Feature
Kisah Mawi Sang Penjagal yang Membantai 150 Harimau dan Memakan Dagingnya demi Bertahan Hidup
Di sana orang dimakan harimau, sisa paha saja dan ditaruh di atas batu itu. Lalu, warga meminta saya melindungi kampung
Di tengah jalan, kapal menepi. Mawi lalu menunjuk tumpukan batu yang memecah aliran sungai.
"Di sana orang dimakan harimau, sisa paha saja dan ditaruh di atas batu itu. Lalu, warga meminta saya melindungi kampung," kata Mawi mengenang kejadian pada 1971.

Dalam satu tahun itu, kata dia, lima warga desa dibunuh harimau.
Ini adalah titik awal Mawi, yang saat itu masih remaja tanggung mulai berburu harimau.
Mawi memburu harimau pertamanya bersama sahabatnya, Rahmad Sentosa Abadi, yang kini diabadikan menjadi sebuah patung di Desa Sebelat, Rejang Lebong, Bengkulu.
Harimau itu dibunuhnya dengan hantaman kayu ke kepala. Lalu, Mawi menggunakan tangan untuk melepas kulit yang menempel dengan daging.
Mawi juga menggunakan sebilah pisau untuk memisahkan tulang dari daging harimau.
Hasilnya, berupa kulit dan tulang dijual dengan harga Rp 30.000 di Pasar Rupit, Musi Rawas Utara.
Selang beberapa waktu, Mawi dan Abadi berpisah. Sejak itu, Mawi kemudian seorang diri berburu di hutan.
Dalam perjalanannya, Mawi menjadi ketagihan. Bahkan, dia mengaku pernah tinggal di dalam hutan selama satu tahun untuk berburu harimau.

Mawi tidak akan pulang ke kampung sebelum membunuh harimau.
"Saya makan daging harimau untuk bertahan di hutan saat itu," kenangnya.
Mawi mengaku tidak pernah diserang harimau dan tidak ada sedikit pun rasa takut saat menghadapi hewan itu.
Sebaliknya, dia merasa sangat bergairah dan bahagia saat bertemu harimau.
"Seperti (melihat) tumpukan uang yang bergerak," kenangnya.