Berita Banda Aceh
Setidaknya Ada Dua Jaringan Teroris di Aceh, Semua Pihak Diminta Waspada
Imbauan itu disampaikan Al Chaidar SIP MSi, Dosen Antropologi FISIP Universitas Malikussaleh Aceh Utara dan pengamat teroris dalam talkshow interaktif
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
Dengan ditangkapnya ISA yang merupakan Qoid Korda Wilayah Aceh, total terduga teroris yang sudah diamankan dari berbagai wilayah di Aceh belakangan ini adalah 15 orang, baik itu kelompok JI maupun JAD.
Dari Aceh Tamiang ada 10 anggota JI yang sudah diamankan, yaitu DN, SY, JU, RS, FE, ES, RU, MU alias AL, A alias S alias E, terakhir ISA.
Kemudian, ada dua yang ditangkap di Banda Aceh yakni AK (JI) dan MR (JAD). Di Bireuen ditangkap pula MH (JI), di Aceh Utara MS (JAD), dan di Langsa dicokok MA (JI).
Fakta tersebut menjadi dasar bagi Al Chaidar untuk mengingatkan semua pihak untuk tidak boleh lengah, apalagi abai, seolah di Aceh tidak ada orang yang terpengaruh paham radikalisme dan terorisme.
Baca juga: Wow! Uya Kuya Pernah Hipnotis Polisi Terkait Kasus Teroris, Kini Diminta Eks Kabareskrim Hipnotis PC
“Dibanding di daerah lain, di Acehlah jaringan dan gerakan teroris ini yang paling kompleks. Kalau di tempat lain terkadang hanya ada satu jaringan saja.
Tetapi di Aceh jumlahnya bisa lebih dari dua, setidaknya ada jaringan teroris narkoba dan jaringan teroris Pilkada.
Mereka aktif melakukan rekrutmen kader, salah satunya melalui media sosial,” ujar Al Chaidar.
“Terorisme ini merupakan gerakan transnasional. Mereka banyak memengaruhi orang-orang yang merantau, termasuk perantau dari Aceh. Pemicu lahirnya radikalisme dan terorisme ini adalah ketidakadilan, di samping milenarianisme.
Kalau kita tidak antisipasi, jumlah pengikutnya makin bertambah dan jaringannya makin meluas,” kata penulis buku Aceh Bersimbah Darah ini.
Kurang dilibatkan
Sementara itu, Yudi Zulfahri, mengatakan, dari 53 orang teroris yang terlibat latihan militer di Jalin, Jantho, Aceh Besar, tahun 2010 mayoritas sudah berhasil dirangkul pemerintah.
Mereka sudah sadar. Namun, ada juga beberapa orang yang terus berjuang dengan apa yang ia percayai, termasuk yang beraksi dalam bom Sarinah, Jakarta.
Yudi mengaku kecewa karena Yayasan Jalin Perdamaian yang mereka bentuk pascainsiden Jalin dan yayasan tersebut sudah berbadan hukum, tapi sangat jarang dilibatkan pemerintah daerah dalam upaya mengurangi potensi radikalisme dan terorisme di Aceh.
“Di tempat lain pun keadaannya kurang lebih sama. Padahal, di yayasan ini berhimpun mantan-mantan teroris yang cukup paham kondisi riil di lapangan,” ujarnya.
Pengamat teroris lainnya, Dr Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad yang ikut bicara melalui jalur telepon saat talkshow berlangsung mengingatkan bahwa belum terlihat tanda-tanda bahwa potensi radikalisme dan terorisme di Aceh berkurang pascainsiden Jalin.