Internasional

Warga Rusia Hindari Wajib Militer, Melarikan Diri Mengikuti Jalur Pengungsi 1917 ke Istanbul

Warga Rusia yang mencoba menghindari wajib militer ke Ukraina beramai-ramai keluar dari negaranya.

Editor: M Nur Pakar
AFP/Alessandro RAMPAZZO
Warga Rusia yang lari dari negaranya naik bus setelah melalui pemeriksaan paspor di pos pemeriksaan Vaalimaa, Finlandia, perbatasan dengan Rusia pada 29 September 2022. 

turki telah mencoba untuk menyeimbangkan hubungannya dengan Rusia dan Ukraina, memposisikan dirinya sebagai mediator di antara keduanya.

Proshin, seorang vlogger YouTube yang berasal dari kota Omsk di Siberia, mengatakan kemunduran di medan perang di Ukraina telah mengikis dukungan Rusia untuk perang.

Bahkan di antara orang Rusia yang patriotik.

“Saat ini, ketika tentara Rusia mengalami masalah dan tentara Ukraina mendorong keluar dari tanah mereka, orang-orang yang mendukung perang ini tidak mengerti mengapa perang ini terjadi,” katanya.

“Mereka tidak ingin perang ini dan mereka tidak ingin kehilangan teman, suami, saudara, atau diri mereka sendiri dalam perang yang tidak berguna ini," tambahnya.

Proshin mengatakan keluarganya sangat lega karena meninggalkan Rusia dan sekarang berencana untuk menunggu pacarnya bergabung dengannya sebelum berangkat ke negara lain.

Eva Rapoport, koordinator Istanbul untuk The Ark, sebuah kelompok yang membantu orang-orang Rusia mengatakan telah terjadi peningkatan jumlah yang tiba di Turki sejak deklarasi mobilisasi Putin.

Sementara mereka yang meninggalkan Rusia segera setelah invasi Februari 2022 ke Ukraina merupakan kelompok kosmopolitan yang terdidik, berorientasi Barat.

Sekarang organisasinya melihat hampir semua orang dapat melarikan diri dari negara itu.

Baca juga: Hasil Referendum di 4 Wilayah Ukraina, Mayoritas Warga Pilih Gabung dengan Rusia

“Banyak dari orang-orang ini dulunya mendukung Putin, mereka dulu menyemangati perang,” katanya.

“Ketika itu dari keamanan rumah dan tidak ada yang dipertaruhkan bagi mereka, itu baik-baik saja," tambahnya.
"Tapi sekarang mereka tidak ingin mendukung ini dengan tindakan mereka," ujarnya.

“Mereka tidak ingin mendukungnya dengan hidup mereka, bahkan tidak ingin pergi dan bertarung dan mati dalam perang ini," tambahnya.

Namun, dia menggambarkan keputusan oleh negara-negara Baltik dan Polandia untuk memblokir masuknya orang Rusia seperti itu tidak adil.

"Ini benar-benar situasi hidup atau mati bagi mereka, ini masalah kemanusiaan," kata Rapoport.

Banyak orang Rusia yang tiba di Turki setelah dimulainya perang menderita shock yang disebabkan oleh invasi, katanya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved