Pendidikan
Realistic Mathematics Education (RME): Menyajikan Matematika dalam Bentuk yang Berbeda
Dengan suasana yang menyenangkan, diharapkan peserta didik tidak jenuh lagi dalam belajar matematika.
Oleh: Arief Aulia Rahman MPd dan Dr Edy Surya MSi
MATEMATIKA selalu menjadi yang menyeramkan bagi siswa, dari dulu hingga sekarang matematika menjadi peringkat teratas sebagai mata pelajaran yang tidak disenangi, kenapa?
Menurut survey dari berbagai penelitian pendidikan, siswa menganggap matematika menjadi sosok yang menyeramkan dan membosankan karena materi-materinya hanya berisi angka-angka dan bersifat abstrak sehingga tidak penting untuk dipahami, apalagi guru atau pengajar matematika dianggap “killer” oleh siswa. Suasana belajar juga mencekam dan murid memilih untuk banyak berdiam diri karena takut ditanyai atau disuruh untuk maju kedepan kelas.
Namun apakah cara pandang siswa terhadap matematika yang menjadi image yang membosankan dan menyeramkan dapat berubah? Hal ini menjadi tugas kita bersama baik pendidik, praktisi, peneliti sampai mahasiswa pada jurusan Pendidikan Matematika yang dipersiapkan untuk membelajarkan matematika kepada siswa.
Sebelum kita dapat mengubah dan memperbaiki cara pandang siswa tersebut, kita harus tahu apa penyebab dari munculnya pemikiran yang menyeramkan pada pelajaran matematika dan mengapa kebanyakan siswa tidak menyukai mata pelajaran tersebut. Apakah dari penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan kurang tepat atau cara penyampaian materi yang terkesan monoton dan membosankan?
Perlu diketahui sebagai calon guru, bukan hanya tentang penguasaan materi yang harus diutamakan, tetapi guru juga harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat saat proses penyampaian materi kepada siswa.
Berbeda dengan pelajaran sejarah, pelajaran matematika tidak cukup hanya dengan dibaca saja, tetapi juga membutuhkan praktik dalam pengerjaannya. Pilihkan metode pembelajaran yang dapat memancing siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung guna menghindari keadaan sunyi selama pembelajaran berlangsung, berbagai model pembelajaran yang ada memungkinkan guru untuk menyampaikan materi matematika secara menarik dan menyenangkan.
Dalam kondisi peserta didik yang fun atau bisa dengan tema “belajar matematika dengan menyenangkan” maka perserta didik dapat mengikuti dengan fun juga, maka mereka tidak merasa kejenuhan dalam belajar matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang ada adalah RME ( Realistic Mathematics Education ).
RME adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan ‘proses of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (student inventing) sebagai kebalikan dari (teacher telling) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.
Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan ‘reasoning-nya’, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.
Secara umum, teori RME terdiri dari lima karakteristik yaitu:
(1) Penggunaan real konteks sebagai titik tolak belajar matematika,
(2) Penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus,
(3) Mengaitkan sesama topik dalam matematika,
(4) Penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika, dan