Pendidikan
Realistic Mathematics Education (RME): Menyajikan Matematika dalam Bentuk yang Berbeda
Dengan suasana yang menyenangkan, diharapkan peserta didik tidak jenuh lagi dalam belajar matematika.
Contoh teko dan botol jus jeruk squash tersebut mungkin tidak dapat membantu siswa memahami rasio perbandingan.
Berbeda dengan masalah di atas, pertanyaan RME tentang rasio dan perbandingan berikut dimulai dengan melibatkan siswa secara langsung dengan konteks mencampur jus jeruk squash dan air. Mereka kemudian mendorong siswa dalam membangun representasi konteks mereka sendiri, dari mana mereka dapat membangun ide -ide visual tentang rasio, sambil tetap dekat dengan konteks pencampuran minuman.
RME adalah tentang bagaimana formalisasi, bukan formula. RME menunjukkan bahwa ketika siswa tetap terhubung dengan konteks pada suatu masalah tertentu, mereka dapat memahami apa yang mereka lakukan, tanpa menghafal aturan dan prosedur baku yang tidak memiliki makna bagi mereka. Bahkan ketika siswa beralih ke matematika yang lebih abstrak berkaitan dengan rasio, gradien, atau keliling, mereka mampu kembali ke masalah konteks yang membantu mereka membuka dan menjelaskan rumus.
Salah satu cara memvisualisasikan pengalaman belajar RME adalah melalui fenomena gunung es. Terlihat bahwa matematika formal terlihat di atas air, namun dasar dan pemaknaan matematika terletak dibawah air.
RME adalah sebuah proses, sebuah etos, dan sebuah etika. Menerapkan pendekatan RME membantu guru mengembangkan budaya kelas baru yang menampilkan matematika aktif. Tapi, revolusi dalam berpikir ini tidak terjadi dalam semalam. Sering kali baik murid maupun instruktur harus bekerja keras untuk mengembangkan kelas berbasis diskusi yang dapat mengevaluasi dengan cermat konteks dan strategi baru.
Konsep utama dari kelas RME meliputi: diskusi panjang tentang berbagai konteks pengembangan representasi konteks siswa yang berfokus pada beberapa strategi untuk memecahkan masalah, menjelaskan dan mendiskusikan strategi untuk mencapai tujuan ini membutuhkan banyak latihan dan motivasi.
Setiap orang harus memperdalam keterampilan mendengarkan dan bertanya. Dan guru harus belajar memfasilitasi “waktu berpikir” dan diskusi antar siswa. Dalam jangka panjang, kelas RME memfasilitasi komitmen seluruh kelas untuk belajar dari satu sama lain.
Cara belajar ini pun memberi ruang lebih banyak bagi siswa untuk menyumbangkan ide dan terlibat dengan percaya diri dalam debat matematis yang demokratis. Akhirnya, pandangan siswa terhadap matematika akan berubah, selaras dengan karya kreatif mereka. Karena RME menghadapkan siswa pada aspek eksperimental dan eksplorasi pemecahan masalah matematika.
Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat bagi para guru matematika dalam proses belajar mengajar. Selamat berinovasi....
*) Arief Aulia Rahman MPd, Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
*) Dr Edy Surya MSi, Dosen Promotor di Universitas Negeri Medan.
Baca juga: Keren! Ikahimatika Indonesia Analisis Harga BBM Menggunakan Model Matematika, Begini Hasilnya
Baca juga: Punya 11 Anak dari 8 Ayah Berbeda, Alasan Wanita Ini Bikin Tercengang, Didasari Hitungan Matematika