Mihrab

Pendidikan Aqidah Seorang Anak Berawal dari Ibu, Ustadzah Nora: Mengenal Allah Lewat Ilmu Aqidah

Seorang ibu disebut juga sebagai madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya. Ibu diibaratkan sebagai pelaksana kurikulum pendidikan di rumah.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
FOR SERAMBINEWS.COM
Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Ustadzah Nora Maulida Julia SPd. 

Seorang ibu disebut juga sebagai madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya. Ibu diibaratkan sebagai pelaksana kurikulum pendidikan di rumah.

SERAMBINEWS.COM - Ibu menjadi salah satu unsur paling penting dalam pendidikan anak. Seorang ibu disebut juga sebagai madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya.

Ibu diibaratkan sebagai pelaksana kurikulum pendidikan di rumah, sedangkan ayah adalah seorang penegak kurikulum dan pemangku kebijakan otoritas di rumah. 

Hal tersebut diungkapkan oleh pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Ustadzah Nora Maulida Julia SPd.

Ia mengatakan, tidak dapat dipungkiri bahwa peran ibu-lah yang lebih dekat dengan anak.

“Hadist tentang orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik adalah ibu, tiga kali disebutkan, yang ke empat baru ayah,” ujar guru Pendidikan Agama Islam itu.

Baca juga: ISLAM, Mengharamkan Pernikahan Beda Agama untuk Menjaga Aqidah dan Keturunan

Dalam kehidupan manusia, pendidikan aqidah merupakan satu hal yang paling urgent, karena pendidikan aqidah ini mengajarkan kepada anak untuk “mengenal Pencipta, Tuhan yang disembah dan diibadahi”.

“Hak yang paling utama seorang anak dapatkan dari orang tuanya adalah pendidikan tentang iman, yaitu mengenal Allah,” jelasnya. Mengenal Allah dapat dilakukan dengan cara mengajarkan ilmu aqidah kepada anak.

Kebingungan dan ketidaktuntasan dalam diri anak adalah akibat minimnya pengetahuan anak tentang Allah, sehingga ia bertanya-tanya pada dirinya tentang Allah.

Kemudian membayang-bayangkan hakikat Allah dan menyembah/mengibadahi Tuhan yang ada di dalam bayangannya.

“Hal demikian telah menyebabkan ia terjatuh ke dalam kekufuran lantaran membayang-bayangkan Allah, na'uzubillah. Padahal Allah tidak bisa dibayangkan dan difikirkan, karena Allah tidak serupa dengan makhluk,” jelas Ustadzah Nora.

Baca juga: Tgk Agam Ajak Semua Pihak Cegah Terjadinya Pendangkalan Aqidah

Beberapa oknum ingin menghilangkan peran ibu dalam pendidikan aqidah anak, sehingga mereka memberi pengaruh pemahaman seperti; “jangan dulu ajarkan ilmu aqidah pada anak, nanti dia bingung, dia belum paham, ini belum saatnya!” atau ungkapan “hati-hati belajar ilmu aqidah, nanti bisa gila!”, “ilmu aqidah itu gawat”.

Miris sekali, ungkapan demikian telah diserap oleh kalangan ibu-ibu hingga menghalangi mereka menanamkan ilmu aqidah pada anak dan menganggap ilmu aqidah itu tidak penting untuk diajarkan.

“Sadarilah bahwa ungkapan tersebut telah dipengaruhi oleh pemikiran liberal dan ekstrim, serta dilatarbelakangi oleh tipu daya dan pembodohan syaitan, agar para ibu menyepelekan dan meremehkan pendidikan yang sangat penting ini,” ungkapnya.

Menurut Ustadzah Nora, hal yang paling dasar bagi  seorang ibu perlu tanamkan dalam hati anaknya sejak dalam buaian adalah, keyakinan tentang Aqidah tanzih yaitu meyakini bahwa Allah itu ada dan tanpa sedikitpun keraguan akan ada Nya Allah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved