Luar Negeri
Ratu Kripto Bawa Kabur Uang 60 Triliun, Kin jadi Buronan FBI setelah Dokumen Penangkapannya Bocor
Perempuan 42 tahun kelahiran Bulgaria itu menjadi buronan atas tuduhan menjalankan penipuan mata uang kripto yang dikenal sebagai OneCoin.
SERAMBINEWS.COM - Si Ratu Kripto Ignatova menghilang pada 25 Oktober 2017 ketika pihak berwenang AS menandatangani surat perintah penangkapan dan penyidik mulai mengusut mata uang kripto miliknya OneCoin.
Pada Juni 2022, ia masuk dalam daftar 10 orang paling dicari oleh FBI.
Agen FBI meyakini kepergian " Ratu Kripto" itu dikeliling pengawal bersenjata atau asosiasi.
Ruja Ignatova yang lebih dikenal dengan sebutan "buronan Ratu Kripto" diyakini telah menerima informasi kepolisian mengenai penyelidikan penggelapan uang senilai hampir Rp 60 triliun, sebelum akhirnya ia kabur.
Perempuan 42 tahun kelahiran Bulgaria itu menjadi buronan atas tuduhan menjalankan penipuan mata uang kripto yang dikenal sebagai OneCoin.
• Iming-iming Untung Besar, Angel Lelga Tertipu Investasi Kripto hingga Rugi Ratusan Juta
Dokumen yang dilihat BBC dari pertemuan kepolisian Eropa, Europol, menunjukkan, buronan paling dicari FBI itu sudah mengetahui upaya penangkapan dirinya beberapa bulan sebelum ia menghilang.
Informasi tentang kebocoran dokumen kepolisian disampaikan lewat podcast BBC, The Missing Cryptoqueen, oleh Frank Schneider, seorang mantan mata-mata dan penasihat terpercaya Ignatova.
Schneider membantah telah menerima dokumen tersebut, di mana ia berkata menerima stik memori USB dari Ignatova.
Dia mengeklaim metadata dalam file menunjukkan Ignatova memperoleh informasi melalui kontaknya sendiri di Bulgaria.
Schneider sekarang menghadapi ekstradisi ke Amerika Serikat atas tuduhan ikut berperan dalam penggelapan OneCoin.
• Bukan Uang Tunai, Sejumlah Atlet Dunia Ini Terima Gaji dalam Bentuk Kripto
Europol mengatakan sedang menyelidiki kasus ini.
Berkas kepolisian berisi presentasi yang dibuat pada sebuah pertemuan Europol bernama "Operasi Satelit" di Den Haag pada 15 Maret 2017.
Menurut dokumen tersebut, pertemuan dihadiri FBI, Departemen Kehakiman AS dan Jaksa Distrik New York, petugas dari Inggris, Jerman, dan Belanda. Dubai, dan Bulgaria juga ikut hadir dalam pertemuan tersebut.
Dokumen ini meliputi rincian otoritas AS yang memiliki "informan rahasia tingkat tinggi", akun bank OneCoin yang menerima dana investor, dan upaya yang gagal oleh Kepolisian Kota London, Inggris untuk memeriksa Ignatova.