Internasional
Direktur WHO Untuk Pasifik Barat Diberhentikan, Dituduh Rasisme, Kasar dan Tidak Etis
Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Pasifik Barat, Dr Takeshi Kasai diberhentikan tanpa batas waktu dari jabatannya.
SERAMBINEWS.COM, LONDON - Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Pasifik Barat, Dr Takeshi Kasai diberhentikan tanpa batas waktu dari jabatannya.
Pemecatan Kasai terjadi beberapa bulan setelah penyelidikan AP mengungkapkan puluhan staf menuduhnya berprilaku rasis, kasar, dan tidak etis.
Sehingga, merusak upaya badan PBB itu untuk menghentikan penyebaran pandemi virus Corona di Asia.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kepada staf di Pasifik Barat dalam email pada Jumat (26/8/2022) bahwa Kasai sedang "cuti" tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Tedros mengatakan Wakil Direktur Jenderal, Dr. Zsuzsanna Jakab telah berada di Manila, markas regional WHO, untuk memastikan kelangsungan operasional.
Dilansir AP, Selasa (30/8/2022), dua pejabat senior WHO mengatakan Kasai telah diberi cuti administratif yang diperpanjang setelah penyelidik internal membuktikan beberapa pelanggaran.
Dalam sebuah pernyataan, WHO mengatakan tidak diketahui berapa lama Kasai akan cuti.
Baca juga: WHO Ungkap Kasus Anjing Tertular Monkeypox dari sang Pemilik, Ingatkan Pentingnya Cara Buang Sampah
Badan kesehatan PBB itu mengatakan penyelidikan terhadapnya terus berlanjut dan diyakini ini pertama kalinya seorang direktur regional diberhentikan dari tugasnya.
Kasai tidak menanggapi permintaan komentar, tetapi sebelumnya membantah menggunakan bahasa rasis atau bertindak tidak profesional.
Pada Januari 2022, AP melaporkan lebih dari 30 staf tak dikenal mengirimkan pengaduan rahasia kepada pimpinan senior WHO dan anggota Dewan Eksekutif organisasi.
Mereka menuduh Kasai telah menciptakan atmosfer beracun di kantor WHO di Pasifik Barat.
Dokumen dan rekaman menunjukkan Kasai membuat pernyataan rasis kepada stafnya dan menyalahkan munculnya Covid-19 di beberapa negara Pasifik.
Hal itu akibat kurangnya kapasitas karena budaya, ras, dan tingkat sosial ekonomi mereka yang lebih rendah.
Beberapa staf WHO yang bekerja di bawah Kasai mengatakan tidak benar membagikan informasi vaksin Covid-19 yang sensitif untuk membantu Jepang, negara asalnya.
Baca juga: WHO Minta Publik Bantu Cari Nama Baru untuk Ganti Virus Cacar Monyet, Ada Usul?
Beberapa hari setelah laporan AP, Tedros mengumumkan penyelidikan internal ke Kasai telah dimulai.
Namun, beberapa bulan kemudian, staf WHO menuduh Kasai memanipulasi penyelidikan.
Dalam sebuah surat yang dikirim ke badan pengatur tertinggi badan PBB pada April 2022, Dewan Eksekutif dan para staf menulis bahwa Kasai memerintahkan menghancurkan dokumen yang memberatkan.
Kemudian, menginstruksikan staf TI untuk memantau email semua anggota staf.
Kasai, seorang dokter Jepang yang memulai karirnya di sistem kesehatan masyarakat negaranya sebelum pindah ke WHO, telah bekerja lebih dari 15 tahun.
Pemecatan direktur regional di WHO, bahkan untuk sementara, belum pernah terjadi sebelumnya, menurut Lawrence Gostin, Direktur Pusat Kolaborasi WHO untuk Hukum Kesehatan Masyarakat dan Hak Asasi Manusia di Universitas Georgetown.
“Ada banyak direktur regional yang buruk di WHO, tetapi saya belum pernah mendengar tindakan seperti ini,” kata Gostin.
Baca juga: WHO Sebut DKI Jakarta Sebagai Wilayah dengan Transmisi Penyebaran Covid-19 Tertinggi di Indonesia
Setiap penarikan dukungan dari Jepang untuk Kasai dapat mempercepat pemecatannya.
Seorang pejabat pemerintah Jepang berharap WHO telah melakukan penyelidikan yang adil.
Pemecatan Kasai sangat kontras dengan keengganan WHO di masa lalu untuk mendisiplinkan prilaku tidak etis dan terkadang ilegal.
Termasuk pelecehan seksual yang terungkap selama wabah Ebola di Kongo dari 2018-2020.
Lebih dari 80 penanggap wabah perempuan di bawah WHO dilecehkan secara seksual.
Penyelidikan AP menemukan manajemen senior WHO diberitahu tentang beberapa klaim eksploitasi pada tahun 2019.
Baca juga: Mengerikan, 21 Petugas WHO Terlibat Aksi Pelecehan Seksual Saat Tangani Wabah Ebola di Kongo
Tetapi menolak bertindak, bahkan mempromosikan salah satu manajer yang terlibat.
Tidak ada staf senior WHO yang terkait dengan pelecehan tersebut telah dipecat.
“Reputasi WHO hancur oleh tuduhan itu,” kata Gostin.
Dia menyebut kurangnya akuntabilitas di Kongo benar-benar keterlaluan.
Dia menyambut baik tindakan disipliner yang diambil terhadap Kasai dan meminta WHO untuk melepaskan penyelidikannya dalam beberapa bentuk.
Gostin dan akademisi kesehatan masyarakat lainnya mengatakan jika Dewan Eksekutif WHO menemukan Kasai melanggar, kontraknya dapat dihentikan.
Asosiasi staf WHO sendiri mendesak Tedros untuk mengambil tindakan terhadap Kasai pada pertemuan Juni 2022.
Dikatakan, kegagalan untuk melakukannya akan menjadi kesalahan yang tragis, menurut sebuah memo dari pengarahan pribadi.
"Jika tindakan cepat tidak diambil,m hasilnya dapat dianggap sebagai yang terbaik, tetap dan paling buruk," para staf memperingatkan Tedros.
“Jika kesalahan terbukti, asumsinya banyak barang lain disingkirkan untuk menyelamatkan muka," tambahnya.
Sebelum Kasai cuti, kantor WHO di Pasifik Barat telah merencanakan membahas budaya tempat kerja, termasuk kekhawatiran tentang rasisme dan perilaku kasar.
Dalam email kepada staf, Dr Angela Pratt, seorang direktur di kantor Kasai, mengumumkan pertemuan itu telah ditunda.(*)