Internasional

Wanita Arab Protes Digambarkan Senang Gemuk, Tuntut Media Barat Minta Maaf

Sebagian wanita Arab senang berbadan gemuk, karena dianggap sebagai orang kaya dan cantik.

Editor: M Nur Pakar
AP/Ammar Albadri via Enas Taleb
Aktris Irak, Enas Taleb berpose untuk foto sebuah artikel edisi 30 Juli 2022 majalah The Economist tentang prevalensi obesitas di kalangan wanita Arab yang telah memicu kritik pedas di media sosial. 

SERAMBINEWS.COM, LONDON - Sebagian wanita Arab senang berbadan gemuk, karena dianggap sebagai orang kaya dan cantik.

Tetapi, globalisasi kecantikan oleh Barat melalui branding, TV, dan media sosial telah lama memunculkan standar tubuh yang tidak realistis.

Mencondongkan harapan wanita tentang diri mereka sendiri dan orang lain di dunia Arab.

Dalam sebuah studi di Mesir, Joan Costa-Font di London School of Economics menemukan beberapa wanita yang lebih tua di pedesaan masih memandang wanita yang bulat sebagai orang kaya.

Tetapi, tidak benar di Mesir, kelebihan berat badan sebagai tanda kecantikan. dan standar Barat lebih relevan.

Permintaan untuk operasi kosmetik telah meningkat pesat di Lebanon.

Sekitar 75 persen mahasiswi Uni Emirat Arab dilaporkan ketidakpuasan dengan tubuh mereka, dan 25 % rentan terhadap gangguan makan, menurut sebuah studi tahun 2010 di Universitas Zayed Dubai.

Baca juga: Wanita Arab Saudi Terlibat Pertama Kali Dalam Penyediaan Angkutan Umum Jamaah Haji

Namun, banyak yang mengatakan, gemuk tetap tersebar luas dan dapat diterima di kawasan ini, dibandingkan dengan AS dan Eropa.

Di mana gerakan harga diri telah mendapatkan momentum dan menggembleng diskusi publik seputar inklusivitas.

“Politisi kami di Lebanon terus membuat komentar seksis yang mengerikan tentang tubuh perempuan," kata Joumana Haddad, seorang penulis Lebanon dan aktivis hak asasi manusia.

"Jika mereka mendapat kecaman, itu tidak selalu mengarah pada peningkatan kesadaran,” tambahnya.

Dilansir AP, Rabu (17/8/2022), Haddad mencatat terobosan baru dalam pemberdayaan perempuan telah memicu “wacana reaksioner dan kemarahan” dari masyarakat patriarki Lebanon.

Bahkan komentar publik yang angkuh tentang berat badan bisa sangat menyakitkan bagi wanita muda yang berjuang dengan rasa tidak aman.

Bahkan,a da keinginan patologis untuk mengubah tubuh mereka demi mengejar kecantikan, tambahnya.

“Saya seorang feminis berusia 51 tahun yang keras dan pemarah dan saya masih menimbang berat badan saya setiap pagi,” kata Haddad.

Baca juga: Wanita Arab Saudi Tetap Tutup Rambut dan Leher Untuk Foto Kartu Identitas

“Anda bisa membayangkan betapa sulitnya bagi orang-orang yang kurang beruntung," ujarnya.

Ameni Esseibi, seorang wanita kelahiran Tunisia yang mengatasi stigma sosial untuk menjadi model ukuran plus pertama di dunia Arab, mengatakan kepositifan tubuh tetap tabu di Timur Tengah.

Bahkan ketika populasi mengalami kelebihan berat badan.

“Kuwaitis berukuran plus, Saudi berukuran plus, tapi orang malu," jelasnya.

"Mereka tidak diajari untuk percaya diri dalam masyarakat yang menghakimi ini,” kata Esseibi.

"Kami selalu ingin kurus, terlihat bagus, menikah dengan pria paling berkuasa," ujarnya.

Tapi, katanya, ada tanda-tanda kesadaran yang tumbuh.

Setelah bertahun-tahun mengabaikan komentar vulgar tentang tubuh wanita, orang Arab semakin beralih ke media sosial untuk melampiaskan kemarahan mereka.

Penggambaran artikel The Economist tentang pria menutup mulut wanita di rumah untuk membuat mereka "Rubenesque" menyentuh saraf.

Yayasan Heya, atau "Dia," yang berbasis di Baghdad, yang mengadvokasi perempuan di media, mengecam laporan itu sebagai intimidasi dan menuntut majalah itu meminta maaf kepada Taleb.

Baca juga: Seniman Wanita Arab Saudi Buat Potret Putra Mahkota dari Batu Permata, Butuh Waktu Lima Bulan

Musawah Foundation yang berbasis di Malaysia, yang mempromosikan kesetaraan di dunia Muslim mengatakan reaksi tersebut menunjukkan sikap lain perempuan di wilayah tersebut.

Dikatakna, mereka sedang membangun wacana kolektif yang menolak menyebutkan tindakan seksis, rasis, dan fobia gemuk serta warisan kolonial/

Taleb, pembawa acara talk show dan bintang dalam drama TV Irak blockbuster, mengatakan dia tidak punya pilihan selain untuk berbicara.

“Mereka menggunakan foto saya dalam konteks ini dengan cara yang menyakitkan dan negatif,” katanya.
"Saya menentang penggunaan bentuk tubuh seseorang untuk menentukan nilai seorang manusia," ujarnya.

Pengacaranya, Samantha Kane, mengatakan dia telah memulai tindakan hukum.

Pertama mengirim surat kepada The Economist menuntut permintaan maaf atas kerugian serius yang disebabkan Taleb dan kariernya.

Kane menolak berkomentar lebih lanjut sambil menunggu tanggapan majalah tersebut.

Taleb berharap kasus pencemaran nama baik itu berfungsi sebagai pesan bagi wanita untuk mengatakan, mencintai diri sendiri, menjadi kuat untuk menghadapi kesulitan itu.

Ini menjadi pesan yang bergema di wilayah itu, di mana wanita melihat peluang sebagai hal yang ditumpuk melawan mereka.

Baca juga: Keberhasilan Wanita Arab Saudi Duduki Jabatan Penting Dibahas Dalam Konferensi Universitas Islam

Sikap tradisional, undang-undang diskriminatif dan perbedaan gaji, di atas standar kecantikan yang kaku, menghambat kemajuan perempuan.

“Perempuan tidak mendapatkan gaji yang sama," kata Zeina Tareq, Direktur Heya Foundation.

"Mereka tidak mendapatkan posisi tingkat tinggi," ujarnya.

"Mereka dipaksa untuk diam ketika dilecehkan dan di media, mereka harus kurus dan cantik," tambahnya.

Di negara asal Taleb di Irak, di mana keamanan menjadi langka setelah bertahun-tahun konflik, wanita yang blak-blakan juga menghadapi ancaman pembunuhan.

Wartawan Irak Manar al-Zubaidi mengatakan mempermalukan perempuan Arab bukanlah hal yang mengejutkan di dunia.

Di mana besar media mengkomodifikasi perempuan dan menjadikannya objek ejekan atau godaan.”

“Tidak ada yang menghalangi mereka,” tambahnya, kecuali kampanye dan tantangan yang semakin keras di media sosial.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved