Berita Lhokseumawe
Harga Pertamax Rp 14.500, Warga Pilih Pertalite, Bisnis Pertashop Terancam Gulung Tikar
Sehingga hal itu berdampak pada konsumen Pertashop yang kian sepi, lantaran hanya menjual Pertamax.
Penulis: Zaki Mubarak | Editor: Saifullah
Laporan Zaki Mubarak | Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Usaha Pertashop terancam tutup paska pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), termasuk Pertamax.
Pasalnya, perbedaan harga antara Pertamax dengan Pertalite cukup jauh.
Masyarakat pun kini ramai-ramai beralih menyerbu SPBU untuk membeli Pertalite.
Sehingga hal itu berdampak pada konsumen Pertashop yang kian sepi, lantaran hanya menjual Pertamax.
Manager Operasional Pertashop di Kecamatan Blang Mangat Lhokseumawe, Naufal mengatakan, dengan berubahnya harga BBM, ada selisih harga yang mencolok antara Pertalite dengan Pertamax.
Sehingga masyarakat akhirnya lebih memilih beralih ke Pertalite dan menyerbu SPBU.
Baca juga: Pertamina Masih Buka Permohonan Pertashop Untuk Aceh 101 Unit Lagi, Ini Gambaran Keuntungannya
Sementara Pertashop kian hari makin sepi karena hanya menjual Pertamax.
Dampak dari situasi itu, sambung Naufal, ada informasi yang ia terima bahwa ada salah satu usaha Pertashop di kawasan Kecamatan Banda Baro, Aceh Utara yang sudah tutup.
“Padahal kan awalnya tujuan membukan lokasi Pertashop ini meruapakan program pemerintah untuk pemerataan BBM,” papar dia.
“Agar penyaluran BBM ke pelosok-pelosok desa bisa terlaksana dengan baik. Dan harganya juga sesuai yang keluarkan oleh Pertamina,” ungkap Naufal kepada Serambinews.com, Selasa (27/9/2022).
Lanjut dia, kenaikan harga BBM subsidi jenis Pertalite dan non-subsidi jenis Pertamax berdampak buruk terhadap bisnis Pertashop di wilayah Lhokseumawe dan Aceh Utara.
Kenaikan itu membuat selisih harga jual Pertamax dengan Pertalite makin lebar, yakni Rp 4.500 per liter.
Baca juga: 75 Unit Pertashop Beroperasi di Aceh, Pertamina Sebut Jarak tak Selalu jadi Patokan
Pertashop merupakan lembaga penyalur resmi berskala kecil yang menyediakan BBM non-subsidi dan produk lain dari Pertamina di daerah yang jauh dari SPBU.
“Sebelum ada kenaikan, penjualan rata-rata 1.500 liter per hari. Sekarang penjualannya turun sangat jauh,” ungkapnya.