Internasional
Jerman Berusaha Damaikan Turkiye dan Yunani, Usai Erdogan Ancam Lancarkan Rudal Balistik ke Athena
Pemerintah Jerman berusaha mendamaikan Turkiye dan Yunani yang masih bersitegang atas sejumlah pulau dan lainnya.
Kristian Brakel, kepala kantor di Heinrich Boll Foundation Turkiye, mengatakan pertemuan tersebut merupakan langkah yang menjanjikan untuk mengembalikan para pihak ke meja perundingan.
“Dengan pemilihan yang akan datang di kedua negara pada tahun 2023, untuk saat ini dekonflik adalah prioritasnya,” katanya.
“Saya percaya tidak ada negara yang menginginkan konflik nyata, jadi menyepakati mekanisme sederhana atau garis merah," jelasnya.
"Sehingga, akan dapat memastikan retorika yang memanas tidak akan menyebabkan bentrokan yang tidak disengaja akan sangat bermanfaat,” tambahnya.
Baca juga: Iran Setujui Pembebasan Dua Awak Kapal Tanker Yunani
Dalam situasi di mana NATO dibutuhkan lebih dari sebelumnya, Brakel menambahkan Jerman, sebagai sekutu Turkiye dan Yunani, tertarik membangun kohesi melawan Rusia di tengah perang Ukraina.
Tessmann setuju, mengatakan bahwa perang Rusia telah meningkatkan kepentingan Turkiye sebagai aktor geopolitik dan mitra NATO.
“Pengambil keputusan di Eropa menyadari hal ini, tetapi konflik Mediterania timur membuat kerja sama yang konstruktif dengan Turkiye menjadi sulit di banyak tingkatan lainnya,” tambahnya.
Saluran komunikasi antara Athena dan Ankara ditutup, terutama setelah Erdogan mengatakan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis tidak ada lagi untuknya.
Setelah Mitsotakis dilaporkan melobi untuk memblokir penjualan jet tempur F-16 ke Turkiye selama kunjungannya ke AS.
Ebru Turhan, profesor Studi Eropa di Universitas Turki-Jerman, menarik perhatian pada upaya sebelumnya oleh Jerman di bawah Angela Merkel untuk menengahi antara dua sekutu NATO.
“Selama 2020-2021, Jerman berperan sebagai mediator utama antara Yunani dan Turkiye dalam mitigasi yang disebut krisis Med timur,” katanya.
“Karena sikapnya yang seimbang terhadap kedua negara dan penolakannya untuk menjatuhkan sanksi keras terhadap Turkiye, pemerintah federal Jerman saat itu dianggap sebagai mediator yang kredibel oleh Ankara,” tambahnya.
Namun, setelah kunjungan Scholz ke Athena pada Oktober 2022 dan prospek kesepakatan senjata antara Athena dan Berlin, Turhan mengatakan peran Jerman sebagai manajer krisis dapat dipercaya.
“Dengan pendekatan yang bernuansa dan konstruktif terhadap Turkiye dan Yunani, pemerintah federal Jerman dapat memperoleh kembali perannya sebagai mediator yang seimbang dan andal dalam krisis Med timur,” katanya.
