Berita Luar Negeri

Uni Eropa Akui Pilih Kasih Dalam Mendukung Ukraina, Menutup Mata Terhadap Palestina

pilihan Uni Eropa untuk mendukung Kiev melawan Moskow adalah bentuk kesadaran dan penebusan moral Barat setelah gagal dalam konflik di Palestina.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
MOHAMMED ABED / AFP
Para demonstran Palestina mengibarkan bendera nasional saat mereka berkumpul untuk memprotes kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Israel, di Kota Gaza pada 14 Juli 2022. 

Uni Eropa Mengakui Pilih Kasih Dalam Mendukung Ukraina, Menutup Mata Terhadap Palestina

SERAMBINEWS.COM - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell, mengakui bahwa Uni Eropa bias dalam hubungan internasional.

Hal itu ketika Uni Eropa jauh lebih bersedia untuk mendukung rakyat Ukraina daripada penduduk Muslim di Palestina, kantor berita RT melaporkan pada Kamis (11/8/2022).

Hal ini dijawab Borrell ketika ditanya dalam sebuah wawancara mengapa Brussels jauh lebih bersedia untuk mendukung rakyat Ukraina daripada rakyat Gaza. 

SEJUMLAH warga Palestina memegang bendera Palestina saat mereka menggelar demonstrasi setelah
SEJUMLAH warga Palestina memegang bendera Palestina saat mereka menggelar demonstrasi setelah "Great March of Return", yang diselenggarakan untuk menandai peringatan ke-42 "Land Day", menuntut hak untuk kembali dan penghapusan blokade di perbatasan Gaza-Israel di Khan Yunis, Gaza pada 12 April 2018. (ANADOLU AGENCY/ASHRAF AMRA)

Baca juga: Jurnalis Wanita Rusia Protes Perang Ukraina Jadi Tahanan Rumah, Dituduh Sebar Berita Bohong

Ia mengatakan bahwa Konflik Timur Tengah bukan di berada dibawah kendali Uni Eropa, melainkan Amerika Serikat.

"Kami sering dikritik karena 'selektif'. Namun, arena politik internasional melibatkan kebijakan pilih kasih,” katanya.

"Perlu dicatat bahwa kami (UE) tidak menggunakan kriteria yang sama untuk semua masalah," kata Borrell kepada surat kabar El Pais.

Menurut Borrell, pilihan Uni Eropa untuk mendukung Kiev melawan Moskow adalah bentuk kesadaran dan penebusan moral Barat setelah gagal melakukannya dalam konflik di Palestina.

"Menyelesaikan krisis warga Palestina yang dikurung di 'penjara terbuka' seperti yang ada di Gaza tidak berada di bawah yuridiksi UE," katanya.

Baca juga: Rusia Sebut Israel Munafik, Serang Rakyat Palestina Tapi Bela Ukraina

Dia menyebut situasi kehidupan miskin di Gaza memalukan dan tidak bermoral, tetapi menolak untuk terlibat dalam krisis kemanusiaan di wilayah itu.

Jalur Gaza berada di bawah blokade Israel

Rezim Zionis Israel mengklaim bahwa tindakan blockade tersebut adalah satu-satunya cara untuk menahan ancaman gerakan Hamas yang menguasai wilayah tersebut.

Di sisi lain, para kritikus mengatakan bahwa penindasan orang Palestina di Gaza dan Tepi Barat hanya menciptakan lebih banyak kebencian dan radikalisme yang melanggengkan siklus kekerasan Arab-Israel.

Borrell menjelaskan bahwa tidak akan ada solusi untuk konflik di Asia Barat tanpa komitmen yang sangat kuat dari pihak AS.

"Banyak upaya telah dilakukan di masa lalu tetapi melihat situasi saat ini, tidak ada solusi untuk krisis Palestina-Israel seperti yang diharapkan," kata Borrell.

Baca juga: Raja Salman Minta Masyarakat Internasional Cegah Serangan Berulang Israel ke Palestina

AS menunjukkan dukungan tak tergoyahkan kepada Israel bahkan ketika Rezim Zionis terus membangun permukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki. 

 Kritikus terhadap Washington, termasuk kepemimpinan otoritas Palestina, mengatakan pihaknya telah lama kehilangan kredibilitasnya sebagai mediator yang tidak memihak dalam konflik tersebut.

Kemlu RI Panggil Dubes Ukraina

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyesalkan  pernyataan Duta Besar (Dubes) Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin.

Hamianin menyindir perbedaan sikap pemerintah Indonesia atas serangan Israel di Gaza, Palestina, dengan serangan Rusia ke Ukraina.

Sindiran itu disampaikan Dubes Hamianin melalui media sosial.

Juru bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah, menegaskan sikap Dubes Hamianin sangat tidak patut dan bertentangan dengan pelaksanaan tugas dan misi diplomasi seorang duta besar.

"Ukraina tersebut sangatlah tidak patut dalam rangka seorang duta besar menajalankan misi diplomatiknya di satu negara. Karena mempertanyakan kebijakan politik luar negeri Indonesia," kata Faizasyah, melalui keterangan tertulisnya, Kamis (11/8/2022), dikutip dari InfoPublik.id

TEUKU FAIZASYAH, Jubir Kemenlu RI
TEUKU FAIZASYAH, Jubir Kemenlu RI (FOR SERAMBINEWS.COM)

Faizasyah menegaskan, pihaknya melalui Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu RI, Ngurah Swajaya, telah memanggil Dubes Hamianin pada 9 Agustus 2022 lalu.

Dalam kesempatan itu pemerintah Indonesia mengecam pernyataan Dubes Hamianin.

"Kami telah memanggil Dubes Ukraina di Jakarta untuk menyampaikan ketidaksenangan pemerintah atau displeasure,”

“dan sekaligus juga mengecam postingan yang bersangkutan di media sosial Kemnlu yang mempertanyakan kebijakan politik luar negeri pemerintah Indonesia," kata Faizasyah.

"Karena sudah mempertanyakan apa yang menjadi ekspresi masyarakat terkait satu isu dan dibandingkan dengan kondisi Ukraina," ujar Faizasyah.

Baca juga: Jurnalis Wanita Rusia Protes Perang Ukraina Jadi Tahanan Rumah, Dituduh Sebar Berita Bohong

Faizasyah  menilai tindakan mengomentari kebijakan pemerintah RI bertentangan dengan kaidah pelaksana tugas dan misi diplomatik sebagai seorang dubes.

Sebelumnya, Dubes Hamianin mengekspresikan kekecewaan karena Kemlu RI merilis pernyataan kecaman soal serangan Israel di Gaza, Palestina, pekan lalu.

"Bagaimana dengan kecaman kuat terhadap serangan brutal di Ukraina selama 5 bulan terakhir? Dan kematian ratusan orang jika termasuk anak-anak dan umat Muslim?" tulisnya. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

BERITA TERKAIT LAINNYA 

IKUTI DAN BACA BERITA SERAMBINEWS.COM DI GOOGLE NEWS 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved