Internasional

Wanita Pembangkang Iran Temui Presiden Prancis, Macron Akui Revolusi Iran Sedang Berjalan

Sejumlah wanita pembangkang Iran bertemu dengan Presiden Emmanuel Macron di Paris, Prancis.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Sejumlah wanita pembangkang Iran berpose dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris, Prancis. 

SERAMBINEWSCOM, PARIS - Sejumlah wanita pembangkang Iran bertemu dengan Presiden Emmanuel Macron di Paris, Prancis.

Mereka memuji pembicaraan itu sebagai langkah bersejarah di Paris, sambil mendesak Prancis untuk memimpin tindakan nyata terhadap Republik Islam Iran itu.

Macron pada Jumat (10/11/2022) mengadakan pertemuan yang sebelumnya tidak dipublikasikan dengan empat juru kampanye wanita terkemuka Iran.

Aksi demonstrasi anti-pemerintah menghantam Iran usai kematian Mahsa Amini yang ditangkap oleh polisi moral Iran.

Keempat aktivis itu, termasuk yang berbasis di AS, Masih Alinejad yang selama bertahun-tahun memimpin kampanye mendorong perempuan Iran untuk melepas jilbab.

Dia mengadakan pertemuan empat mata dengan Macron di Istana Elysee, sebelum bergabung dengan tiga juru kampanye lainnya, kata peserta kepada AFP, Minggu (13/11/2022).

Baca juga: PBB Khawatirkan Rudal Hipersonik Iran, Tembus Sistem Pertahanan Negara Manapun, Termasuk Israel

Mereka, Shima Babaei, yang mengkampanyekan keadilan bagi ayahnya yang menghilang di Iran.

Ladan Boroumand, salah satu pendiri kelompok hak asasi Abdorrahman Boroumand Center yang berbasis di Washington.

Roya Piraei yang ibunya Minoo Majidi dibunuh oleh pasukan keamanan di awal penumpasan protes.

“Pertemuan itu sangat penting," ujar Boroumand

"Dalam 43 tahun, sejak Revolusi Islam 1979, tidak ada satu pun pembangkang Iran yang bertemu resmi dengan seorang presiden Prancis,” kata Boroumand kepada AFP.

"Itu terobosan," tambahnya.

“Yang paling penting dalam pertemuan bersejarah ini, dampak psikologis dari pengakuan legitimasi perjuangan di Iran," ujarnya.

Baca juga: Dua Bersaudara Asal Iran Didakwa di Swedia, Dituduh Sebagai Mata-Mata Rusia

Keempatnya mengajukan daftar tuntutan kepada pemerintah Prancis.

Seperti menarik duta besar dari Teheran, mengurangi hubungan diplomatik dan memberikan sanksi kepada pejabat yang bertanggung jawab atas tindakan keras terhadap demonstran.

Setelah pertemuan itu, Macron mengatakan pada sebuah konferensi di Paris tentang rasa hormat dan kekagumannya dalam konteks revolusi yang mereka pimpin.

Alinejad berkomentar:

“Presiden Macron mengakui revolusi Iran dan itu keputusan yang benar-benar bersejarah."

"Saatnya berdiri di sisi kanan sejarah dan nilai-nilai universal.”

“Saya yakin itu tidak mudah, tetapi dia jelas telah mengambil sikap berani dan berprinsip.”

Baca juga: Iran Tangkap Penyiar TV Oposisi Berbasis di London Saat Berusaha Melarikan Diri dari Teheran

Macron bulan lalu mengatakan Prancis mendukung demonstrasi di Iran.

Prancis juga menyatakan kekagumannya terhadap perempuan dan pemuda yang berdemonstrasi di negara itu.

Kementerian Luar Negeri Iran membalas dengan menyebut "usil" karena mendorong orang-orang melakukan kekerasan dan pelanggar hukum.

Radio France Inter akan menyiarkan wawancara dengan Macron tentang masalah Iran pada Senin (14/11/2022).

Alinejad dan aktivis lainnya sebelumnya sangat kritis terhadap keputusan Macron untuk bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di sela-sela Majelis Umum PBB pada September 2022.

Saat itu, Macron berusaha menghidupkan kembali kesepakatan 2015 tentang program nuklir Iran.

Babaei, yang berkampanye untuk mengetahui keberadaan ayahnya Ebrahim yang hilang di Iran sejak akhir tahun lalu, mengatakan republik Islam itu telah menduduki negaranya, seperti yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.

“Jadi lakukan hal yang sama pada republik Islam seperti yang Anda lakukan pada Presiden Vladimir Putin,” tulisnya di Twitter.

Baca juga: Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Kunjungi Iran, Bahas Pengiriman Drone dan Rudal

Piraei kini telah meninggalkan Iran setelah sebuah foto dirinya dengan rambut dipotong dan bertelanjang kepala berdiri di dekat makam ibunya di Iran menjadi viral.

Dia memegang rambut yang dia potong sebagai simbol solidaritas dengan protes.

Babaei mentweet foto empat wanita yang dipeluk erat di Istana Elysee.

"Ini adalah momen ketika kami mengalahkan propaganda republik Islam dan menjadi suara rakyat Iran di Istana Elysee," katanya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved