Internasional
Wanita Swiss Simpatisan ISIS Diadili, Dituduh Mencoba Menggorok Leher Dua Wanita
Seorang wanita Swiss diadili di Pengadilan Beliinzona pada Senin (29/8/2022).
OAG menekankan praduga tak bersalah berlaku sampai keputusan yang mengikat secara hukum telah dikeluarkan.
Putusan akan jatuh tempo pada 19 September 2022.
Pembela diharapkan mengandalkan kondisi mental wanita itu untuk membantah dugaan motif teroris.
Terduga penyerang telah masuk Islam, menurut surat kabar 24 Heures.
Swiss tidak pernah mengalami serangan jihad skala besar, tetapi dua serangan pisau terjadi pada tahun 2020.
Baca juga: Tentara Mesir Bunuh Pemimpin ISIS di Sinai Asal Palestina, Dalang Pembantaian Masjid 2017
Beberapa minggu sebelum insiden Lugano, seorang pemuda berkebangsaan Turki-Swiss, yang berusaha melakukan perjalanan ke Suriah pada 2019, menikam seorang pejalan kaki di jalan Morges, Swiss barat.
Menurut Federal Intelligence Service, tingkat ancaman teror masih dianggap tinggi di Swiss.
"Kami menemukan orang-orang yang mengambil tindakan adalah orang-orang radikal yang dibesarkan di Swiss tanpa pernah ke zona konflik," kata polisi federal kepada AFP.
“Mereka menjadi radikal di Internet, sebagian besar dalam obrolan dan forum tertutup, tetapi juga dalam kelompok dan asosiasi," ujarnya.
"Inilah yang disebut terorisme 'homegrown',” katanya.
Menurut polisi, penusukan bukanlah modus operandi baru, namun belakangan ini kasusnya meningkat.
“Serangan November 2020 di Lugano dan September 2020 di Morges menjadi buktinya," jelasnya.
Dia mengatakan seperti yang terjadi di luar negeri, serangan terhadap Salman Rushdie.
Baca juga: Remaja Australia Kemungkinan Tewas di Kamp Penjara Suriah, Dibawa Oleh Kerabat Pendukung ISIS
"Inilah yang kami sebut terorisme 'biaya rendah', yang menyiratkan sedikit persiapan dan sedikit sumber daya," jelasnya.
Menurut Christina Schori Liang, seorang ahli terorisme di yayasan internasional Pusat Kebijakan Keamanan Jenewa, metodologi ini tidak harus memerlukan serangan besar.
Dia mengatakan cukup untuk menimbulkan ketakutan dan meneror publik.(*)