Info Singkil

Berperahu Membelah Sungai Singkil Melihat Kerajinan Sulam Kasab Manik-manik Khas Kuala Baru

Keduanya untuk pertama kali naik perahu kayu menelusuri sungai selebar 300 meter yang dikenal sebagai tempat buaya bersarang.

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS.COM/ DEDE ROSADI
Ketua Dekranasda Aceh Singkil, Ny dr Humaira Marthunis, sulam kain kasab manik-manik khas Kuala Baru, Jumat (16/9/2022). 

Keduanya untuk pertama kali naik perahu kayu menelusuri sungai selebar 300 meter yang dikenal sebagai tempat buaya bersarang. 

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Pagi itu, awan hitam memayungi laju perahu kayu yang membelah sungai Singkil. 

Di atas perahu kayu dr Humaira Marthunis, duduk bergandengan dengan sang suami Penjabat (Pj) Bupati Aceh Singkil, Marthunis.

Keduanya untuk pertama kali naik perahu kayu menelusuri sungai selebar 300 meter yang dikenal sebagai tempat buaya bersarang. 

Humaira ke Kuala Baru, bukan untuk melihat buaya. 

Tetapi menemui pengrajin sulam kasab manik-manik khas Kuala Baru, sekalian mendamping seabreg kegiatan sang suami di Kecamatan yang hanya bisa ditembus melalui jalur sungai dari daratan Singkil. 

Kuala Baru, dikenal sebagai kecamatan penghasil kerajinan sulam kasab manik-manik dan kasab sulam benang emas.

Pengrajin pertama yang ditemui bernama Asra di Desa Kuala Baru Laut.

Wanita paruh baya itu, jadi penjaga warisan budaya leluhurnya. 

Siswi SMK jadi tour guide pelayaran naik perahu ke Kuala Baru, Jumat (16/9/2022).
Siswi SMK jadi tour guide pelayaran naik perahu ke Kuala Baru, Jumat (16/9/2022). (SERAMBINEWS.COM/ DEDE ROSADI)

Baca juga: Siswi SMK Jadi Tour Guide Pelayaran Naik Perahu Menuju Kuala Baru

Humaira tak hanya melihat hasil kerajinan karya Asra dan anak didiknya. 

Ia nimbrung selesaikan setangkai bunga sulam kasab manik-manik khas Kuala Baru. 

Sambil duduk bersimpuh bersama Asra, Humaira mulai menjahit manik-manik ke kain berbahan sifon yang telah diberi pola. 

Kerajinan sulam kasab manik-manik itu sedang dalam pengerjaan Asra, memenuhi pesanan. 

Setelah selesai dijual Rp 1,5 juta, harga yang sepadan dengan pengerjaan rumit dan bernilai seni tinggi.

"Mengasikan, harus teliti dan penuh ketekunan," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh Singkil, itu usai menuntaskan sulamannya, Jumat (16/9/2022).

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved