Profil Cut Meutia, Pahlawan dari Aceh dalam Uang Kertas Baru Rp1.000, Gugur Ditembak Pasukan Belanda
Cut Meutia merupakan satu-satunya anak perempuan dari pasangan Teuku Ben Daud Pirak dan Cut Jah.
Atas keberhasilannya ini, Teuku Chik Muhammad diangkat menjadi Bupati Keureutoe oleh Sultan Aceh.
Pada 1905, Chik Muhammad ditangkap oleh Belanda.
Baca juga: VIDEO BI Keluarkan Uang Rupiah Kertas Baru, Apakah Uang Kertas Lama Ditarik?
Ia dimasukkan ke dalam penjara dan ditembak mati oleh pasukan Belanda.
Setelah suami kedua meninggal, Cut Meutia menikah lagi dengan Pang Nanggroe.
Dengan suami ketiganya ini akhirnya mereka melanjutkan melawan penjajahan Belanda.
Ia bersama Pang Nanggroe bergabung dengan pasukan lainnya di bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe.
Cut Meutia dan Pang Naggroe saling bahu membahu melawan Belanda.
Pada suatu pertempuran dengan Korps Marechausee, satuan militer bentukan kolonial Hindia Belanda, di Paya Ciem, Cut Meutia bersama para wanita lain melarikan diri ke hutan.
Pang Nanggroe sendiri melanjutkan perlawanan hingga tewas pada 26 September 1910.
Mengetahui hal tersebut, Cut Meutia bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukannya, yaitu 45 orang dan 13 senjata.
Cut Meutia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melintasi hutan belantara.
Perlawanan Cut Meutia berakhir pada 24 Oktober 1910, Cut Meutia bersama pasukannya ditemukan oleh pihak Belanda dari persembunyiannya di Paya Cicem.
Awalnya ia menolak untuk ditangkap sambil memegang rencong, senjata khas Aceh.
Cut Meutia gugur ketika pasukan Belanda menembaknya di kepala dan dada.
Pada 19 Desember 2016, pemerintah Republik Indonesia mengabadikannya dalam pecahan uang kertas rupiah baru pecahan Rp 1.000.
Ia juga dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.
