Berita Pidie
Permintaan Emping Melinjo Lesu
Sejak sepekan terakhir, permintaan emping melinjo di pusat pasar Beureunuen, Kecamatan Mutiara, Pidie dilaporkan lesu
SIGLI - Sejak sepekan terakhir, permintaan emping melinjo di pusat pasar Beureunuen, Kecamatan Mutiara, Pidie dilaporkan lesu.
Kondisi ini akibat dampak Covid-19 yang sampai kini masih mempengaruhi kurangnya permintaan ke provinsi lain.
Padahal, sebelum merebaknya wabah Covid-19, permintaan emping melinjo ke luar daerah hampir 100 kg per hari.
H Dahlan, pedagang emping melinjo di Toko Jasa HSM Beureunuen, kepada Serambi, Rabu (14/9/2022), mengatakan, permintaan emping sejak sepekan terakhir ini sepi pembeli.
Kondisi itu diperparah dengan naiknya bahan bakar minyak (BBM), sehingga warga Medan, Sumatera Utara sangat minim dalam membelinya.
Sebab, kata H Dahlan, selama ini pembeli emping melinjo yang diandalkan dari Medan sebagai buah tangan dari Pidie.
Tapi, saat BBM naik ikut berdampak pada daya beli konsumen.
Ia menyebutkan, harga emping melinjo kwalitas super dijual dari Rp 70 ribu hingga 75 ribu per kg.
Sementara emping melinjo biasa dijual Rp 60 ribu hingga 65 ribu per kg.
Baca juga: Dampak Covid-19, Permintaan Emping Melinjo ke Luar Aceh Masih Sepi, Harga Saat Ini Rp 75.000/Kg
Baca juga: Beralih Menggunakan Mesin Pengering, Produksi UMKM Penghasil Emping di Sigli Meningkat 100 Persen
" Pedagang sangat merasakan saat permintaan emping melinjo sepi pembeli.
Sebab, permintaan sepi pembeli sudah terjadi sejak Covid-19 muncul, yang sampai kini permintaannya masih mempengaruhinya," kata Dahlan.
Abdurrahman, pedagang emping meulinjau Toko Araco Beureunuen kepada Serambi, kemarin, menjelaskan, permintaan emping melinjo lesu pembeli yang terjadi sebelum BBM naik.
Hal ini akibat Covid-19 yang menyebabkan.
Menurutnya, sebelum Covid-19, emping melinjo mampu terjual 100 kg per hari.
Namun, saat ini jumlah terjual 40 hingga 50 kg per hari.