Asrizal Minta TAPA dan DPRA Tuntaskan Masalah Banjir di Tamiang: Terjadi Tiap Tahun dan Makin Parah

Anggota DPRA Fraksi PAN ini menilai, penanganan banjir di Aceh Tamiang tidak bisa dilakukan secara parsial.

Editor: Amirullah
DOK ASRIZAL H ASNAWI
Anggota DPRA, Asrizal H Asnawi, didampingi warga dan Datok Penghulu Rantau Pakam, Ruslan, meninjau bibir sungai yang semakin lebar akibat banjir, Minggu (13/11/2022). 

Saat ini, Pemerintah Aceh mulai membangun talud di Kampung Teluk Halban dengan anggaran Rp 1,9 miliar dan dilanjutkan dengan pembangunan serupa di Kampung Marlempang pada tahun 2023 dengan anggaran Rp 5 miliar.

"Pembangunan ini harus diapresiasi. Tapi, melihat kondisi di lapangan, pola pembangunannya tidak bisa secara parsial, harus dilakukan menyeluruh," imbuh Asrizal.

Makna menyeluruh, sebut dia, bukan hanya proses pembangunan tanggul dilakukan secara bersamaan di seluruh bantaran sungai hilir Aceh Tamiang, tapi juga harus ada kesepahaman visi dan misi antara DPRA dan Pemerintah Aceh, khususnya Tim Anggaran Perintah Aceh (TAPA) dengan Badan Anggaran (Banggar) DPRA.

Baca juga: VIDEO Masyarakat Aceh di Kanada Zikir Bersama serta Galang Dana Bantuan untuk Korban Banjir Tamiang

Sebab, menurut Asrizal, berdasarkan komunikasi dirinya dengan Dinas Pengairan Aceh, dibutuhkan anggaran Rp 35 miliar untuk membangun tanggul secara komprehensif.

"Kalau kita peduli dengan masyarakat, saya kira anggaran itu tidak besar. Legislatif dan eksekutif harus mau mengalokasikan anggaran itu agar masyarakat kita tidak selalu menjadi korban atas buruhknya infrastruktur sungai," kata Ketua DPC PAN Aceh Tamiang, ini.

Asrizal khawatir pembangunan parsial akan menjadi mubazir karena tanggul yang sudah ada akan hancur lagi akibat belum sepenuhnya banjir terbendung.

"Sudah ada contohnya di Rantau Pakam. Di situ sudah dibangun sheet pile, tapi hancur karena air masih bisa masuk dari sisi lain," pungkasnya.

Datok Penghulu Kampung Rantau Pakam, Ruslan, mengaku sudah kehabisan cara untuk meyakinkan Pemerintah Aceh jika dampak banjir itu menyisakan penderitaan panjang bagi masyarakat hilir.

Dia sendiri sudah pernah melaporkan masalah itu ke Pemerintah Aceh dan dijanjikan akan dibangun tanggul di daerahnya.

"Barusan dapat informasi rupanya digeser ke Marlempang. Tentunya, kami sangat kecewa," kata Ruslan.

Kekecewaan itu bukan karena tanggul tidak jadi dibangun di Rantaupakam, tapi pergeseran ini justru akan menyebabkan banjir lebih parah.

Baca juga: Asyik Selingkuh, Istri Pergoki Suami Cium Kening Wanita Lain, Pelakor Kabur Usai Ditabok

"Kalau digeser ke Marlempang, pusaran air akan ke Rantau Pakam, ini membuat air dari sungai semakin meluber," ungkap Ruslan.

Ia memastikan banjir akan memberikan dampak terparah dari banjir besar yang terjadi pada 2006 lalu.

Ruslan pun menegaskan bahwa hamparan sawah seluas 250 hektare seluruhnya rusak.

Diketahui, banjir di Aceh Tamiang sudah memasuki hari ke-14.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved