempat produksi kaum intelektualnya ini adalah sentral sehingga dianggap sebagai “jantong hatee”.

Maka seperti halnya manusia, apabila jantong hatee seseorang baik, maka akan baiklah orang tersebut.

Tapi apabila jantung dan hatinya rusak, maka akan sakitlah dia, bahkan dapat berujung kepada kematian yang tragis.

Untuk itu, apabila UIN Ar-Raniry sebagai “jantong hatee” masyarakat Aceh ini baik, maka akan baiklah bangsa Aceh.

Begitu juga sebaliknya.

Oleh sebab itu, ketika kita berbicara tentang citacita membangun peradaban Aceh, maka kita harus fokus menyehatkan jantong hatee masyarakat Aceh ini.

Cita-cita itu harus diawali dari lembaga pendidikan atau perguruan tinggi tempat dimana kaum intelektualnya diproduksi.

Saya kira itulah yang menjadi dasar cita-cita Prof.Mujib mengembalikan UIN Ar-Raniry ke khittah Darussalam.

Sebuah cita-cita yang teramat mulia tentu saja.

Di tulisan ini kita tidak akan berbicara tentang bagaimana membawa UIN Ar-Raniry menjadi go internasional, menjadi akreditasi unggul atau sebagainya.

Itu bukan bagian saya dan sudah orang yang akan menulis perihal ini.

Sebagaimana di judul tulisan, kita menanti aksi Prof Mujib “melangitkan” UIN Ar-Raniry.

Implementasi dari visi, citacita dan tekad Prof Mujib di atas sesungguhnya kita yakini akan bisa memajukan atau kita istilahkan “melangitkan” UIN Ar-Raniry.

“Melangitkan” juga bermakna adanya tendensi ilahiyah dalam kerja-kerja memajukan UIN Ar-Raniry.

Di salah satu grup Forum Diskusi Dosen UIN Ar- Raniry (Forduna), saya mengatakan terlalu kecil apabila cita-cita kita hanya membawa UIN Ar-Raniry “Go Internasional”.

Akan tetapi sesungguhnya kita juga mengimpikan UIN Ar-Raniry yang “Go Langit”.

Kita mengimpikan UIN Ar-Raniry bukan hanya maju di dunia ini, tapi juga mulia di akhirat sekaligus.

Jadi dua dimensi sekaligus harus dapat.

Kemuliaan UIN Ar-Raniry ini akan terwujud dengan menjadi yang terdepan dalam menunjukkan keteladanan Islam.

Kita melihat Aceh hari ini krisis keteladanan.

Krisis ini membuat kita hancur di berbagai dimensi kehidupan.

Kalau hari ini kita berbicara tentang kondisi Aceh sebagai provinsi termiskin di Sumatera, daerah penyebaran hoaks yang paling tinggi, kurang kesadaran dan kepedulian sosial untuk membantu sesama, korupsi dan berbagai kerusakan lainnya, maka semua ini terjadi karena kita mengalami yang namanya krisis keteladanan.

Ingat bahwa manusia ini selalu membutuhkan keteladanan, dimanapun dan sampai kapan pun.

Dalam keadaan seperti ini, maka UIN Ar-Raniry bersama kampus-kampus lainnya haruslah menjadi oase keteladanan bagi bangsa Aceh.

UIN Ar-Raniry dan Perguruan Tinggi lainya juga harus menghasilkan kaum intelektual yang menjadi solusi bagi masyarakat kita.

Dan oleh sebab itu, Prof Mujib harus membawa UIN Ar-Raniry untuk betul- betul fokus pada upaya mencetak intelektual yang ditunggu masyarakat Aceh.

Dewasa ini kita menyaksikan fenomena yang memiriskan hati.

Intelektual yang paham hukum tapi justru merusak hukum demi tujuan materialistis.

Keadilan hukum tidak lagi menjadi fokus mereka.

Di sisi lain, orang-orang yang paham ekonomi justru merusak ekonomi masyarakat kita.

Mereka hanya fokus memperkaya diri sendiri dan lingkarannya, melupakan masyarakat yang kian nestapa dalam kemiskinan dan kesusahannya.

Sementara orang-orang yang paham politik tidak menggunakan ilmunya untuk menata politik kita agar semakin beradab.

Malahan ikut-ikutan terseret dalam arus kerusakan politik yang kian jauh dari agendaagenda pembelaan kepada kepentingan orang-orang lemah.

Para penguasa jarang yang serius menggunakan kekuasaan untuk mengabdi kepada rakyatnya.

Mereka berkuasa hanya untuk sekedar menjadi orang yang ditinggikan di depan manusia lainnya.

Padahal kekuasaan itu diberikan sebagai sarana untuk melayani rakyatnya.

Inilah di antara wajah kita secara umum saat ini yang kemudian membawa Aceh jatuh dalam kenestapaan panjangnya.

Kita mengalami kondisi “lost akhlak” dan dimana ini adalah tantangan serius dalam upaya membangun kembali peradaban Aceh.

Sementara itu, pada saat yang sama, kita juga menyaksikan keadaan generasi muda kita yang kian jauh dari harapan Islam.

Mereka menjadi generasi yang lalai dengan tanggung jawab masa depannya.

Bahkan celakanya, mereka juga dihantam dengan serbuan obat-obat terlarang, kecanduan game dan judi online serta lalai dari mengerjakan shalat.

Maka disini patutlah kita merenungkan ungkapan seorang pujangga Islam, Syauqi Bey, ia mengatakan, “Sebuah bangsa sangat tergantung pada akhlaknya.

Jika rusak akhlaknya maka hancurlah bangsa tersebut”.

Pada titik ini, UIN Ar-Raniry di bawah Prof Mujib sesungguhnya harus betul-betul fokus pada mendidik manusia, baik mahasiswa maupun masyarakatnya.

Dan mahasiswa yang dididik UIN Ar-Raniry harus betul-betul menjadi teladan bagi bangsa Aceh.

“Kabinet” baru UIN Ar-Raniry di bawah Prof Mujib nantinya harus menggunakan kekuasaan untuk melayani mahasiswa dan siapa pun lainnya.

Ingat bahwa kekuasaan itu betul-betul hanya sementara dan Allah selalu menggilirkannya di antara manusia.

Kekuasaan itu betul-betul harus menjadi sarana untuk pengabdian.

Kita berharap Prof Mujib dan kabinetnya nantinya harus betul-betul serius “membawa mahasiswa ke masjid” dan membangun akhlaknya.

Generasi muda kita bukan hanya butuh ilmu, tapi paling penting adalah keteladanan/ akhlak.

Kita melihat fakta bahwa generasi muda kita saat ini kian jauh dari masjid.

Dari survei kecil-kecilan yang kami lakukan, masih sangat banyak mahasiswa yang tidak shalat, atau shalat tapi masih bolong.

Sesungguhnya ini persoalan yang sangat krusial yang kita hadapi.

UIN Ar-Raniry barangkali tidak akan bisa menyelesaikan segudang persoalan yang melilit Aceh hari ini, tapi jika mau, maka insya Allah kita bisa menyiapkan generasi terbaik sebagai jawaban bagi bangsa ini.

Insya Allah.

Baca juga: Dua Rektor Bertemu, USK dan UIN Ar-Raniry Siap Adakan Kegiatan Secara Bersama

Baca juga: Hari Pertama Kerja, Rektor UIN Baru Diantar ke Meja Kerja oleh Rektor Lama

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved