Internasional
Pemerintah Yaman Bantah Tuduhan Houthi, Membatasi Kapal Bahan Bakar Masuki Pelabuhan Hodeidah
Pemerintah Yaman membantah tuduhan Houthi tentang pembatasan baru pada kapal pengangkut bahan bakar yang melewati Pelabuhan Laut Merah Hodeidah.
SERAMBINEWS.COM AL-MUKALLA - Pemerintah Yaman membantah tuduhan Houthi tentang pembatasan baru pada kapal pengangkut bahan bakar yang melewati Pelabuhan Laut Merah Hodeidah.
Tuduhan itu dilontarkan menyusul wilayah yang dikuasai milisi Houthi kekurangan bahan bakar.
Pemerintah Yaman telah menegaskan tidak memberlakukan pembatasan pergerakan kapal memasuki pelabuhan, sekarang ataupun di masa lalu.
Yaman menuduh Houthi menciptakan masalah untuk memaksa orang membeli bahan bakar dari pasar gelap di bawah kendali mereka untuk menghasilkan pendapatan.
Dikatakan, langkah-langkah yang mengatur lalu lintas kapal bahan bakar melalui Hodeidah tidak berubah sejak dimulainya gencatan senjata PBB.
Sebaliknya, Houthi berusaha menghindari langkah-langkah yang disepakati sehingga pedagang mereka dapat mengimpor minyak dan menyelundupkan senjata dan barang ilegal lainnya.
Baca juga: Delegasi Pemerintah Yaman Lapor ke Utusan PBB, Houthi Langgar Seluruh Kesepakatan
“Milisi Houthi harus mengakhiri krisis yang dibuat-buat dan menghentikan praktik buruk mereka," jelas Pemerintah Yaman, seperti dilansir kantor berita resmi Saba, Senin (5/9/2022).
Disebutkan, Houthi memaksa perusahaan bahan bakar dan pedagang melanggar prosedur hukum di pelabuhan.
Di bawah gencatan senjata yang ditengahi PBB, yang mulai berlaku pada 2 April 2022 telah diperbarui dua kali.
Dimana, Pemerintah Yaman dan Houthi sepakat menghentikan pertempuran.
Termasuk mengizinkan penerbangan komersial berangkat dari bandara Sanaa dan kapal bahan bakar tiba di pelabuhan Hodeidah.
Khususnya, terlibat dalam pembicaraan langsung untuk membahas pembukaan jalan di Taiz yang terkepung dan provinsi lain.
Baca juga: Milisi Houthi Coba Membajak Kapal Yacht Paling Terkenal di Dunia di Lepas Pantai Hodeidah, Yaman
Pemerintah mengatakan krisis bahan bakar terbaru di daerah-daerah yang dikuasai Houthi, bagian dari upaya gerakan itu untuk merusak gencatan senjata dan memulai kembali perang.
Houthi terus melanggar gencatan senjata dengan menolak membuka jalan di Taiz, menyerang pasukan pemerintah dengan rudal dan drone.
Terutama, mengumpulkan pejuang di luar kota-kota utama, dan mengorganisir parade militer di Hodeidah.