Berita Banda Aceh
Gerakan Patahan di Dasar Laut Jadi Pemicu Gempa
Geolog senior Aceh, Ir Faizal Adriansyah MSi, mengatakan, gempa pagi kemarin dipicu oleh gerakan patahan di dasar laut sekitar Meulaboh
BANDA ACEH – Geolog senior Aceh, Ir Faizal Adriansyah MSi, mengatakan, gempa pagi kemarin dipicu oleh gerakan patahan di dasar laut sekitar Meulaboh, Aceh Barat.
Menurutnya, gempa itu bisa jadi muncul karena adanya gerakan patahan atau sesar naik.
"Melihat posisi pusat gempa di laut, ini ada kaitannya dengan zona subduksi atau zona tumbukan dari lantai Samudra Hindia yang menekan lempeng Benua Eurasia," ujarnya menjawab Serambi, Sabtu (24/9/2022) pagi.
Ia menjelaskan, Pulau Sumatra adalah bagian depan dari kepingan lempeng Eurasia.
Lepasnya energi dari tekanan ini yang menyebabkan gempa.
Faizal Adriansyah menambahkan, perairan barat Sumatera, Selatan Jawa-Sumbawa-Bali, dan seterusnya merupakan daerah yang banyak terbentuk sesar/patahan di dasar laut akibat adanya tumbukan dua lempeng besar dunia yaitu Eurasia dan Hindia Australia.
Belakangan ini beberapa gempa kecil terjadi di Aceh.
Misalnya di Pidie Jaya, Simeulue, dan Aceh Jaya.
Namun, seperti gempa yang berpusat di sekitar Meulaboh pada Sabtu pagi kemarin, tambah Faizal, gempa-gempa terdahulu juga tak bersifat merusak karena skalanya rendah hingga sedang.
Baca juga: Gempa 6,4 SR di Meulaboh, Ini yang Harus Dilakukan Sebelum, Sesaat & Sesudah Gempa Bumi Menurut BMKG
Baca juga: BMKG Jelaskan Penyebab Gempa M 6,4 di Meulaboh Aceh
Sementara itu, Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Dr Suko Prayitno Adi MSi, dalam konferensi pers, Sabtu (24/9/2022), mengatakan, gempa bumi yang berpusat di Meulaboh itu merupakan gempa bumi bersifat dangkal.
Gempa itu, menurut Suko, diakibatkan adanya aktivitas subduksi Lempeng Indonesia-Australia ke Lempeng Eurasia.
Terdapat aktivitas subduksi lempeng pada area di mana dua lempeng saling bertemu dengan membentuk deretan gunung berapi dan gempa bumi.
Daerah pertemuan antarlempeng di lokasi zona subduksi juga disebut sebagai patahan gempa, atau sebuah megathrust.
Selain itu, BMKG melaporkan bahwa gempa bumi berkekuatan 6,4 SR itu memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," jelas Suko Prayitno Adi.
Kemudian juga terdapatnya aktivitas Megathrust pada pulau Sumatera.
Pada peta tingkat guncangan hasil analisis BMKG setelah terjadinya gempa akurat dalam mengestimasi bahwa gempa ini menghasilkan warna biru-hijau dalam shoke map.
Dimana memiliki arti guncangan gempa mencapai intensitas IV-V MMI yang berpotensi merusak.
"Guncangan gempa bumi yang mencapai intensitas IV-V MMI berpotensi merusak artinya bangunan-bangunan disana kemungkinan rusak," pungkasnya.
(dik/fu) Meski tak berpotensi tsunami, BMKG juga meminta warga tetap waspada munculnya gempa-gempa susulan.
Masyarakat Aceh diimbau tetap tenang tapi waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan signifikan.
BMKG juga meminta masyarakat Aceh yang tempat tinggalnya sudah rusak atau rusak sebagian atau yang masih tinggal di kawasan perbukitan dengan tebing curam untuk tidak tinggal di rumah.
Pasalnya, jika terjadi gempa susulan dapat mengalami kerusakan lebih berat bahkan bisa berakibat longsor.
Selain itu, BMKG melalui Plt.Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, Daryono,, juga meminta masyarakat Aceh untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. (dik/fu)
Baca juga: Gempa 6,4 SR Landa Meulaboh, Ini 4 Imbauan Penting dari BMKG untuk Masyarakat Aceh
Baca juga: Terbangun Dini hari hingga Lari ke Luar Rumah, Warga Aceh Jaya Panik Akibat Gempa 6,4 Magnitudo