Internasional

Rwanda Tuduh Masyarakat Internasional Abaikan Kongo, Pemberontakan Semakin Brutal

Menteri Luar Negeri Rwanda menuduh masyarakat internasional ikut memperburuk krisis kemanusiaan di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC).

Editor: M Nur Pakar
AP/MUSA SAWASAWA
Orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran pasukan M23 dengan tentara Kongo mencari perlindungan di sebuah gereja di Kibumba, utara Goma, Republik Demokratik Kongo pada Jumat (28/2022) 

Pembicaraan antara DRC dan Rwanda di ibu kota Angola, Luanda, membuka kesepakatan gencatan senjata pada 23 November 2022.

Tetapi Kinshasa kemudian menuduh M23 membantai warga sipil meskipun ada gencatan senjata.

Kesepakatan tersebut seharusnya juga diikuti dengan penarikan M23 dari wilayah yang direbutnya, namun hal tersebut tidak terjadi.

Prakarsa perdamaian terpisah di Nairobi antara pejabat Afrika Timur dan berbagai faksi pemberontak yang aktif di Kongo timur, tetapi bukan M23 telah berlangsung selama lebih dari seminggu.(*)

Baca juga: Insiden Terburuk Dalam 4 Tahun Terakhir, PBB Laporkan 55 Orang Tewas Dibantai di Kongo

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved