Internasional
Wuhan Lockdown Lagi, Warga Tibet Menentang Pengetatan Covid-19
Wuhan lockdown lagi dan hampir satu juta orang di distrik Jiangxia diperintahkan untuk tetap di rumah selama tiga hari
WUHAN - Wuhan lockdown lagi dan hampir satu juta orang di distrik Jiangxia diperintahkan untuk tetap di rumah selama tiga hari.
Sebanyak empat kasus tanpa gejala terdeteksi di Wuhan, kota lokasi Covid-19 kali pertama tercatat.
China menerapkan strategi "nol Covid", termasuk pengujian massal, aturan isolasi yang ketat, dan lockdown lokal untuk menekan penyebaran Covid-19.
Kebijakan ini mengakibatkan kematian yang jauh lebih sedikit daripada di banyak negara lain, tetapi strategi tersebut ditentang banyak orang karena bisnis-bisnis terus tertekan.
Di Wuhan yang berpenduduk 12 juta orang, pengujian rutin menemukan dua kasus tanpa gejala pada Rabu (26/10/2022).
Sebanyak dua kasus lagi ditemukan melalui pelacakan kontak, dan tak lama setelah perintah lockdown diterapkan, lapor BBC pada Jumat (28/10/2022).
Wuhan pada awal 2020 adalah kota pertama yang menerapkan lockdown ketat.
Pada saat itu, dunia dikejutkan oleh ketatnya lockdown, tetapi akhirnya banyak kota dan negara yang juga mengikutinya.
Bulan lalu, Shanghai--ibu kota keuangan raksasa China dengan hampir 25 juta penduduk--akhirnya keluar dari lockdown ketat selama dua bulan.
Semakin banyak perusahaan China dan lini produksi pabrik mempertahankan sistem loop tertutup untuk menghilangkan Covid sepenuhnya.
Guna menjaga lini-lini ekonomi tetap terbuka, para pegawai diharuskan tinggal sementara di tempat kerja mereka untuk meminimalkan kontak antara pekerjaan dan rumah.
Baca juga: Meski Dibantah China, Sejumlah Ilmuwan Temukan Bukti Covid-19 Berasal dari Pasar di Wuhan
Baca juga: Dokumen Rahasia Bocor, Ternyata AS Danai Penelitian Virus Corona di Laboratorium Wuhan Sejak 2014
Covid China mencatatkan lebih dari 2,2 juta kasus dan 14.720 kematian sejak pandemi dimulai pada 2019, menurut Universitas Johns Hopkins Amerika Serikat.
SEJUMLAH video beredar dilaporkan menunjukkan kerumunan orang yang berunjuk rasa menentang tindakan ketat Covid-19 di Lhasa, Tibet.
Beberapa video di media sosial menunjukkan ratusan orang berdemonstrasi dan bentrok dengan polisi.
Sebagian besar dari mereka adalah pekerja migran etnis Han China, menurut laporan BBC pada Jumat (28/10/2022).
Kota Lhasa telah menjalani lockdown Covid- 19 selama hampir tiga bulan karena memerangi gelombang infeksi Covid-19.
Tibet adalah salah satu daerah yang dijaga ketat di China.
Protes berskala besar yang jarang terjadi tersebut dilaporkan terjadi pada Rabu (26/10/2022) sore dan berlangsung hingga malam.
Satu video menunjukkan ratusan orang berkumpul di jalan, dengan pejabat memblokir pengunjuk rasa di ujung jalan lainnya.
Sebuah pesan yang menyerukan ketenangan dapat terdengar di pengeras suara, dengan seorang pejabat meminta orang-orang untuk "mohon pengertiannya dan kembalilah".
Video lain menunjukkan sejumlah orang di jalanan pada malam hari, dan seorang pria terdengar mengomentari tempat kejadian.
"(Mereka) telah dikurung terlalu lama.
Dan banyak orang di komunitas ini adalah orang-orang yang baru saja datang untuk bekerja dan mencari uang.
Jika mereka bisa mendapatkannya di China daratan, mereka tidak akan datang ke sini," katanya dalam bahasa mandarin menurut laporan BBC.
Video lain menunjukkan orang-orang berunjuk rasa di jalan-jalan dengan tulisan "Kami hanya ingin pulang".
BBC telah memverifikasi bahwa beberapa video diambil di Lhasa dalam beberapa hari terakhir.
Video-video tersebut telah dihapus dari media sosial China tetapi diunggah ulang di Twitter.(kompas.com)
Baca juga: Buktikan Asal-Usul Covid-19, AS Pakai Superkomputer Ungkap Data Genetik 22.000 Sampel Virus Wuhan
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat lagi, Warga Wuhan Terancam Lockdown Lagi Hingga Terjadi ‘Panic Buying’