Internasional
Legacy Fir'aun, dari Laknat Hingga Teladan
Sebagai muslim, kita sering mendengar cerita betapa terkutuknya Fir'aun dari para mubaligh
SEBAGAI muslim, kita sering mendengar cerita betapa terkutuknya Fir'aun dari para mubaligh.
Bahkan sering Fir'aun diajukan sebagai contoh manusia terkutuk yang diazab Tuhan karena keangkuhan, kesombongan sampai kezalimannya kepada Tuhan dan kepada manusia.
Di Mesir, Fir'aun tidak selalu dipersepsikan sebagai tokoh antagonis.
Bagi Masyarakat Mesir, Fir'aun diposisikan sebagai nenek moyang yang meninggal banyak jasa.
"Nahnu abna fara'ina (kami anak para Pharaoh),” sanjungan yang kerap terdengar dari mulut orang Mesir.
Sanjungan ini dulu pernah saya protes kepada seorang ulama berkebangsaan Arab Saudi yang bermukim di Mesir.
Bagaimana mungkin masyarakat Mesir yang mayoritas muslim tapi bangga menjadi keturunan manusia yang dikutuk dalam Al-Qur'an.
Sambil tersenyum dan berseloroh ulama tersebut menjawab.
"Seandainya saja saya orang Mesir, saya juga bangga menjadi keturunannya Fir'aun".
Kalimat satir menunjukkan betapa hormatnya mereka kepada Fir'aun.
Baca juga: Arkeolog Mesir Temukan Ruang Tersembunyi Bawah Tanah, Mumi Pejabat Tinggi Firaun
Baca juga: Mesir Perlihatkan Mumi Firaun Secara Digital Untuk Pertama Kalinya, Sejak Ditemukan 1881
Tidak bisa dipungkiri, dari empat fase sejarah peradaban Mesir, yang paling banyak menarik minat wisatawan adalah fase peradaban sebelum masehi.
Pada fase ini, semua peninggalan peradaban Mesir berasal dari karya, karsa dan raganya Fir'aun.
Sedangkan tiga fase selebihnya, yaitu fase kekuasaan Yunani, fase berkuasanya Romawi dan fase berkuasanya Islam hanya sekadar destinasi sekunder para wisatawan dan bukan sebagai tujuan utama.
Oleh sebab itu, bukanlah suatu yang berlebihan jika ada selorohan yang berkata, orang Mesir dari dulu sampai sekarang "diberi makan" sama Fir'aun.
Karena devisa negara terbesar Mesir saat ini berasal dari sektor pariwisata.