Gempa Terkini
Perkembangan Gempa Aceh Tak Berpotensi Tsunami, BMKG: Laut Calang Meulaboh Tak Menunjukkan Kenaikan
Hal tersebut terlihat setelah analisis BMKG yang menyatakan permukaan laut di Calang dan Meulaboh tidak menunjukkan adanya kenaikan.
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
Perkembangan Gempa Aceh Tak Berpotensi Tsunami, BMKG: Laut Calang Meulaboh Tak Menunjukkan Kenaikan
SERAMBINEWS.COM - Gempa bumi kembali terjadi di yang terpusat di Meulaboh, Aceh Barat dengan kekuatan 6,4 skala richter (SR), Sabtu (24/9/2022) pukul 03:53 dini hari tadi.
Menurut data BMKG dalam akun Twitternya, lokasi pusat gempa berada di laut 45 km baratdaya Meulaboh.
Gempa dirasakan Magnitudo: 6.4, Kedalaman: 22 km, 24 Sep 2022 03:52:59 WIB.
Titik koordinat gempa yakni 3.77 Lintang Utara-95.97 Bujur Timur.
Wilayah gempa juga dirasakan (Skala MMI) III Aceh Besar, III Banda Aceh, IV Meulaboh, II Pidie, IV Aceh Selatan, IV Nagan Raya, III Takengon, III Bener Meriah, III Simeulue, II Idi, II Bireun, II Aceh Tamiang, II Langsa
Dirasakan hampir sebagian wilayah di Aceh, namun gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Baca juga: Gempa M 6,4 Guncang Meulaboh Dini Hari, BMKG : 13 Daerah Ini Juga Terasa Gempa di Provinsi Aceh
Meski begitu, BMKG mengimbau para masyarakat agar terus berhati-hati terhadap gempabumi susulan yang mungkin terjadi.
Lebih lanjut, perkembangan pasca gempa bumi yang terpusat di Meulaboh ini disampaikan oleh Deputi Bidang Geofisika BMKG Dr Suko Prayitno melalui konferensi pers berjudul BMKG "Perkembangan pasca gempa bumi tektonik M6,4 di Pantai Barat Sumatera, Aceh Barat, Aceh" yang tayang melalui kanal YouTube BMKG pada Sabtu (24/9/2022) pagi.
Dr Suko Prayitno mengatakan, dari pantauan hasil BMKG, gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Hal tersebut terlihat setelah analisis BMKG yang menyatakan permukaan laut di Calang dan Meulaboh tidak menunjukkan adanya kenaikan.
"Di sana kita mempunyai alat pengamatan muka air laut dan itu dinyatakan dalam keadaan normal dan tidak timbul adanya perubahan signifikan dari air laut, sehingga ini menunjukkakn bahwa tidak terjadi tsunami," katanya.
Meski begitu, BMKG mengimbau para masyarakat agar terus berhati-hati.
Baca juga: Wilayah Indonesia Sering Gempa, Inilah Bacaan Doa Saat Terjadi Gempa Bumi
Gempa Susulan
Lebih lanjut kata dia, usai gempa dengan kekuatan 6,4 skala richter (SR), Sabtu (24/9/2022) pukul 03:53 dini hari tadi yang berpusat di Meulaboh, gempa susulan juga kembali terjadi pada pukul 08:10 WIB dengan kekuatan M2,7.
"Hasil monitoring BMKG Menunjukkan adanya dua aktivitas gempabumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M2,7," sambungnya.
Rekomendasi BMKG
Usai gempa tersebut, BMKG melalui konferensi persnya mengeluarkan imabuan kepada masyarakat saat menyikapi gempa, satu diantaranya tetap waspada dan tidak panik.
"Bapak ibu saudara sekalian, kami dari BMKG dengan menganalisa dari hasil gempa tersebut, merekomendasikan sebagai berikut," kata dia.
1. Masyarakat dihimbau tetap tenang tetapi waspada.
Gempa susulan masih mungkin akan terjadi, masyarakat diminta mewaspadai kemungkinan terjadinya gempa susulan signifikan.
Baca juga: Pemicu Gempa 6,4 SR Merupakan Gerakan Patahan di Dasar Laut Sekitar Meulaboh
2. Masyarakat yang tempat tinggalnya sudah rusak atau rusak sebagian dihimbau untuk tidak tinggal di rumah karena jika terjadi gempa susulan signifikan dapat mengalami kerusakan lebih berat bahkan roboh.
3. Masyarakat perlu waspada dengan kawasan perbukitan dengan tebing curam karena gempa susulan signifikan dapat memicu longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rock fall)
4. Masyarakat diminta tidak percaya berita bohong (hoax) mengenai prediksi gempa yang lebih besar dan akan terjadi tsunami.
Memahami arti Skala MMI
MMI merupakan singkatan dari Modified Mercalli Intensity.
Dikutip dari laman resmi BMKG, skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun 1902.
Baca juga: Gempa 6,4 SR Guncang Aceh, Dirasakan IV MMI di Meulaboh hingga Aceh Selatan, III MMI di Banda Aceh
Skala Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut.
Skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain.
Oleh karena itu, saat ini penggunaan Skala Richter lebih luas digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan.
Terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.
Berikut arti dari Skala MMI mulai dari MMI I sampai MMI XII:
I MMI
Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang.
II MMI
Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
III MMI
Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
IV MMI
Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
V MMI
Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
VI MMI
Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.
VII MMI
Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.
VIII MMI
Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.
IX MMI
Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.
X MMI
Bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.
XI MMI
Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.
XII MMI
Hancur sama sekali, Gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.
(Serambinews.com/Firdha Ustin)