Pasutri Lansia Ini Tuntut Tetangga karena Ayamnya Berkokok 200 Kali Sehari, Buat Bukti Rekaman

Pasutri lansia ini mengklaim bahwa tindakan hukum adalah satu-satunya pilihan yang tersedia bagi mereka, setelah gagal berunding dengan pemilik Magda.

Sebagai bukti di pengadilan, Friedrich dan Jutta juga merekam kokok harian Magda.

Sementara itu, pengacara Friedrich dan Jutta, Torsten Gieseke berpendapat, bahwa ayam jantan yang hiperaktif seperti Magda bukanlah hewan yang cocok untuk perumahan yang tenang.

Torsten mengungkapkan, tak hanya kliennya saja yang merasa terganggu dengan Magda, tetangga lain juga terpaksa pindah dua tahun lalu.

Hal itu karena Magda terus-menerus berkokok.

Baca juga: Gegara Hal Sepele, Wanita Pekerja Salon Ceraikan Suami Berondong yang Baru Tiga Hari Dinikahinya

Baca juga: Gara-Gara Kencingi Tas Branded Mantan Pacar, Pria Ini Didenda Rp 17 Juta

Bahkan, kokok Magda dilaporkan mencapai sekitar 80 desibel, sebanding dengan kebisingan di restoran yang sibuk atau jalan lalu lintas yang padat.

Di samping itu, Michael pemilik Magda menyebutkan, bahwa ayam jantan memainkan peran penting di antara kawanan ayamnya.

Menurutnya, kehadiran ayam janjat dapat menjaga ketertiban dari kawanannya.

“Ayam-ayam itu membutuhkan ayam jantan, jika tidak mereka akan saling mencabuti,” jelas Micahel.

Kasus ini sudah diproses dan akan segera diadili di Pengadilan Distrik Lemgo.

Nasib Magda pun akan segera ditentukan.

Kasus perselisihan hingga berakhir ke meja hijau akibat kokok ayam bukan baru kali ini saja terjadi.

Kejadian serupa pada tahun 2019, seekor ayam jantan bernama Maurice di Perancis sempat menjadi berita utama internasional.

Hal itu juga karena kokok hariannya, sehingga memicu pertempuran hukum yang kontroversial antara tetangga. (Serambinews.com/Yeni Hardika)

BERITA LUAR NEGERI

BACA BERITA LAINNYA DI SINI