Internasional
Mantan Tahanan Iran Sebut Tindakan Keras Rezim, Sinyal Ketakutan Kehilangan Kendali Negara
Seorang mantan tahanan Iran menyebut tindakan keras pasukan keamanan ke demonstran menunjukkan rezim takut kehilangan kekuasaan.
“Mematikan Internet, persis seperti apa yang mereka lakukan ketika menempatkan orang dalam isolasi, hanya dalam skala yang lebih besar,” kata Zaghari-Ratcliffe.
“Mereka memutuskan Anda dari dunia luar sehingga tidak tahu apa yang terjadi pada Anda dan Anda tidak bisa memberi tahu mereka," ungkapnya.
"Mereka ingin orang-orang takut dan merasa dilupakan," tambahnya.
Dia mengatakan kepada konferensi, masyarakat internasional memiliki sarana untuk melawan pengawasan dan penyensoran oleh pemerintah.
Dia mendesak tindakan untuk memastikan Iran dapat mengakses aliran informasi yang bebas.
Dia juga menyerukan sanksi yang ditargetkan pada individu, dan Iran harus belajar untuk hidup dengan sanksi umum.
Sebelumnya Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada pejabat dan entitas Iran yang terlibat dalam penyensoran internet dan tindakan keras.
Baca juga: Aktivis Iran Diseret di Kantor Kejaksaan, Dikhawatirkan Tidak Bisa Keluar Hidup-Hidup dari Penjara
Mereka termasuk mereka yang mengawasi penjara Evin, yang menahan tahanan politik, dan di mana Washington mengatakan banyak pengunjuk rasa telah dikirim.
Suaranya pecah, Zaghari-Ratcliffe membacakan nama-nama teman yang masih terkurung di Evin.
Dia meminta konferensi untuk mengingat Mahsa Amini pada hari ke-40 setelah kematiannya, waktu berkabung tradisional di Iran.
“Kematian Amini memicu sinar harapan bagi kita semua di Iran, tetapi juga di seluruh dunia, semoga keadilan akan menang dengan naman kode kebebasan,” katanya.
Zaghari-Ratcliffe mengatakan protes membuatnya bangga menjadi seorang wanita Iran.
“Memalukan bagi kami yang tinggal di pengasingan karena kami tidak bisa bersama perempuan di jalanan, tapi kami tentu sangat bangga,” katanya.
Zaghari-Ratcliffe menetap kembali ke London bersama putri dan suaminya Richard.
Dia menjalankan kampanye panjang untuk pembebasannya termasuk mogok makan tiga minggu saat berkemah di luar Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran.