Internasional
Pengacara Wanita ISIS Asal Inggris Sebut Kliennya Shamima Begum Korban Perdagangan Anak
Pengacara seorang wanita yang dicabut kewarganegaraan Inggris setelah bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah menentang keputusan tersebut pada Senin
"Sekarang sudah diputuskan, dia dan teman-temannya diangkut melintasi perbatasan oleh aset pasukan keamanan Kanada," kata pengacara Begum Tasnime Akunjee kepada AFP sebelum sidang.
“Definisi perdagangan manusia sangat mapan dengan itu,” tambahnya.
Terlepas dari komentar awalnya, Begum sejak itu menyatakan penyesalan atas tindakannya dan bersimpati kepada para korban ISIS.
Dalam sebuah film dokumenter tahun lalu, dia mengatakan setibanya di Suriah segera menyadari kelompok ekstremis itu menjebak orang untuk kekhalifahan dan terlihat bagus pada video propaganda.
Sekitar 900 orang diperkirakan telah melakukan perjalanan dari Inggris ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan ISIS.
Dari jumlah itu, sekitar 150 di antaranya diyakini telah dicabut kewarganegaraannya.
Baca juga: Pasukan Kurdi Dukungan AS di Suriah Hentikan Kekejaman di Kamp ISIS, 44 Orang Telah Tewas
Kelompok hak asasi manusia Reprieve mengatakan saat ini ada 20-25 keluarga Inggris, termasuk 36 anak-anak masih berada di kamp-kamp di Suriah timur laut yang dikuasai Kurdi.
Dikatakan, mereka ditempatkan bersama tersangka kerabat pejuang ISIS yang juga ditahan.
Negara-negara Eropa lainnya juga bergulat dengan bagaimana menangani kembalinya warga negara mereka sendiri.
Beberapa negara, seperti Jerman dan Belgia, telah mencoba melakukan operasi repatriasi reguler.
Bulan lalu, Berlin mengatakan telah menyelesaikan hampir semua kasus yang diketahui keluarga Jerman di kamp-kamp penjara ekstremis di Suriah.
Berlin mengklaim telah memulangkan 76 anak di bawah umur serta 26 wanita.
Menurut kantor kejaksaan federal Belgia, pada pertengahan 2022 masih ada beberapa wanita dan beberapa anak di kamp-kamp Suriah.
Baca juga: Wanita Swiss Simpatisan ISIS Diadili, Dituduh Mencoba Menggorok Leher Dua Wanita
Dihadapkan dengan opini publik yang bermusuhan, Prancis telah melakukan repatriasi berdasarkan kasus per kasus.
Tapi langkah itu meningkat dalam beberapa bulan terakhir setelah mendapat kritik dari Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa.
Sejak Juli 2022, Paris telah memulangkan 31 wanita dan 75 anak dalam dua operasi.
Sekitar 175 anak Prancis dan 69 wanita diyakini masih berada di kamp.(*)