Internasional
PBB Sebut Situasi di Palestina Sudah Mencapai Titik Didih, Korban Berjatuhan Setiap Hari
Utusan PBB untuk perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, memperingatkan situasi di Tepi Barat, Palestins sudah mencapai titik didih.
SERAMBINEWS.COM, RAMALLAH - Utusan PBB untuk perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, memperingatkan situasi di Tepi Barat, Palestins sudah mencapai titik didih.
Dia beralasan tingkat kekerasan di Tepi Barat yang diduduki sudah sangat tinggi.
Bahkan, katanya, Israel dalam beberapa bulan terakhir ini melakukan serangan terhadap warga sipil Israel dan Palestina.
Ditambahkan, telah terjadi peningkatan penggunaan senjata dan kekerasan terkait pemukim Yahudi.
"Sehingga, telah menyebabkan penderitaan manusia yang parah,” katanya kepada Dewan Keamanan (DK) PBB di New York, AS, Senin (28/11/2022).
Minggu ini, tentara mengumumkan telah melakukan lebih dari 3.000 penangkapan sebagai bagian dari Operasi Break the Wave.
Baca juga: Dewan HAM PBB Gelar Pertemuan Mendadak, Kutuk Tindakan Keras Pasukan Keamanan Iran ke Demonstran
Sebuah kampanye yang diluncurkan menyusul serangkaian serangan mematikan terhadap warga sipil Israel.
PBB mengatakan lebih dari 125 warga Palestina tewas di Tepi Barat tahun ini.
Israel telah menduduki wilayah itu sejak Perang Enam Hari tahun 1967.
Diperkirakan 475.000 pemukim Yahudi sekarang tinggal di wilayah itu.
Bersama sekitar 2,9 juta warga Palestina, di komunitas yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Kekerasan Selasa (29/11/2022) terjadi ketika veteran Benjamin Netanyahu melanjutkan negosiasi untuk membentuk apa yang bisa menjadi pemerintahan paling kanan dalam sejarah Israel.
Pada Jumat (25/11/2022), Netanyahu menandatangani perjanjian dengan anggota parlemen Itamar Ben-Gvir.
Baca juga: Palestina Makin Terancam, Politisi Anti-Arab Menjadi Calon Menteri Keamanan Israel, Ini Sikapnya
Dia menjanjikan penghasut sayap kanan itu jabatan baru sebagai menteri keamanan nasional, dengan tanggung jawab atas polisi perbatasan di Tepi Barat.
Ben-Gvir, yang dikenal dengan retorika anti-Arab, telah berulang kali meminta polisi dan tentara untuk menggunakan lebih banyak kekuatan saat menghadapi kerusuhan Palestina.(*)